Plan International Indonesia Bantu 7 Juta Liter Air Bersih di Nusa Tenggara Timur
Perilaku hidup bersih dan sehat di tengah pandemi Covid-19 mesti didukung berbagai sarana dan prasarana, terutama air bersih. Maka, Plan International Indonesia mendonasikan 7 juta liter air bersih ke NTT.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
MBAY, KOMPAS — Perilaku hidup bersih dan sehat di tengah ancaman pandemi Covid-19 mesti didukung berbagai sarana dan prasarana, utamanya air bersih. Untuk itu, Plan International Indonesia mendonasikan 7 juta liter air bersih bagi masyarakat Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Sementara itu, bantuan berupa bahan pokok dari Polda NTT bagi warga miskin dan APD untuk petugas kesehatan masih berdatangan.
Program Implementation Area Manager Plan International Indonesia Eka Hadiyanto di Mbay, Nagekeo, Selasa (19/5/2020), mengatakan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tengah pandemi Covid-19 tidak bisa dianggap enteng. Gerakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, sanitasi sehat serta lingkungan asri tidak bisa lepas dari ketersediaan air yang cukup.
Plan Internasional Indonesia mendistribusikan sekitar 7 juta liter air bersih kepada 81 dusun yang tersebar di 29 desa di Nagekeo di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini dimulai awal Mei sampai akhir Juni 2020. Selain menyediakan air bersih, Plan Internasional Indonesia juga menyediakan 122 tandon air yang terus terisi sehingga mempermudah masyarakat Nagekeo mendapatkan air bersih
Penting bagi anak-anak dan remaja untuk mengerti dan menjaga kebersihan sehari-hari, bukan hanya untuk melindungi diri, melainkan juga orangtua yang lebih rentan terpapar Covid-19. Anak-anak sejak dini dilatih dan dibiasakan membangun pola hidup bersih sehingga ke depan mereka lebih peduli terhadap kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan. (Eka Hadiyanto)
Menurut Eka Hadiyanto, pemilihan Kabupaten Nagekeo setelah tim Plan International Indonesia melakukan survei di beberapa kabupaten di Flores, Sumba, dan Timor. Hasilnya Kabupaten Nagekeo termasuk salah satu kabupaten yang sangat kesulitan air bersih pada musim kemarau.
Warga harus berjalan kaki atau dengan kendaraan roda dua menempuh jarak 3-7 kilometer menuju embung atau cekungan air tersisa. Air itu tercemar kotoran ternak, tetapi tetap digunakan untuk minum, mandi, dan memasak. Sebagian warga terpaksa membeli air tangki Rp 70.000-Rp 200.000 per tangki kapasitas 5.000 liter.
Sementara sebagai upaya mencegah penularan Covid-19, warga membutuhkan akses sarana cuci tangan dengan air bersih yang mengalir, dengan menggunakan sabun, di rumah dan di tempat-tempat umum. Jika air untuk minum dan memasak saja sulit diperoleh, bagaimana mungkin untuk cuci tangan yang dilakukan semua anggota keluarga dan berlangsung setiap saat.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) NTT 2007 menyebutkan, hampir 50 persen rumah tangga mengalami kesulitan dalam mendapatkan air bersih pada musim kemarau. Sementara hasil Riskesdas NTT 2010 menunjukkan 42 persen penduduk di provinsi ini hanya menggunakan 20 liter air per hari per orang. Rendahnya pemanfaatan air menempatkan provinsi ini terendah dalam pemanfaatan air bersih di Indonesia.
Plan International Indonesia menyadari, air itu bagian dari kesehatan dasar yang harus dipenuhi setiap orang. Ketersediaan air menyokong aktivitas masyarakat, terutama anak-anak sekolah, kaum muda, dan ibu-ibu rumah tangga.
”Penting bagi anak-anak dan remaja untuk mengerti dan menjaga kebersihan sehari-hari, tidak hanya untuk melindungi diri, tetapi juga orangtua yang lebih rentan terpapar Covid-19. Anak-anak sejak dini dilatih dan dibiasakan membangun pola hidup bersih sehingga ke depan mereka lebih peduli terhadap kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan,” kata Eka.
Distribusi air bersih ini tetap mengacu pada prosedur standar operasi (SOP) sejak tahap pendataan penerima manfaat, persiapan distribusi, pelaksanaan distribusi, dan evaluasi setelah distribusi. Alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan wajib dikenakan tim distribusi di lapangan.
Bupati Nagekeo Don Bosco Do mengatakan, dua desa di Kecamatan Aesesa terparah kekeringan, yakni Tedakesa dan Rindu Wawo, karena terletak di perbukitan. Warga harus turun-naik bukit setiap hari untuk mengambil air untuk berbagai keperluan. Kedua desa ini termasuk mendapat bantuan air bersih dari Plan International Indonesia.
”Bantuan air diberikan saat yang tepat, yakni warga sedang terancam Covid-19 dan memasuki musim kemarau. Untuk itu masyarakat diingatkan agar menggunakan air itu secukupnya dan memelihara tandon yang telah diberikan,” kata Don Bosco.
Markus Rondi (53), warga Desa Tedakesa, mengatakan, sebaiknya Plan International Indonesia bersama Pemda Nagekeo membantu satu atau dua unit sumur bor bagi beberapa desa yang berada di perbukitan sehingga mereka bisa menikmati air bersih berkelanjutan. Bantuan saat ini hanya untuk dua bulan, yakni sampai akhir Juni 2020. Setelah itu, mereka akan kembali ke situasi kesulitan air bersih.
Bantuan mengalir
Kabid Humas Polda NTT Kombes Polisi Jo Bangun mengatakan, Polda NTT mendistribusikan 1.600 paket bantuan kepada warga yang membutuhkan. Para pejabat utama Polda bersama satuan kerja dan tim melakukan pendistribusian bahan pokok kepada para penerima paket bantuan yang telah didata. Bantuan itu harus diserahkan langsung kepada penerima.
Kapolda NTT Irjen Hamidin mengatakan, ini merupakan gerakan nasional oleh Polri yang dilakukan mulai dari tingkat Mabes, Polda, sampai jajaran Polres. Jumlah 1.600 paket bahan pokok itu disiapkan Polda NTT, belum termasuk paket bahan pokok yang disiapkan Polres masing-masing.
Pembagian dilakukan dari pintu ke pintu rumah warga miskin yang terkena dampak Covid-19. Kelompok masyarakat ini telah didata Babinkantibmas di wilayah masing-masing.
”Bantuan ini disampaikan kepada warga miskin dan hampir miskin akibat pandemi Covid-19. Diharapkan bantuan ini bisa meringankan beban ekonomi warga saat ini,” kata Hamidin.
Sementara itu, pesawat Boeing A-7306 milik TNI AU mengangkut 54 koli alat pelindung diri dari Kementerian Kesehatan ke Pemprov NTT. Pesawat ini bertolak dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Bandara Ngurah Rai, Bandara Lombok, kemudian Bandara El Tari, Kupang. Jumlah 54 koli barang itu terdiri dari 2.700 eksemplar barang jenis alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan.
Bantuan diserahkan Pasiminlog Korem 161/Wirasakti Kupang Kapten (Pnb) I Ketut Sabda Andika kepada Emma Simanjuntak mewakili Dinas Kesehatan NTT. APD ini langsung disimpan di Gudang Kefarmasian Dinas Kesehatan NTT.
Polda NTT mendapat bantuan APD dari Perhimpunan Masyarakat Tionghoa Jakarta berupa 1.000 baju APD coveral face shield, 100 goggles, dan 24.000 masker medis bagi para tenaga kesehatan di RS Bhayangkara.
Anggota DPRD NTT dari Fraksi PDI-P, Patris Laliwolo, membantu 3.240 butir telur ayam bagi RSUD TC Hillers Maumere. Telur tersebut disumbangkan untuk membantu meningkatkan sumber protein bagi para pasien Covid-19 di rumah sakit tersebut.