Lonjakan Kasus di Indramayu, Pelacakan Kontak dan Tes Dilakukan
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat bakal menelusuri riwayat kontak lima warga Kabupaten Indramayu yang positif Covid-19. Tes usap juga akan dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit itu.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat bakal menelusuri riwayat kontak lima warga Kabupaten Indramayu yang positif Covid-19. Tes usap tenggorok (swab) juga akan dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan virus korona baru tersebut.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Berli Hamdani mengatakan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan gugus tugas Indramayu untuk melacak riwayat kontak lima kasus positif Covid-19.
”Kami juga akan laksanakan pemeriksaan rapid diagnostic test (RDT), tes swab, serta memantau orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP),” katanya dalam keterangan yang diterima Kompas, Sabtu (16/5/2020).
Sebelumnya diberitakan, dalam sehari terdapat lima kasus positif Covid-19 baru di Indramayau. Empat kasus merupakan satu keluarga di Kecamatan Karangampel. Mereka adalah dua perempuan berusia 58 tahun dan 37 tahun, seorang pria berusia 43 tahun, serta anak 11 tahun. Keempatnya merupakan keluarga seorang PDP yang meninggal beberapa waktu lalu dan terkonfirmasi positif Covid-19.
Pasien yang meninggal itu seorang pria berusia 75 tahun. Pasien sebelumnya masuk rumah sakit pada 18 April dengan keluhan demam, batuk, dan sesak napas. Pada 21 April, pasien menjalani tes swab, tetapi dua hari kemudian meninggal. Hasil tes swab baru keluar sembilan hari setelah pengambilan sampel dengan hasil positif Covid-19.
Sembilan orang yang punya kontak dekat dengan pasien, termasuk keluarga, menjalani tes uji cepat atau RDT pada 30 April. Hasilnya nonreaktif sehingga mereka tidak dirawat di rumah sakit. Keempat anggota keluarga baru menjalani tes swab pada 4 Mei. Hasilnya keluar 12 hari setelahnya, yakni positif Covid-19. Mereka diduga tertular dari anggota keluarga yang datang dari Pulogadung, Jakarta.
Kasus baru lainnya seorang pria berusia 18 tahun asal Kecamatan Sindang. Pasien diketahui pulang dari Bandung pada 28 April. Dengan tambahan lima kasus itu, kini tercatat 12 warga yang terkonfirmasi positif Covid-19. Dua di antaranya meninggal dan dua lainnya dinyatakan sembuh. Indramayu mencatatkan kasus tertinggi dibandingkan daerah di Jabar bagian timur, seperti Cirebon dan Kuningan.
Indramayu mencatatkan kasus tertinggi dibandingkan daerah di Jabar bagian timur, seperti Cirebon dan Kuningan.
Berli mengingatkan, untuk mengantisipasi dampak keterlambatan hasil tes swab, setiap PDP harus menjalani isolasi dan pemantauan ketat. Pada saat sama, pelacakan orang-orang yang pernah kontak dengan pasien harus dilakukan sebagai deteksi dini agar penularan tidak meluas. Orang-orang yang menjalin kontak dengan PDP juga perlu dites RDT dan swab.
Adapun jenazah yang diduga terpapar Covid-19, meskipun hasil tes belum keluar, harus mendapatkan perlakuan seperti protokol jenazah positif Covid-19. Ini sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa PDP dan ODP yang meninggal juga tercatat dalam angka kematian Covid-19. Di Indramayu, sebanyak 43 warga yang termasuk PDP meninggal. Sebagian besar belum menjalani tes swab.
Siapkan laboratorium
Untuk mempercepat hasil tes swab melalui metode rantai polimerase (PCR), pihaknya menunjuk delapan laboratorium selain Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar. Laboratorium itu tersebar di Universitas Padjadjaran Jatinangor, RS Hasan Sadikin, RS Universitas Indonesia, Labkesda Bekasi, Institut Pertanian Bogor, Balai Veteriner Subang, serta Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta.
Pihaknya juga sedang meningkatkan kapasitas 11 laboratorium di Jabar untuk dapat memeriksa sampel dengan metode PCR. Laboratorium tersebut masing-masing adalah LIPI, Balai Besar Vet Bogor, RS Cibinong, RS Citra Arafiq, RS Hewan Cikole, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, RSUD Pelabuhanratu, RS Waled Cirebon, RS Al-Ihsan yang bekerja sama dengan Unisba, Politeknik Kesehatan Bandung, dan RS Paru Karawang.
”Total kapasitas pengetesan mencapai 5.838 sampel per hari. Namun, kemampuan pengetesan baru 2.999 sampel per hari atau 60 persen dari total kapasitas,” ujarnya. Kendalanya antara lain performa alat uji belum optimal dan reagen sebagai bahan baku pengetesan juga belum disiapkan secara penuh.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indramayu Deden Bonni Koswara mengatakan, pihaknya sempat terkendala untuk pengetesan karena kekurangan viral transport medium (VTM) yang digunakan untuk membawa sampel uji swab.
Namun, hal itu mulai teratasi karena pihaknya tidak lagi bergantung pada VTM dari Pemprov Jabar. Meski demikian, keterlambatan hasil tes belum teratasi. Selama ini, sampel pasien dari Indramayu dibawa ke Labkesda Jabar.
”Kami sedang mengkaji membeli mesin PCR setelah yakin tidak ada pemberian dari pemerintah pusat atau provinsi. Kami juga sedang melacak riwayat kontak kasus positif Covid-19. Semua dikerjakan oleh Dinkes Indramayu. Kami belum terima pemberitahuan terkait gugus tugas Jabar turun membantu,” ujar Deden yang juga Kepala Dinkes Indramayu.