Kawah Gunung Ijen di Jawa Timur meletup. Letupan besar ini menyeret seorang penjaga aliran pipa belerang yang sedang bertugas di tepi kawah.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sebuah letupan terjadi di kawah Gunung Ijen, Jawa Timur, Jumat (29/5/2020). Letupan di air kawah tersebut mengakibatkan seorang penjaga aliran belerang dari PT Candi Ngerimbi hilang.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Ijen Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Suparjan membenarkan adanya peristiwa tersebut. Ia mengatakan, letupan di danau di dasar kawah Gunung Ijen tersebut terjadi pada Jumat pukul 11.31.
Unsur pimpinan Unit 1 PT Candi Ngrimbi di Banyuwangi, Cung Lianto, menyampaikan, salah satu karyawannya hilang dalam peristiwa tersebut. ”Pada saat kejadian ada dua petugas penjaga sulfur yang sedang bertugas, Alimik (48) dan Suwandi (50). Saat kejadian, Alimik berhasil menyelamatkan diri, sedangkan Suwandi masih hilang hingga saat ini,” kata Cung.
Cung menambahkan, keduanya merupakan penjaga sulfur yang bertugas menjaga aliran belerang dari pipa-pipa. Petugas penjaga sulfur bertugas bergantian dua orang setiap giliran jaga selama satu minggu.
Hingga Jumat pukul 20.00, evakuasi terhadap Suwandi belum dilakukan. Cung sudah melaporkan peristiwa itu kepada Badan SAR Nasional Banyuwangi dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyuwangi.
Namun, berdasarkan rekomendasi PVMBG, evakuasi hendaknya dilakukan pada siang hari karena di malam hari dikhawatirkan ada gas beracun. Gas beracun tersebut biasanya baru terurai setelah terpapar sinar matahari.
Alimik yang menjadi korban selamat mengungkapkan, ia dan Suwandi mulai bertugas berjaga pada pukul 11.00. Saat itu, air di kawah masih jernih seperti biasanya. Baru pada pukul 11.30 ia menyadari air menjadi keruh.
Saat melihat kondisi air yang keruh, ia mendengar suara gemuruh angin yang sangat kencang. Sesaat kemudian terjadi letupan berupa gelembung air yang sangat besar hingga membuat gelombang air.
”Kami berdua segera lari bersama. Sekitar 15 meter hingga 20 meter berlari, Pak Suwandi terjatuh. Secara bersamaan ada gelombang kedua yang sangat tinggi seperti tsunami. Pak Suwandi tergulung air dan hilang,” ungkapnya.
Alimik mengatakan fenomena munculnya gelembung udara di sekitar danau memang biasa terjadi. Namun, biasanya gelembung tersebut kecil-kecil. Baru kali ini, ia mengaku melihat gelembung udara yang sangat besar di danau tersebut.
Secara bersamaan ada gelombang kedua yang sangat tinggi seperti tsunami. Suwandi tergulung air dan hilang.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, dalam beberapa minggu terakhir aktivitas vulkanik di Gunung Ijen menunjukkan fluktuasi. Pada hari-hari tertentu, jumlah gempa embusan bisa mencapai lebih dari 10 kali per hari. Namun, hal itu tidak terlalu sering.
Gelombang di permukaan air danau Kawah Ijen, lanjut Hendra, dimungkinkan terjadi karena fenomena bubbling (bualan berupa gelembung udara) atau longsoran dari lereng kaldera. Hujan juga menjadi faktor yang menyebabkan fenomena bubbling dan longsoran.
”Beberapa minggu terakhir sering terjadi hujan di sekitar kawah. Fenomena bubbling dari dasar danau berkali-kali terjadi saat hujan. Bubbling dari dasar danau yang muncul ke muka air bisa menimbulkan gelombang. Namun, besar kecilnya gelombang relatif,” tutur Hendra.
Hendra menambahkan, pengamatan dari kamera pantau juga menunjukkan hujan dapat menimbulkan longsoran kecil di lereng kaldera. Petugas Pos Pemantauan Gunung Api Ijen melaporkan terjadi longsoran kecil beberapa hari lalu.
Selama dua bulan ini aktivitas di sekitar kawah Ijen sepi. Kunjungan wisatawan terhenti karena pandemi Covid-19. Saat letupan terjadi, para petambang libur menambang.