Ribuan Populasi Berisiko Covid-19 di NTB Telah Ikuti Tes Cepat, Ratusan Reaktif
Selain mengawasi pintu-pintu masuk, pencegahan penyebaran Covid-19 di Nusa Tenggara Barat juga dilakukan dengan penelusuran riwayat kontak pasien positif. Salah satunya lewat tes cepat terhadap ribuan populasi berisiko.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Selain mengawasi pintu-pintu masuk, pencegahan penyebaran Covid-19 di Nusa Tenggara Barat juga dilakukan dengan penelusuran riwayat kontak pasien positif. Salah satunya lewat tes cepat terhadap ribuan populasi berisiko, seperti tenaga kesehatan, orang dalam pemantauan dan orang tanpa gejala, serta pelaku perjalanan tanpa gejala.
Hingga Kamis (14/5/2020), pasien positif Covid-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB) 356 orang. Dari jumlah itu, 183 orang dinyatakan sembuh, 7 orang meninggal dunia, serta 166 orang masih positif dan menjalani perawatan.
Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi mengatakan, untuk mencegah penularan sekaligus sebagai deteksi dini penularan Covid-19, petugas kesehatan tetap melakukan penelusuran riwayat kontak terhadap semua orang yang pernah kontak dengan yang terkonfirmasi positif. Termasuk yang pernah ke daerah terjangkit.
Semua orang dengan hasil RDT reaktif dilanjutkan dengan pemeriksaan swab sebagai standar pemeriksaan laboratorium untuk penegakan diagnosis Covid-19. (Lalu Gita Ariadi)
Menurut Gita, deteksi dini dilakukan dengan tes cepat (rapid diagnostic test) terhadap populasi berisiko. Dari tes itu, sejumlah sampel darah reaktif Covid-19.
Tenaga kesehatan, misalnya, dari 1.030 orang yang telah diperiksa, 30 orang atau 2,9 persen reaktif. Orang dalam pengawasan (ODP) dan orang tanpa gejala (OTG) juga demikian. Dari 1.753 ODP dan OTG, 100 orang reaktif.
Pelaku perjalanan tanpa gejala (PPTG) ke sejumlah daerah, seperti Gowa, Sulawesi Selatan, Bogor, dan Jakarta, yang merupakan kluster Covid-19, juga turut dites. Hasilnya, dari 3.272 PPTG dan OTG perjalanan ke Gowa, 548 orang reaktif. Sementara dari 838 PPTG dan OTG perjalanan ke Bogor dan Jakarta, 24 orang reaktif.
”Semua orang dengan hasil RDT reaktif dilanjutkan dengan pemeriksaan swab sebagai standar pemeriksaan laboratorium untuk penegakan diagnosis Covid-19,” kata Gita.
Pemeriksaan terhadap populasi berisiko memang harus dilakukan. Misalnya, terhadap tenaga kesehatan yang memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19. Apalagi muncul kasus tenaga kesehatan yang positif Covid-19.
Itu terjadi di Puskemas Ampenan, Mataram. Salah satu perawat mereka, yakni SAKSW (35), terkonfirmasi positif setelah berkontak dengan orang yang pernah melakukan perjalanan ke Gowa.
Akibatnya, hingga hari ini, Puskemas Ampenan ditutup. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram Usman Hadi, 78 anggota staf puskemas itu sudah menjalani tes cepat. Seluruhnya negatif.
Hanya saja, masih ada enam orang lagi yang bersama-sama dengan SAKSW saat merawat PPTG Gowa itu yang harus menjalani swab. Jika hasilnya negatif, puskemas itu akan dibuka kembali.
”Itu memang risiko tenaga kesehatan. Oleh karena itu, kami mendorong agar mereka menggunakan APD dengan bagus. Cara memasang hingga melepasnya kembali,” kata Usman.
Usman menambahkan, sambil menunggu swab, warga yang hasil tes cepatnya reaktif juga diminta untuk karantina mandiri selama 14 hari. Itu, misalnya, terhadap dua pedagang di Pasar Mandalika, Mataram, yang dilakukan tes cepat setelah ada pedagang yang positif dan meninggal.
Prosedur karantina selama 14 hari juga diawasi. Tidak hanya oleh petugas kesehatan, tetapi juga oleh masyarakat. Baik bagi yang reaktif, maupun OPD, OTG, dan PPTG.
”Jika ada warga yang masuk ODP atau harus dikarantina, kami turut mengawasi. Sebelumnya, berkoordinasi dengan keluarga mereka untuk menyiapkan ruang isolasi mandiri selama 14 hari,” kata Kepala Lingkungan Karang Bedil, Kecamatan Mataram, Mirwandi.
Kerja sama semua pihak dalam memastikan karantina mandiri berjalan memang disampaikan pemerintah daerah. Apalagi jumlahnya banyak.
Hingga hari ini, total pasien dalam pengawasan (PDP) 809 orang dengan perincian 442 orang masih dalam pengawasan, 387 orang selesai pengawasan atau sembuh, dan 16 PDP meninggal.
Sedangkan ODP jumlahnya 5.299 orang, terdiri dari 354 orang masih dalam pemantauan dan 4.945 orang selesai pemantauan. Sementara OTG 4.840 orang, dengan 2.295 orang masih dipantau dan 2.545 orang selesai dipantau. Adapun PPTG 56.847, di mana 5.004 orang masih menjalani karantina selama 14 hari.