181 Pekerja Migran Tiba di Semarang, Terbanyak asal Madura
Sebanyak 181 pekerja migran tiba di Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/5/2020) pagi. Jumlah itu didominasi warga Jatim yang mayoritas dari Pulau Madura, 151 orang.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak 181 pekerja migran tiba di Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/5/2020) pagi, dengan menggunakan KM Dharma Rucitra 9. Sebagian besar dari mereka berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur.
Berdasarkan manifes kapal, total terdapat 151 pekerja migran Indonesia asal Jatim yang mayoritas dari Kabupaten Sumenep, Bangkalan, dan Sampang. Sisanya adalah pekerja migran asal Lampung (13 orang), Nusa Tenggara Barat (10 orang), Jawa Barat (5 orang), dan Jateng (2 orang).
KM Dharma Rucitra 9 sebelumnya berangkat dari Pontianak, Kalimantan Barat, pada Rabu (13/5/2020) pukul 17.00 dan sandar di Semarang pada Jumat pukul 07.30. Begitu turun, para pekerja migran itu dicek suhu tubuhnya kemudian didata dan dijemput oleh pemerintah provinsi masing-masing dan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung Emas Semarang Junaidi mengatakan, para pekerja migran itu sudah melalui berbagai pemeriksaan. ”Mereka juga memegang kartu kewaspadaan kesehatan. Insya Allah aman dari Covid-19,” kata Junaidi.
Terkait apakah nantinya dikarantina atau hanya diperiksa, Junaidi mengatakan hal itu menjadi kewenangan pemerintah provinsi serta kabupaten/kota setempat. Pengawalan dilakukan terus-menerus sehingga para pekerja itu tak terlepas atau tercecer sebelum sampai ke rumah.
Kedatangan pekerja migran ini merupakan kedatangan gelombang kedua yang tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Kedatangan pekerja migran ini merupakan kedatangan gelombang kedua yang tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Sebelumnya pada Minggu (10/5/2020), 55 pekerja migran asal Jateng, Jatim, Jabar, dan NTB juga tiba. Berikutnya, direncanakan masih ada dua perjalanan kapal yang mengangkut para pekerja migran.
”Kalau masih ada pekerja migran Indonesia yang akan pulang, tentu menjadi kewajiban pemerintah mengangkut mereka. Juga, para petugas yang dikecualikan, sesuai surat edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid maupun Permenhub No 25/2020,” ujar Junaidi.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Semarang Ariyanti menambahkan, para pekerja migran itu dapat diberangkatkan setelah melalui pemeriksaan kesehatan di pelabuhan di Pontianak. Pemeriksaan kesehatan termasuk juga pelaksanaan tes cepat pada mereka.
Dengan dibekali kartu kewaspadaan kesehatan, para pekerja itu baru boleh berangkat jika dinyatakan sehat. ”Sampai di sini kami periksa lagi, termasuk pengecekan suhu tubuh dan verifikasi surat kesehatan yang dibawa,” ujar Ariyanti.
Sejauh ini, seluruh penumpang dinyatakan sehat. Adapun koordinasi dan serah terima para pekerja dilakukan oleh Satgas Penanganan Covid-19 setiap daerah. Itu untuk memastikan, pengawalan terus dilakukan hingga mereka sampai di tujuan akhir.
Zubairi (31), pekerja migran asal Sampang, Madura, menuturkan, dirinya sempat tertahan di Pontianak selama 20 hari. ”Sebab, enggak ada kendaraan kapal, pesawat. Jadi, kami menunggu dulu sampai akhirnya sekarang bisa pulang untuk Lebaran di rumah,” ujarnya.
Pekerja migran lainnya, Sayid Abdullah (20), mengatakan, ia menggunakan travel dari Malaysia ke Pontianak dengan waktu tempuh sekitar 1 hari agar bisa mengakses kapal. Pekerja bangunan itu memang ingin pulang untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga.