Bangsa Indonesia Enggan Menyerah kepada Pandemi Covid-19
Bangsa Indonesia enggan menyerah terhadap pandemi Covid-19. Pada Idul Fitri 1441 Hijriah kali ini, masyarakat mencari cara untuk tetap bisa bersilaturahmi dan menjalani tradisi Lebaran dengan cara seaman mungkin.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
Bangsa Indonesia enggan menyerah terhadap pandemi Covid-19. Pada Idul Fitri 1441 Hijriah kali ini, masyarakat mencari cara untuk tetap bisa bersilaturahmi dan menjalani tradisi Lebaran dengan cara seaman mungkin.
Sejak shalat Idul Fitri, sebagian masyarakat memilih tidak menggelar shalat berjemaah di masjid. Namun, bagi masjid yang tetap menggelar shalat Id, panitia menerapkan protokol kesehatan ketat.
Di Masjid Agung Kota Malang, misalnya, panitia menyiapkan bilik sterilisasi bagi jemaah yang memasuki masjid. Selain itu, shalat digelar singkat, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya shalat selesai pukul 07.00 WIB, pada Minggu (24/5/2020) shalat selesai pukul 06.15 WIB. Seusai shalat, warga langsung pulang kembali ke rumah masing-masing.
”Tahun lalu, ada sambutan-sambutan, baik dari takmir maupun pemerintah daerah. Namun, hari ini tidak ada sambutan-sambutan. Khotbah juga hanya 10 menit. Akibatnya, shalat yang biasanya selesai pukul 07.00 WIB, kini pukul 06.15 WIB sudah selesai,” kata KH Abdul Aziz, Wakil Ketua Takmir Masjid Agung Kota Malang.
Menurut Aziz, selama pandemi ini, masjid menerapkan strategi ibadah Ramadhan terbatas darurat (IRTD). Misalnya, tarawih tidak menggunakan bacaan witir dan hanya membaca surat-surat pendek.
Tahun lalu, ada sambutan-sambutan, baik dari takmir maupun pemerintah daerah. Namun, hari ini tidak ada sambutan-sambutan. Khotbah juga hanya 10 menit. Akibatnya, shalat yang biasanya selesai pukul 07.00 WIB, kini pukul 06.15 WIB sudah selesai.
Menurut Slamet, takmir Masjid Nurul Hidayah, hal itu merupakan salah satu upaya warga untuk bisa tetap terhindar dari Covid-19. ”Setiap jemaah dibagikan masker. Ada 5.000-an masker dibagikan hari ini. Uang pembelian masker berasal dari swadaya jemaah sebelumnya ditambah kas masjid,” tutur Slamet.
Seusai shalat Id pun, silaturahmi antarwarga juga tetap berjalan meski secara daring. ”Warga ada semacam kesepakatan untuk tidak saling mengunjungi, tetapi bersilaturahmi lewat panggilan video. Yang datang bersilaturahmi pun hanya saudara-saudara,” kata Iman Suwongso, warga Desa Pandanlandung. Pada hari-hari biasa, tetangga di desa tersebut saling kunjung-mengunjungi untuk bersilaturahmi.
Tradisi ziarah
Tradisi berziarah ke makam keluarga pun masih berjalan meski dalam situasi pandemi. ”Jumlah pembeli bunga jauh menurun, paling hanya setengah dari biasanya. Ini karena yang jauh-jauh tidak bisa datang berziarah,” kata Sakinem (55), penjual bunga di TPU Samaan, Kota Malang.
Jika biasanya pelayat sudah berdatangan dan memacetkan jalanan di sekitar makam, tahun ini hal itu tidak terjadi. ”Yang datang sangat berkurang. Sepi,” kata Sambul (30), pembersih makam.
Meski begitu, aktivitas nyekar atau berziarah bagi warga yang tinggal di Malang tetap berjalan. Mereka datang berombongan dengan keluarga besarnya dan berziarah ke makam keluarga.
Meski aktivitas Lebaran kali ini dalam keterbatasan, baik dalam aktivitas maupun jumlah orang (keluarga), tradisi Lebaran tetap dijalani. Terlihat masyarakat berusaha mencari cara agar tradisi tetap jalan, tetapi mereka juga tetap aman. Bangsa ini tidak akan menyerah kepada pandemi. Semoga pandemi segera berlalu dan kehidupan kembali berjalan normal.