Orang positif Covid-19 yang tidak memiliki gejala sangat riskan menulari orang lain, termasuk tenaga medis. Tes Covid-19 harus ditingkatkan agar mampu memutus rantai penularan.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Orang positif Covid-19 yang tidak memiliki gejala sangat riskan menulari orang lain, termasuk tenaga medis. Tes Covid-19 harus ditingkatkan agar mampu memutus rantai penularan.
Hingga Jumat (22/5/2020) petang, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Jawa Timur sebanyak 2.998 orang. Penambahan tertinggi sejak dua bulan terakhir terjadi pada Kamis yang mencatatkan penambahan kasus 502 orang, sebanyak 311 orang di antaranya berasal dari Surabaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya mengatakan, sebagian kasus terkonfirmasi positif merupakan orang tanpa gejala (OTG) yang dideteksi melalui tes cepat secara massal. OTG tersebut masih terus beraktivitas karena belum terdeteksi sehingga rawan menularkan ke orang lain ketika beraktivitas.
”Dari 311 kasus baru pada Kamis, 48 di antaranya tidak bergejala, bahkan tidak termasuk kelompok berisiko tertular,” katanya.
Risma mengatakan, salah satu cara memutus rantai penularan adalah dengan mengidentifikasi sebanyak mungkin orang yang sudah tertular dan mengisolasi hingga pasien sembuh. Oleh sebab itu, tes massal merupakan solusi untuk mengetahui sebanyak mungkin pasien positif, terutama yang tidak memiliki gejala.
Dari 311 kasus baru pada Kamis, 48 di antaranya tidak bergejala, bahkan tidak termasuk kelompok berisiko tertular. (Tri Rismaharini)
Hingga saat ini, tes cepat sudah dilakukan kepada 15.551 sampel. Sebanyak 1.453 sampel di antaranya reaktif dan melanjutkan tes usap tenggorokan. ”Ada 20 hingga 25 persen reaktif terkonfirmasi positif melalui tes usap tenggorokan,” ujar Risma.
Warga agar jujur
Selain itu, Risma juga meminta kepada warga agar jujur kepada tenaga kesehatan saat memeriksakan diri ke rumah sakit. Jika merasa ada gejala Covid-19, seharusnya memberitahukan kepada dokter atau perawat yang menangani. Kejujuran ini amat penting agar tidak menularkan ke tenaga medis.
Berdasarkan catatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Jatim, sebanyak 121 tenaga medis terpapar Covid-19. Dari jumlah itu, lima orang di antaranya meninggal. Pada penambahan kasus pada Kamis, ada 20 tenaga medis yang terkonfirmasi positif.
Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur Kohar Hari Santoso mengatakan, tenaga medis yang tertular tidak bertugas merawat pasien Covid-19. Mayoritas mereka tertular, dari pasien poliklinik, rawat inap, dan rawat jalan penyakit-penyakit lain. ”Ternyata pasien-pasien tersebut sudah tertular Covid-19, sebagian besar tidak bergejala,” tuturnya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kota Surabaya Brahmana Askandar menuturkan, pemerintah perlu meningkatkan kapasitas tes cepat dan tes usap tenggorokan agar dapat mengidentifikasi sebanyak mungkin pasien positif. Dengan demikian, tenaga medis mampu membedakan pasien yang terpapar dan mengantisipasi risiko yang akan terjadi.
”Sebab, sekarang banyak pasien positif Covid-19 yang bahkan tidak mengalami gejala klinis seperti batuk, sesak napas, atau demam. Mereka tetap berbaur dan tidak mengetahui bahwa sudah tertular Covid-19,” kata Brahmana.