Sebanyak 60 polisi dikerahkan untuk mengejar kelompok kriminal bersenjata di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Kelompok itu pekan lalu menyerang dua tenaga kesehatan yang sedang bertugas dalam penanganan Covid-19.
Oleh
FABIO COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak dua peleton atau 60 personel Polri diterjunkan untuk mengejar kelompok kriminal bersenjata di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Kelompok itu menyerang dua tenaga kesehatan di Distrik Wandai pada 22 Mei lalu.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal di Jayapura, Jumat (29/5/2020), mengatakan, pihaknya menerjunkan bantuan pasukan ke Intan Jaya sebab jumlah anggota Polri di sana tidak memadai. Dari delapan distrik (setingkat kecamatan) yang ada di Intan Jaya, hanya tiga distrik yang telah dijaga aparat kepolisian.
Adapun Distrik Wandai, lokasi penyerangan, termasuk yang belum memiliki aparat kepolisian. Struktur Kepolisian Resor Intan Jaya baru terbentuk pada tahun lalu.
Ahmad mengatakan, kelompok yang menyerang dua tenaga kesehatan di Intan Jaya berasal dari Kabupaten Paniai. ”Diduga, mereka juga terlibat penyerangan Pos Polisi Ndeotadi pada 15 Mei lalu. Saat itu mereka merampas tiga pucuk senjata milik anggota,” ujarnya.
Menurut Ahmad, kelompok kriminal bersenjata yang menyerang kedua tenaga kesehatan ini berjumlah 50 orang. Mereka memiliki 10 pucuk senjata api laras panjang dan laras pendek.
Ia mengungkapkan, dua tenaga kesehatan itu, yakni Henico Somau dan Alemanek Bagau, diserang kelompok tersebut karena dianggap sebagai anggota intelijen aparat keamanan. Padahal, keduanya sedang mengantar obat-obatan untuk menangani wabah Covid-19 di Distrik Wandai.
Kelompok kriminal bersenjata menembak keduanya di rumah Alemanek sekitar pukul 09.00 WIT. Akibatnya, Henico meninggal dengan luka tembak di kaki kiri dan kanan. Adapun Alemanek dalam kondisi kritis karena menderita luka tembak di tangan dan kaki. ”Anggota kami bersama TNI masih mengejar para pelaku di sekitar lokasi kejadian,” kata Ahmad.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Papua dokter Donald Aronggear menyesalkan insiden yang terjadi di Distrik Wandai. Ia mengatakan seharusnya tenaga kesehatan menjadi aset yang dilindungi di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
”Perbuatan ini dapat merugikan masyarakat di daerah pedalaman. Sebab, tidak ada tenaga kesehatan yang mau bertugas karena faktor keamanan. Kami mohon semua warga agar melindungi tenaga kesehatan di Papua,” katanya.