Rumah Sakit Pusat Transmisi Covid-19 di Manado Tetap Beroperasi
Rumah sakit yang menjadi pusat transmisi di Manado, Sulawesi Utara, tetap beroperasi meski jumlah penderita Covid-19 dalam kluster tersebut masih mungkin terus bertambah.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Dua rumah sakit yang menjadi pusat transmisi di Kota Manado, Sulawesi Utara, tetap beroperasi meski jumlah penderita Covid-19 dalam kluster tersebut berpotensi terus bertambah. Dalam konteks wabah, rumah sakit tidak mungkin ditutup.
Dua rumah sakit di Manado yang menjadi pusat penularan Covid-19 disebut fasilitas kesehatan (faskes) A dan faskes B oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Juru bicara Gugus Tugas Sulawesi Utara Steaven Dandel mengatakan, kedua rumah sakit tetap beroperasi.
”Kami sudah melaksanakan tindakan PPI (pencegahan dan pengendalian infeksi) nosocomial di kedua rumah sakit itu. Kami juga sudah melaksanakan rapid test (tes cepat) dan swab (tes usap) kepada para petugas kesehatan. Yang hasil tesnya reaktif atau positif sudah pasti diisolasi, yang sehat tetap bekerja,” kata Steaven saat dihubungi dari Manado, Sabtu (23/5/2020).
Steaven mengatakan, tim PPI dari RSUP Prof dr RD Kandou Manado telah dikirim untuk mengevaluasi prosedur standar pelayanan dan mengawasi penyemprotan disinfektan. Ia menyatakan, tidak ada lagi penambahan kasus di kedua kluster tersebut sehingga kedua rumah sakit bisa dibuka kembali setelah ditutup sementara.
Selama 20-22 Mei, tercatat ada sembilan pasien baru dalam kluster faskes B. Hingga Sabtu siang, tercatat 13 orang penderita Covid-19 yang tergolong dalam kluster faskes A dan 21 orang di faskes B. Menurut Steaven, seluruh rumah sakit di Manado harus terus melayani publik demi mengatasi wabah ini dan masalah kesehatan lain.
Meski Pemprov Sulut enggan menyebut nama rumah sakit, Kepala Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Kolonel (Ckm) dr Abdul Alim mengonfirmasi bahwa faskes B adalah rumah sakit yang dipimpinnya. Meski demikian, ia tidak bisa memastikan penularan Covid berasal dari area rumah sakit.
”Ada apoteker yang jalan-jalan ke Kotamobagu, kemudian pulang positif Covid-19, tetapi disebut masuk kluster faskes B. Padahal, kapan apoteker bersentuhan dengan pasien? Ada juga mahasiswa akademi keperawatan yang kena karena pernah ikut mengukur suhu badan pasien. Sebaliknya, dokter dan perawat belum ada yang positif Covid-19,” kata Abdul.
Mau berapa kali pun disemprot, tidak akan bisa membasmi korona yang sudah di mana-mana. Yang penting petugas kesehatan dan masyarakat jaga jarak dan rajin cuci tangan. (Abdul Alim-RS Robert Wolter Monginsidi)
Hal ini sudah dipastikan karena semua tenaga kesehatan telah mengikuti tes cepat. Adapun pasien yang positif Covid-19 telah diisolasi dan dirawat seperti biasa. Karena jumlah pasien yang dirawat di RS tersebut mencapai 29 orang, Abdul menyatakan, pihaknya tidak bisa menerima lagi pasien Covid-19 untuk sementara.
Adapun penyemprotan disinfektan dilaksanakan sekali setiap hari di RS Robert Wolter Mongisidi. ”Mau berapa kali pun disemprot, tidak akan bisa membasmi korona yang sudah di mana-mana. Yang penting petugas kesehatan dan masyarakat jaga jarak dan rajin cuci tangan,” kata Abdul.
Menurut pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof Hasbullah Thabrany, langkah yang dilakukan rumah sakit dan pemerintah daerah sudah benar. Tenaga kesehatan dan karyawan di faskes terkait harus segera diisolasi agar penularan Covid-19 bisa dicegah.
Tim gugus tugas juga harus dapat memastikan tenaga kesehatan lain yang tes cepatnya tidak reaktif selalu menggunakan masker dan alat pelindung diri lainnya. ”Kalau ternyata tidak, ya, mereka tetap harus diisolasi,” kata Hasbullah.
Pemkot merencanakan penutupan sementara atau rekayasa penataan pasar.
Adapun kebijakan pemprov untuk tidak mengumumkan nama faskes pusat kluster dapat dipahami sebagai cara mempertahankan sistem kesehatan. Masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan bisa saja cenderung takut jika nama faskes diumumkan. ”Namun, tenaga kesehatan yang terinfeksi harus digantikan dengan yang baru agar pelayanan tetap bejalan,” kata Hasbullah.
Sementara itu, sudah ada 15 pasien positif Covid-19 dalam kluster Pasar Pinasungkulan. Pemerintah Kota Manado memutuskan tidak akan memindahkan aktivitas pedagang di Pasar Pinasungkulan, Karombasan, ke lokasi baru. Sebagai gantinya, pemkot merencanakan penutupan sementara atau rekayasa penataan pasar.
Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Manado, Sanil Marentek, menyatakan, pemkot masih akan berunding dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Manado. Sebagai gambaran, pedagang nantinya bisa saja diatur berdagang dengan jarak atau bergantian menurut hari atau tanggal ganjil-genap.
Hingga Sabtu sore sudah ditemukan 201 kasus positif Covid-19 di Sulut. Di Manado saja terdapat 122 kasus. Wali Kota Manado Vicky Lumentut dikabarkan sedang menggodok rencana pengajuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).