Inovasi Alat Medis Percepat Target Pemeriksaan Massal di Jabar
Inovasi alat medis buatan dalam negeri ini diharapkan bisa memenuhi target pemeriksaan Covid-19 di Jawa Barat. Hadirnya berbagai alat tes medis buatan lokal ini diharapkan mempercepat penanganan pandemi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatika Universitas Padjadjaran, Bandung, merilis dua alat tes Covid-19, yaitu Rapid Test 2.0 dan Surface Plasmon Resonance (SPR). Inovasi alat medis buatan dalam negeri ini diharapkan membantu memenuhi target pemeriksaan Covid-19 di Jawa Barat.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, di Kota Bandung, Kamis (14/5/2020), menuturkan, pihaknya menargetkan tes terhadap 300.000 warga Jabar untuk memetakan persebaran Covid-19. Produk yang berasal dari teknologi dalam negeri ini diharapkan bisa membantu mencapai target tersebut.
Menurut Kamil, kedua produk ini diklaim memiliki keunggulan. Rapid Test 2.0 memiliki akurasi hingga 80 persen karena mengambil sampel dari antigen. ”Ini berbeda dengan rapid test selama ini yang mendeteksi keberadaan benda asing dalam tubuh melalui antibodi, tetapi tidak spesifik ke virus. Sampel dari rapid test ini menggunakan antigen sehingga virusnya ketemu,” tuturnya.
Kamil memastikan, Rapid Test 2.0 akan diproduksi sebanyak 5.000 unit pada Juni 2020 oleh industri biotek di Jabar. Setelah itu, di tahap selanjutnya produksi akan ditingkatkan hingga 50.000 unit.
Alat kedua yang diperkenalkan adalah tes diagnosis cepat berbasis teknik resonansi plasmon atau surface plasmon resonance (SPR). Alat ini fokus mendeteksi antigen dari virus korona jenis baru. Berbeda dengan tes swab dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR), peralatan ini tidak memerlukan laboratorium saat uji spesimen.
”Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk tes dengan SPR lebih cepat daripada metode PCR. Peralatannya juga bisa dibawa ke mana-mana dan mampu menampung delapan sampel. Kami bisa mengetes langsung di tempat dengan akurasi sama seperti PCR,” tuturnya.
Dengan dua alat tersebut, Kamil optimistis bisa mengejar target pengetesan secepatnya. Dia menjelaskan, pihaknya menargetkan 0,6 persen atau 300.000 dari seluruh penduduk di Jawa Barat melaksanakan tes masif Covid-19.
Ridwan Kamil menargetkan 0,6 persen atau 300.000 dari seluruh penduduk di Jawa Barat melaksanakan tes masif.
”Dengan hadirnya Rapid Tes 2.0, SPR, Reagen PCR dari Biofarma, dan Ventilator buatan PT DI dan Pindad, target tes masif kepada 300.000 warga Jabar dapat tercapai. Hadirnya berbagai alat tes medis buatan lokal ini menunjukkan bangsa kita bisa memproduksi alat bioteknologi sendiri,” katanya.
Ketua Tim Riset Diagnostik Covid-19 Unpad Muhammad Yusuf menuturkan, Rapid Test 2.0 lebih unggul dibandingkan rapid test yang telah dipakai sebelumnya. Keunggulan ini antara lain lebih murah, akurat, mudah digunakan, cepat, dan bisa didistribusikan ke pelosok daerah.
Selain itu, sebagian besar komponen produk ini juga dikembangkan di dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan impor dan ketersediaan bahan baku.
”Kami bermitra dengan PT Tekad Mandiri Citra untuk memproduksi antibodi sebagai salah satu komponen utama. Selain itu, ada juga PT Pakar Biomedika Indonesia juga memiliki pengalaman dan izin produksi rapid test di dalam negeri,” ujarnya.