Petani di sentra perkebunan lada di Lampung Timur, Lampung, resah karena harga komoditas lada hitam menurun. Mereka khawatir harga lada akan semakin anjlok saat panen raya 2-3 bulan ke depan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Petani di sentra perkebunan lada di Lampung Timur, Lampung, resah karena harga komoditas lada hitam menurun. Mereka khawatir harga lada akan semakin anjlok saat panen raya 2-3 bulan ke depan.
Ketua Masyarakat Indikasi Geografis Lada Hitam Lampung Supangat menuturkan, saat ini harga jual lada di tingkat petani hanya Rp 24.000-Rp 26.000 per kilogram. Harga itu merupakan yang terendah selama kurun lima tahun terakhir.
Pada 2016, harga lada hitam Lampung pernah menembus Rp 150.000 per kg. Namun, harga lada justru semakin turun lima tahun terakhir. Pada musim panen tahun lalu pun, harga lada hanya berkisar Rp 35.000-Rp 40.000 per kilogram.
”Kami khawatir tidak bisa menikmati harga baik saat panen raya. Padahal, lada menjadi penopang ekonomi kami,” kata Supangat saat dihubungi dari Bandar Lampung, Kamis (14/5/2020).
Supangat menuturkan tidak mengetahui persis alasan semakin turunnya harga lada hitam. Namun, berdasarkan informasi dari sejumlah pengepul, perusahaan eksportir lada di Lampung membatasi aktivitasnya selama masa pandemi Covid-19. Selain untuk menjaga pembatasan sosial, permintaan lada juga menurun.
Kami khawatir tidak bisa menikmati harga baik saat panen raya. Padahal, lada menjadi penopang ekonomi kami
Saat ini, petani menanam tanaman perkebunan lain, seperti pisang atau pepaya untuk mendapatkan penghasilan bulanan. Selain itu, sebagian petani mengandalkan pinjaman dari koperasi simpan pinjam di kelompok tani untuk menopang hidup hingga masa panen.
Dia menambahkan, masih ada sebagian petani lada menyimpan stok lada di rumahnya. Mereka masih ragu menjual karena berharap harga yang yang lebih baik.
Lebih banyak
Menurut dia, hasil panen lada tahun ini sebenarnya diprediksi lebih banyak dari tahun lalu. Pasalnya, tanaman lada berbuah lebih lebat dan kualitas buahnya lebih besar dan bagus. Selain menerapkan pemupukan organik yang tepat, kondisi cuaca juga lebih mendukung.
Jika budidaya lada optimal, 1 hektar kebun lada di Lampung Timur bisa menghasilkan 5-6 ton per tahun. Namun, saat cuaca tak menentu, hasil panen bisa anjlok hingga 0,3-0,5 ton saja seperti yang terjadi pada musim panen tahun lalu.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Lampung Selatan M Amin Syamsudin menuturkan, kondisi serupa juga dialami petani jagung di sentra pertanian di Lampung Selatan. Petani tak bisa menikmati harga bagus karena jagung anjlok saat panen.
Tahun ini, harga jagung pipilan panen di tingkat petani hanya Rp 1.700-Rp 2.000 per kilogram. Harga itu jauh lebih rendah dibandingkan harga jual jagung tahun lalu yang mencapai Rp 3.500-Rp 4.000 per kg.
Menurut dia, petani yang menggarap lahan jagung 1 hektar tahun ini hanya mendapatkan uang Rp 500.000 per musim panen. Petani lain yang menggarap lahan lebih kecil atau sewa terpaksa merugi.