Jika Memungkinkan, Wisata di Tiga Candi Dibuka 8 Juni dengan Protokol Baru
Pengelola candi akan memberi tanda stiker pada setiap pengunjung disesuaikan dengan hasil pengecekan suhu tubuh.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Wisata di tiga candi di Jawa Tengah dan DIY direncanakan kembali dibuka Juni mendatang. Saat dibuka kembali, kunjungan wisatawan akan diatur dengan memakai protokol baru yang mengacu pada protokol kesehatan.
Tiga candi yang dimaksudkan adalah Candi Borobudur di Kabupaten Magelang; Candi Prambanan di Klaten, Jawa Tengah; serta Candi Ratu Boko di Kabupaten Sleman, DIY.
Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Edy Setijono mengatakan, protokol baru tersebut telah disusun dan akan mulai disimulasikan 2 Juni mendatang.
”Jika dalam simulasi nanti protokol baru dirasakan sudah cukup aman dan nyaman bagi pengunjung, protokol tersebut akan langsung diberlakukan saat pembukaan kembali wisata di tiga candi Juni mendatang,” ujarnya, Selasa (19/5/2020).
Jika wabah mulai mereda dan kondisi berangsur membaik, wisata di tiga candi dijadwalkan akan kembali dibuka pada 8 Juni 2020. Namun, jika situasi justru memburuk, tiga candi tersebut akan kembali ditutup.
Jika suhu tubuhnya berkisar 37,5-37,8 derajat celsius, pengunjung tersebut nantinya akan diberi stiker kuning.
Protokol yang saat ini sudah disusun adalah mulai mengukur suhu tubuh pengunjung yang sudah memasuki pintu utama wisata candi. Jika pengunjung memiliki suhu tubuh di bawah 35,5 derajat celsius, ia akan diberi stiker hijau dan diizinkan untuk berjalan-jalan dan berwisata.
Jika suhu tubuhnya berkisar 37,5-37,8 derajat celsius, pengunjung tersebut nantinya akan diberi stiker kuning yang menjadi penanda bahwa dia harus berwisata di bawah pengawasan petugas.
”Sejumlah petugas dari PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko nantinya akan berkeliling memantau, memastikan, agar pengunjung berstiker kuning tidak melakukan aktivitas berkerumun dengan pengunjung lainnya,” katanya.
Adapun pengunjung dengan suhu tubuh di atas 37,8 derajat celcius dilarang untuk berjalan-jalan dan diminta untuk langsung pulang atau beristirahat di klinik sembari menunggu anggota rombongannya selesai berwisata.
Selain ketat dalam hal suhu tubuh, Edy mengatakan, pihaknya juga tidak memperbolehkan pengunjung untuk membawa makanan dan minuman dari luar. ”Makanan dan minuman yang tidak diketahui dari mana asal pembuatannya, berpotensi menularkan virus,” ujarnya.
Sebagai penggantinya, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko akan menyiapkan tempat khusus penyedia makanan dan minuman yang penyajiannya lebih terjamin dan memenuhi standar kesehatan.
Tidak hanya itu, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko nantinya juga berencana mengatur pengunjung sehingga nantinya tidak terjadi kerumunan akibat membeludaknya wisatawan. Masalah pengaturan pengunjung ini nantinya akan dibicarakan dengan Balai Konservasi Borobudur (BKB).
Selain itu, demi memenuhi standar kesehatan, Edy mengatakan, pihaknya juga akan menyediakan lebih banyak tempat untuk mencuci tangan dan meningkatkan intensitas pembersihan lingkungan di kawasan candi.
Semua hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan kehidupan normal baru dunia pariwisata. Kondisi wabah seperti sekarang ini akhirnya membuat wisatawan tidak lagi terlalu mempersoalkan tentang jarak dan keterjangkauan obyek wisata, tetapi lebih mengedepankan pada protokol kesehatan dan kebersihan di obyek wisata tersebut.
”Pada intinya, setiap wisatawan akan memastikan apakah negara atau tempat wisata yang akan dikunjunginya aman, membahayakan kesehatan dan keselamatannya atau tidak,” ujarnya.
Kepala BKB Tri Hartono mengatakan, sesuai instruksi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, zona I atau bangunan Candi Borobudur yang berada di bawah kewenangan BKB masih ditutup untuk pengunjung. Penutupan area ini diberlakukan sejak 16 Maret hingga 29 Mei mendatang.
Ketika kemudian diputuskan untuk dibuka kembali dengan jumlah pengunjung dibatasi, Tri mengatakan, hal itu akan dimanfaatkan sebagai kesempatan bagi pihaknya untuk menawarkan alternatif wisata virtual dengan melihat, membaca informasi dari web BKB ataupun dari pakar, ahli, dan kelompok masyarakat tertentu.
Pembatasan pengunjung, menurut dia, memang sangat diperlukan. Selain demi menghindari kerumunan dan mencegah terjadinya penularan penyakit, hal itu dianggap sebagai solusi terbaik juga untuk menjaga kelestarian batu Candi Borobudur.
Rugi Rp 150 miliar
Dengan penutupan tiga candi di Jawa Tengah dan DIY selama tiga bulan terakhir, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko kehilangan pendapatan sekitar Rp 150 miliar.
Selain kehilangan nominal pendapatan, jumlah pengunjung dalam satu tahun ini dipastikan akan meleset jauh dari target. ”Selama Januari-Februari, jumlah pengunjung yang datang ke tiga candi baru sekitar 15 persen dari target,” ujar Edy.
Di sisi lain, menurut dia, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko harus mengeluarkan biaya operasional untuk memelihara kawasan, taman, termasuk sejumlah satwa yang ada di dalamnya.
Menyikapi kondisi tersebut, Edy menuturkan, pihaknya terpaksa melakukan beragam penghematan, antara lain menghapus tunjangan makan dan tunjangan transportasi. Tunjangan tersebut dirasa tidak diperlukan karena sebagian besar pegawai saat ini bekerja dari rumah.