Enam Perawat Dua RSUD di Kendari Terpapar Covid-19
Enam perawat di dua rumah sakit daerah di Kendari tertular Covid-19 sejak beberapa waktu lalu dan kini dalam perawatan. Selain pengetatan protokol dalam bekerja di rumah sakit, kejujuran pasien sangat dibutuhkan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Enam perawat di dua rumah sakit daerah di Kendari tertular Covid-19 sejak beberapa waktu lalu dan kini dirawat. Sejumlah tenaga kesehatan lain turut diperiksa untuk menekan penularan. Selain pengetatan protokol tenaga kesehatan saat bekerja, kejujuran pasien juga sangat dibutuhkan.
Enam tenaga kesehatan yang positif tetular Covid-19 merupakan perawat di dua rumah sakit daerah. Lima perawat bertugas di RSUD Bahteramas dan satu perawat di RSUD Kendari. Kedua rumah sakit ini merupakan rujukan pasien positif Covid-19. Keenam perawat ini bagian dari 48 pasien positif di Kendari dan 173 orang yang positif tertular Covid-19 di seluruh Sultra hingga Jumat (15/5/2020).
Pelaksana Tugas Direktur RSUD Bahteramas dr Hasmuddin menuturkan, sebanyak lima perawat dinyatakan positif Covid-19 sejak beberapa waktu lalu. Saat ini, kelima perawat yang semuanya perempuan ini dalam kondisi sehat dan dalam perawatan di ruangan VVIP Bahteramas.
”Mereka bertugas sebagai perawat di RSUD Bahteramas, khususnya di ruangan IGD Covid-19 dan ruangan isolasi Covid-19. Mereka sudah dirawat sejak pekan lalu” ucap Hasmuddin, di Kendari, Jumat sore.
Menurut Hasmuddin, pihaknya juga telah menelusuri kontak erat para perawat tersebut dan melakukan tes cepat. Sejauh ini, belum ada kontak erat para perawat yang diketahui reaktif uji cepat. Meski demikian, penelusuran terus dilakukan.
Tertularnya para perawat ini, lanjut Hasmuddin, diduga kuat berasal dari penularan lokal dalam penanganan pasien. Padahal, protokol ketat telah dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penularan ke tenaga kesehatan dan medis. Pemakaian pakaian lengkap level tiga, penyemprotan ruangan, dan berbagai protokol lain juga rutin dilakukan.
Tertularnya para perawat ini diduga kuat berasal dari penularan lokal dalam penanganan pasien.
Meski demikian, sejumlah perawat tetap tertular. Untuk itu, pihak rumah sakit akan terus memantau pengetatan pelaksanaan protokol dalam proses perawatan di lapangan.
Selain dua perawat itu, Hasmuddin menambahkan, dua bidan yang sebelumnya juga dinyatakan positif telah dipulangkan. ”Kami juga sangat berharap agar pasien jujur ketika memeriksakan diri. Jangan menyembunyikan penyakit, jejak bepergian ke mana saja, dan siapa saja yang sudah ditemui. Hal itu sangat membantu agar penyakit ini tidak semakin meluas,” tuturnya.
Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kendari dr Al Gazali menyampaikan, satu perawat yang bertugas di RSUD Kendari diisolasi sejak beberapa waktu lalu akibat tertular Covid-19. Perawat tersebut dalam kondisi sehat, tetapi terus dalam pemantauan.
”Dari pemeriksaan uji cepat ketika itu diketahui reaktif Covid-19 dan dinyatakan positif setelah uji laboratorium. Kami berharap ini kasus terakhir tenaga kesehatan tertular virus,” ujar Gazali.
Selain enam perawat yang positif Covid-19 ini, seorang tenaga kesehatan di Muna Barat juga diketahui tertular virus dari kontak erat dengan seorang pasien pada April lalu. Perawat tersebut hingga kini masih dalam perawatan.
Semua perawat yang tertular virus ini menjadi bagian dari ratusan kasus di Sultra. Jumlah kasus pasien terinfeksi Covid-19 di Sultra terus meningkat dan mencapai 183 kasus positif hingga Jumat sore, dengan 4 orang meninggal dan 19 orang sembuh.
”Hingga Jumat ini, ada penambahan 16 orang positif dan tambahan sebanyak 2 orang sembuh. Secara keseluruhan, 160 orang masih dalam perawatan dan pemantauan,” ujar Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sultra dr Rabiul Awal.
Terkait tambahan kasus baru, Rabiul menyampaikan, pasien terbanyak berasal dari Buton Tengah, yaitu 15 kasus. Sebanyak 14 orang di antaranya diketahui dari Maluku dengan menggunakan KM Ngapulu dan satu orang dari KM Dorolonda. Sementara itu, satu orang berasal dari Bombana, yang masih merupakan kluster pondok pesantren di Magetan, Jawa Timur.
Hanya dengan menemukan banyak kasus, kita dapat mengendalikan virus.
”Ada tambahan di daerah baru. Oleh karena itu, kami mengharapkan pemerintah kabupaten dan kota mengintensifkan pengawasan terhadap warga, khususnya yang berisiko terpapar tinggi. Hanya dengan menemukan banyak kasus, kita dapat mengendalikan virus,” papar Rabiul.
Lonjakan kasus di Sultra dipengaruhi sejumlah kluster besar. Kluster perjalanan laut, khususnya KM Dorolonda, mendominasi penambahan kasus di wilayah ini dan membuat puluhan orang lainnya ikut terpapar.