Sebanyak 1.071 warga Kota Surabaya, Jawa Timur, yang hasil tes cepatnya reaktif ditargetkan selesai menjalani tes usap tenggorokan atau ”swab” pada awal minggu depan.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 1.071 warga Kota Surabaya, Jawa Timur, yang hasil tes cepatnya reaktif ditargetkan selesai menjalani tes usap tenggorokan atau swab pada awal minggu depan. Setelah tes pada warga reaktif tuntas, tes usap tenggorokan massal diperluas ke kawasan permukiman.
Hingga Rabu (27/5/2020), tes cepat sudah dilakukan kepada 22.763 orang dengan hasil 2.231 di antaranya reaktif. Seluruh warga yang hasil tes reaktif kemudian diisolasi dan secara bertahap menjalani tes usap tenggorokan. Dari jumlah tersebut, masih ada 1.071 orang dengan hasil tes cepat reaktif belum melakukan tes usap tenggorokan karena keterbatasan kapasitas laboratorium.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, di Surabaya, Kamis (28/5/2020), memperkirakan tes usap tenggorokan kepada 1.071 warga reaktif bisa tuntas dalam tiga hingga empat hari. Sebab, ada tambahan dua unit mobil laboratorium bergerak untuk tes usap tenggorokan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Intelijen Negara (BIN). Keduanya direncanakan berada di Surabaya selama lima hari.
Laboratorium dari BNPB, yang tiba di Surabaya pada Rabu (27/5/2020), memiliki kapasitas pengujian hingga 200 sampel per hari. Sementara laboratorium bergerak dari BIN memiliki kapasitas maksimal 500 sampel per hari dan rencananya tiba pada Jumat (29/5/2020) siang.
”Prioritas untuk menyelesaikan tes usap tenggorokan kepada warga reaktif tes cepat. Setelah selesai, berlanjut ke perkampungan agar cakupan tes semakin tinggi,” kata Risma.
Dia mengatakan, tes cepat dan tes usap tenggorokan sudah dilakukan kepada seluruh orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gejala (OTG), dan orang dalam risiko (ODP).
Dalam tahap awal, metode yang digunakan adalah tes cepat karena hasilnya bisa keluar sekitar satu jam, berbeda dengan tes usap tenggorokan yang hasilnya baru keluar lebih dari satu minggu. Jika hasil menunjukkan reaktif, orang tersebut akan diisolasi selama 14 hari dan melakukan tes usap tenggorokan.
”Jadi, seluruh penambahan pasien terkonfirmasi positif sudah ada di data kami. Mereka sudah dipantau dan diisolasi agar tidak ada kluster penularan baru,” kata Risma.
Risma mengatakan, tes cepat terus dilakukan di beberapa tempat yang telah menjadi kluster penularan. Seluruh warga yang berada di kawasan tersebut harus mengikuti tes cepat untuk menyisir warga yang sudah tertular. Beberapa kawasan perkampungan kini sudah tidak lagi ditemukan warga reaktif, seperti di Dukuh Setro Rawasan dan Rungkut Lor.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengungkapkan, sejumlah rumah sakit telah meningkatkan kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 untuk mengantisipasi penambahan pasien. Pasien dengan gejala sedang hingga berat akan dirawat di rumah sakit, sedangkan pasien dengan gejala ringan dirawat di Asrama Haji Embarkasi Surabaya dan rumah sakit darurat.
”Selain memberikan bantuan alat pelindung diri ke rumah sakit, kami juga berikan alat ventilator,” kata Febria.