Sekitar 5.000 pekerja migran Indonesia asal NTT segera pulang ke daerahnya. Mereka akan dikarantina terpusat sebelum dipulangkan ke kampung masing-masing.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sekitar 5.000 pekerja migran Indonesia asal Nusa Tenggara Timur segera pulang ke daerahnya. Sebelum kembali ke kampung masing-masing, para pekerja ini akan dikarantina secara terpusat untuk mencegah potensi penularan Covid-19.
Juru Bicara Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Nusa Tenggara Timur (NTT) Marius Ardu Jelamu, di Kupang, Sabtu (30/5/2020), mengatakan, Gubernur NTT Viktor Laiskodat telah memerintahkan bupati/wali kota agar segera melakukan karantina terpusat terhadap para pekerja tersebut.
”Karantina terhadap semua pekerja migran bertujuan memastikan mereka benar-benar aman dari paparan Covid-19 sebelum pulang ke desa masing-masing. Selama ini, desa-desa di NTT aman dari paparan Covid-19 sehingga harus dijaga oleh semua pihak,” kata Marius.
Jumlah 5.000 pekerja migran ini merupakan prediksi sementara, sesuai informasi dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang puluhan ribu pekerja imigran asal Indonesia yang akan dipulangkan. Pemerintah Provinsi NTT telah menyurati pemerintah pusat soal angka pasti dari pekerja migran asal NTT yang akan pulang ini.
Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Wilayah NTT Stanislaus Tefa mengatakan, jika pekerja migran ini pulang ke NTT, mereka harus diperlakukan adil oleh pemerintah daerah (pemda) setempat. Jangan ada diskriminasi terhadap mantan pekerja migran dan pekerja lokal yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena Covid-19.
Menurut Tefa, kemungkinan para pekerja migran itu masih memiliki uang. Namun, mereka tetap harus mendapat perhatian dari pemda karena mereka adalah warga NTT. Mereka ke luar negeri karena terdesak pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
Dia menambahkan, sebagian daerah di NTT maju atau berkembang berkat jasa dari para pekerja migran ini. Di Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, dan Manggarai Barat, para pekerja migran itu telah menghidupkan ekonomi rumah tangga mereka. Mereka membangun rumah, menyekolahkan anak-anak sampai perguruan tinggi, membiayai pengobatan orangtua yang sakit, dan membiayai sejumlah urusan sosial.
Di Kota Kupang, sejumlah pekerja migran yang sukses membangun rumah toko untuk berbagai jenis usaha. Setelah bekerja sekian tahun dan mengumpulkan cukup modal, mereka pulang lalu membangun usaha bahan kebutuhan pokok dan toko material bangunan, yang turut berkontribusi terhadap perputaran roda ekonomi kota.
”Ini tidak mungkin dilakukan kalau mereka tetap bertahan di kampung asal. Sikap ulet dan kerja keras di luar negeri mereka praktikkan setelah pulang ke kampung asal. Mereka tidak sekadar mencari uang di luar negeri, tetapi juga pengalaman tentang sukses untuk dibawa pulang,” kata Tefa.
Ia mengatakan, jika pekerja migran NTT ini pulang, mereka harus dilibatkan dalam program padat karya di desa-desa dari program dana desa. Harus ada surat edaran kepala dinas tenaga kerja atau bupati/wali kota kepada para camat agar melibatkan para mantan pekerja migran ini.
Koordinator Buruh Migran NTT Maria Hingi mengatakan, jumlah 5.000 pekerja migran asal NTT itu bisa mendekati kenyataan. Jumlah ini termasuk mereka yang sudah puluhan tahun menjadi pekerja migran di luar negeri, terutama Malaysia.
Terkait perkembangan Covid-19 di NTT, Kepala Dinas Kesehatan NTT drg Dominukus Minggus Mere mengatakan, jumlah kasus positif per 29 Mei sebanyak 91. Terdapat tambahan satu kasus, yakni dari Flores Timur, berasal dari kluster Gowa.
”Pasien yang sembuh sebanyak 12 orang, meninggal satu orang, serta yang masih dirawat sebanyak 78 pasien di sejumlah rumah sakit,” kata Mere.
Ia pun mengimbau masyarakat agar saat penerapan normal baru tetap memperhatikan protokol kesehatan, yakni mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, selalu mencuci tangan, dan menjaga imunitas tubuh. Hal ini penting untuk mencegah meluasnya Covid-19 di NTT.