Bandara Banyuwangi Kembali Layani Penerbangan Komersial
Setelah sempat tidak melayani penerbangan komersial, Bandara Banyuwangi kembali membuka layanan penerbangan komersial pada Sabtu (16/5/2020). Penerbangan dilakukan dengan protokol kesehatan dan administrasi yang ketat.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Setelah sempat tidak melayani penerbangan komersial, Bandara Banyuwangi kembali membuka layanan penerbangan komersial pada Sabtu (16/5/2020). Penerbangan dilakukan dengan protokol kesehatan dan administrasi yang sangat ketat.
Penerbangan hanya dilayani oleh maskapai Garuda Indonesia untuk satu kali kedatangan dan satu kali keberangkatan dengan rute Jakarta-Banyuwangi. Sebagian besar penumpang yang terbang merupakan pekerja yang dilengkapi dengan surat perjalanan dinas.
Penerbangan hanya diikuti 12 penumpang rute Jakarta-Banyuwangi dan 22 penumpang rute Banyuwangi-Jakarta. Dari 12 penumpang yang datang di Banyuwangi, hanya 2 orang yang pekerja migran Indonesia. ”Sedangkan 10 lainnya dan 22 penumpang yang terbang ke Jakarta, pekerja yang dilengkapi surat perjalanan dinas,” ujar Executive General Manager Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi Heru Karyadi, di Banyuwangi Sabtu (16/5/2020).
Selain mengangkut penumpang, penerbangan dari dan menuju Banyuwangi mengangkut 1,2 ton kargo. Layanan kargo di Bandara Banyuwangi selama tidak ada penerbangan komersial juga turut berhenti. Pasalnya, tidak ada pesawat khusus pengangkut kargo yang melayani penerbangan ke Banyuwangi.
Sedangkan 10 orang lainnya dan 22 penumpang yang terbang ke Jakarta, pekerja yang dilengkapi surat perjalanan dinas. (Heru Karyadi)
Setelah penerbangan pertama ini, Bandara Banyuwangi juga telah mendapat pengajuan penerbangan untuk beberapa hari ke depan. Heru mengatakan, sejauh ini baru maskapai Garuda Indonesia yang mengajukan rencana penerbangan.
”Garuda berencana terbang satu minggu sekali pada 23 dan 30 Mei dengan rute Jakarta-Banyuwangi-Jakarta. Sementara maskapai lain masih menunggu perkembangan lebih lanjut,” ujar Heru.
Kembali beroperasinya penerbangan komersial di Banyuwangi ditandai dengan pendaratan Boombardier CRJ-1000. Pesawat dengan kapasitas maksimal 96 orang tersebut hanya diisi 12 penumpang dari Jakarta dan 22 penumpang dari Banyuwangi.
Di bawah batas maksimal
Heru mengatakan, jumlah tersebut masih di bawah batas maksimal dari yang telah ditetapkan pemerintah. Penerbangan hanya diizinkan dengan kapsitas 50 persen dari total tempat duduk.
Kendati penerbangan sudah kembali dibuka, penerbangan tidak diperuntukkan secara bebas. Hanya penumpang dengan kategori dan persyaratan tertentu yang diperkenankan melakukan perjalanan penerbangan.
Kepala Wilayah Kerja Tanjungwangi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo Nungki Najfaris Alami mengatakan, sebelum membeli tiket, para penumpang harus mengantongi surat perjalanan dinas, surat keterangan kesehatan yang disertai hasil tes cepat (rapid test), atau reaksi rantai polimerase (PCR).
”Surat kesehatan yang disertai hasil rapid tes maksimal dikeluarkan 7 hari sebelum keberangkatan. Apabila hasil rapid test lebih dari 7 hari, kami anggap hasil tersebut sudah kwdaluwarsa dan kami tidak berikan izin untuk melakukan perjalanan,” ujar Nungki.
Kendati para penumpang sudah mengantongi surat kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan juga akan melakukan pemeriksaan kepada seluruh penumpang sebelum dan sesudah terbang. Pemeriksaan meliputi suhu tubuh, saturasi oksigen, dan denyut nadi.
Selanjutnya, penumpang juga akan diberikan Health Alert Card baik yang berbentuk digital berbasis aplikasi (eHAC) maupun manual berupa surat (HAC). Surat tersebut didapat di bandara asal untuk kemudian dilaporkan di bandara tujuan.
”Khusus untuk penumpang yang tiba di Banyuwangi, kami akan memantau eHAC atau HAC semua penumpang. Selanjutnya, kami akan laporkan e-HAC atau HAC para penumpang ke Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. Tujuannya agar penumpang ini masuk dalam pemantauan petugas kesehatan setempat,” ujarnya.
Salah satu penumpang yang baru saja tiba di Banyuwangi ialah Igo Tro Amadi, pekerja migran yang sudah 1,5 tahun bekerja sebagai tenaga medis di Kuwait. Igo masuk ke Indonesia dan ikut penerbangan ke Banyuwangi berbekal surat pengantar dari KBRI di Kuwait.
”Sebelum terbang ke Indonesia, saya harus diisolasi selama 10 hari. Ada jalur khusus dari KBRI yang membuat saya bisa pulang ke Indonesia untuk mengurus visa karena saya mau pindah tempat kerja,” ujarnya.
Sebelum kembali ke Banyuwangi, Igo juga sempat melakukan karantina pribadi di Bogor. Di sana Igo juga juga melakukan tes cepat dan hasilnya nonreaktif. Berbekal hasil tes nonreaktif dan surat pengantar dari KBRI Kuwait, Igo akhirnya bisa berkumpul bersama keluarga di Banyuwangi.
Igo, menurut rencana, melakukan isolasi diri sebelum berkumpul dengan keluarga di Desa Kemiri, Kecamatan Singojuruh. Ia berencana menghabiskan waktu di Banyuwangi selama 14 hari sebelum nanti kembali lagi ke Kuwait.