Inovasi Pelayanan Masyarakat Jadi Bekal Banyuwangi Menuju Normal Baru
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendorong agar instansi-instansi pemerintah di bidang pelayanan menyiapkan inovasi untuk memasuki era normal baru.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendorong instansi-instansi pemerintah di bidang pelayanan masyarakat menyiapkan inovasi untuk bekal memasuki era normal baru. Hal itu ditumbuhkan sembari tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.
Pihak swasta, terutama pariwisata, juga dituntut menerapkan hal yang serupa. Hotel dan restoran pun disiapkan menerapkan normal baru agar perekonomian kembali bergairah.
Hal tersebut disampaikan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas seusai bertemu sejumlah tenaga kesehatan di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (27/5/2020). Dia mengatakan, normal baru bukan berarti menyerah pada Covid-19. Hal itu adalah bentuk adaptasi agar pelayanan dan ekonomi kembali berputar.
Anas menjelaskan, pandemi Covid-19 belum dapat dipastikan kapan akan berakhir. Dalam kondisi ini, dibutuhkan langkah agar pelayanan dan ekonomi kembali bergerak setelah tergoncang atau vakum selama beberapa saat.
Dalam kondisi tersebut, dibutuhkan langkah-langkah baru. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tetap menerapkan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 secara ketat sambil menggerakkan perekonomian dan pelayanan publik kepada masyarakat.
”Untuk bisa kembali normal seperti sebelum pandemi, mungkin harus menunggu ada vaksin. Namun, itu butuh waktu yang lama. Kita tidak mungkin bertahan dengan kondisi seperti ini terus. Karena itu, pelayanan publik akan kami gulirkan kembali,” ujarnya.
Anas menambahkan, instansi-instansi pemerintah akan menjadi pendorong bagi masyarakat dan sektor lainnya. Dia berharap sektor pariwisata, misalnya hotel dan restoran, juga harus menerapkan hal serupa.
Anas mencontohkan, layanan di Kantor Desa Genteng Wetan sengaja dijadikan contoh agar instansi lain tergerak menemukan inovasi untuk memasuki normal baru. Ia berharap banyak inovasi yang muncul agar layanan publik kembali seperti semula.
Untuk bisa kembali normal seperti sebelum pandemi, mungkin harus menunggu ada vaksin. Namun, itu butuh waktu yang lama. Kita tidak mungkin bertahan dengan kondisi seperti ini terus. Karena itu, pelayanan publik akan kita gulirkan kembali.
Konsep kebaruan, kata Anas, belum secara resmi diterapkan di Banyuwangi. Ia masih menunggu instruksi pemerintah pusat. Namun, ia berharap inovasi tersebut mulai disiapkan agar nantinya bisa segera diterapkan.
Dalam normal baru, Dinas Kesehatan Banyuwangi akan mengeluarkan standar- khusus. Jika syarat-syarat tersebut dipenuhi, akan ada sertifikat normal baru. Sertifikat itu menjadi jaminan bagi warga yang akan mendapatkan layanan di instansi tersebut.
Kepala Dinkes Banyuwangi Widji Lestariono mengatakan, pihaknya sedang mematangkan standar keamanan layanan tersebut. Konsep serupa nantinya juga akan diterapkan di sektor pariwisata yang selama ini menjadi unggulan Banyuwangi.
”Untuk sopir travel, misalnya, dia harus mengantongi hasil tes cepat yang harus diperbarui setiap tujuh hari. Sopir juga harus menggunakan alat pelindung kesehatan tingkat 1, berupa masker, kacamata (google) dan sarung tangan lateks,” ujarnya.
Hal serupa juga dilakukan di hotel dan restoran. Pegawai hotel dan restoran yang bekerja harus dalam keadaan sehat. Keterangan hasil tes cepat harus diumumkan di lobi hotel. Selain itu, pegawai yang berpotensi kontak langsung dengan tamu, termasuk karyawan di dapur dan pramusaji restoran, harus dipastikan menggunakan penutup wajah (face shield).
Salah satu lokasi pariwisata yang sudah mulai bersiap menghadapi era normal baru ialah Bangsring Underwater. Ikhwan Arief, koordinator nelayan Bangsring Underwater, mengatakan, pihaknya telah melakukan sejumlah simulasi layanan pariwisata sesuai protokol kesehatan. Hal tersebut bakal diterapkan jika nantinya pemerintah kembali mengizinkan pariwisata dibuka.
Salah satunya proses pembersihan peralatan selam menggunakan disinfektan sebelum dan sesudah digunakan. Selama ini, pembersihan dilakukan tanpa menggunakan disinfektan.
”Kami mungkin juga akan melakukan pembatasan bagi pengunjung. Pengunjung di atas 45 tahun kemungkinan tidak kami izinkan masuk. Kuota kunjungan juga dibatasi. Saat hari libur, kami bisa menerima 5.000 tamu dalam sehari. Nantinya jumlahnya akan kami batasi 500 orang saja. Namun, bagaimana teknisnya nanti, kami belum menemukan formula yang tepat,” kata Ikhwan.