Warga Banjarmasin Memilih Tiadakan Tradisi Bajarahan demi Cegah Penularan Covid-19
Perayaan Idul Fitri 1441 Hijriah pada tahun 2020 ini, suasana Kota Banjarmasin jauh dari hiruk pikuk.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Perayaan Idul Fitri 1441 Hijriah pada 2020 ini jauh dari suasana hiruk pikuk. Di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, warga memilih meniadakan dulu tradisi bajarahan saat Lebaran dalam rangka mencegah penularan Covid-19.
Bajarahan merupakan tradisi silaturahmi secara berombongan dari rumah ke rumah. Rombongan warga yang datang bersilaturahmi seolah-olah menjarah apa yang dihidangkan tuan rumah. Tradisi itu masih dihidupi masyarakat Banjar yang tinggal di Kelurahan Pekapuran Laut, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin.
”Bajarahan tahun ini ditiadakan karena pandemi Covid-19. Kami juga menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Mukhyar Rivana (50), warga Kelurahan Pekapuran Laut yang tinggal di Jalan Pekapuran B Laut, Banjarmasin, Minggu (24/5/2020).
Menurut Mukhyar, bajarahan merupakan tradisi tahunan masyarakat setempat yang sudah berlangsung puluhan tahun. Bajarahan dilakukan pada hari pertama dan hari kedua Lebaran. Begitu selesai shalat Id, warga langsung turun bajarahan. ”Beberapa tahun terakhir ini, bajarahan selalu dimulai dari rumah ulun (saya),” ujarnya.
Bajarahan biasanya dilakukan warga dari pagi sampai tengah hari. Rumah yang didatangi adalah rumah warga yang memang siap menerima rombongan. Bagi rumah yang tidak siap, akan dilewati. ”Karena dilakukan dua hari, satu rumah bisa dua kali juga dikunjungi,” katanya.
H Irin (45), warga Pekapuran Laut lainnya, menuturkan, tuan rumah yang dikunjungi biasanya menghidangkan makanan dan minuman, seperti soto banjar, nasi sop, aneka wadai (kue), dan minuman. ”Yang ikut bajarahan mulai dari orang tua sampai anak-anak,” ujarnya.
Tahun ini, meskipun bajarahan ditiadakan, warga Pekapuran Laut tetap menjalin silaturahmi dengan saling mengunjungi ataupun dengan mengantar makanan. ”Kunjungan kali ini tidak lagi secara berombongan karena kita sama-sama menjaga jarak dan menghindari kerumunan,” kata Irin.
Lonjakan kasus
Warga Pekapuran Laut berupaya menerapkan protokol kesehatan dalam bersilaturahmi, karena saat ini hampir semua kelurahan di Kota Banjarmasin terdampak Covid-19. Sebanyak 50 kelurahan dari 52 kelurahan, termasuk Pekapuran Laut, sudah zona merah. Banjarmasin juga masih melaksanakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga 31 Mei 2020.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Machli Riyadi, yang juga Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Banjarmasin mengatakan, kasus positif Covid-19 di Banjarmasin melonjak signifikan dalam sebulan terakhir.
Sebagai perbandingan, pada 24 April lalu baru ditemukan 40 kasus positif Covid-19 di Banjarmasin. Namun, pada 23 Mei sudah ditemukan 220 kasus positif. Jadi, selama 30 hari ditemukan rata-rata 6 orang yang positif Covid-19 dalam sehari. Jumlah kematian akibat Covid-19 juga meningkat dari 5 orang menjadi 50 orang. ”Keadaan ini sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Karena itu, Machli meminta warga Kota Banjarmasin meningkatkan kewaspadaan terhadap Covid-19. ”Kami mengimbau warga yang merayakan Idul Fitri untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan. Ketika bersilaturahmi tetap menggunakan masker dan tidak berjabat tangan,” katanya.
Berdasarkan pantauan, sebagian besar masjid di Kota Banjarmasin tidak menggelar shalat Id pada tahun ini. Beberapa masjid yang tetap menggelar shalat Id juga tidak begitu dipadati jemaah. Di Masjid Jami, Banjarmasin, jemaah yang mengikuti shalat id tetap mengenakan masker, saling menjaga jarak, mencuci tangan seusai shalat, dan tidak saling berjabat tangan.