200 ”Yacht” Peserta Sail Indonesia Bakal Parkir di Kupang
NTT membuka diri terhadap wisatawan lewat Sail Indonesia, Juni 2020 mendatang. Mereka menawarkan parkir ”yacth” di pantai Tedys, Kupang, untuk 200 kapal dari Australia.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sebanyak 200 kapal pesiar atau yacht akan parkir tetap di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pemerintah provinsi berencana menerapkan situasi normal baru di sektor pariwisata mulai 15 Juni 2020.
Kapal pesiar yang akan parkir tetap di Kupang itu sebelumnya parkir di Darwin, Australia. Jumlah itu mencapai 5 persen dari total yacht yang parkir di Darwin. Keberadaan kapal pesiar di Kupang dianggap bisa mendongkrak ekonomi warga lokal Kupang.
Kepala Bidang Destinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur (NTT) Eden Klakik di Kupang, Minggu (31/5/2020), mengatakan, dirinya telah bertemu dengan David House, selaku koordinator dan penyelenggara parkir kapal pesiar, atau yacht di Darwin, Australia. David House meminta yacht bisa parkir di pantai Tedys, Kupang.
”Kupang aman dari gangguan kriminal. Dari Kupang bisa menuju ke seluruh Indonesia, kemudian ke dunia luar, sesuai pergerakan arah angin sehingga mempermudah mereka berlayar. Jumlahnya 200 yacht dari total 4.000 yacht yang ada di Darwin. Ini sebagai uji coba,” kata Klakik.
Kupang aman dari gangguan kriminal. Dari Kupang bisa menuju ke seluruh Indonesia, kemudian ke dunia luar, sesuai pergerakan arah angin sehingga mempermudah mereka berlayar.
Di Australia, biaya parkir 25 dollar AS per hari. Di Kupang, pemprov mematok 15 dollar AS. Itu sebagai promosi untuk menarik pemilik yacht beralih parkir di Kupang. Jika mereka parkir selama 1 tahun, itu bisa menghasilkan pendapatan asli daerah senilai 54.000 dollar AS. Lebih lama parkir, jauh lebih baik bagi pemda dan masyarakat setempat.
Ia mengatakan, rencana David House itu merupakan hasil usulan dari para pemilik yacht dari sejumlah negara. Sebenarnya, parkir kapal pesiar di Kupang ini sudah dimulai beberapa tahun lalu, tetapi ketiadaan pelabuhan Marina membuat pemilik yacht keberatan untuk parkir lagi.
Kupang sebagai titik awal star Sail Indonesia mestinya dibangun pelabuhan Marina mini di pantai Tedys, Kupang. Kementerian Pariwisata pada 2015 sudah merencanakan hal itu, tetapi kemudian dibatalkan karena masalah tanah.
Jika perahu itu diparkir terbuka di bibir pantai, harus dijaga minimal 2 orang per kapal sehingga dibutuhkan sekitar 400 tenaga kerja, yang memiliki keterampilan berenang. Jika tidak dijaga, perahu akan terbawa arus ke tempat lain, sebagaimana pernah terjadi pada 2014, tiga kapal pesiar terseret arus sampai ke Pulau Semau, sekitar 50 mil dari Kota Kupang.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama TNI AL Kupang sudah melakukan penelitian terhadap tempat-tempat di sekitar pantai Tedys, yang aman untuk tambatan yacht. Tempat-tempat itu rata-rata berjarak 20 meter dari bibir pantai.
Ia mengatakan, selama ini pemilik yacht tetap tinggal di dalam yacht karena menjaga perahu agar tidak terseret arus laut. Peserta yacht sudah berkomitmen, jika ada pelabuhan Marina atau ada yang bersedia menjamin perahu mereka aman, mereka bersedia menginap di hotel.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Wilayah NTT Leo Arkian mengatakan, peserta Sail Indonesia selama ini tidak pernah menetap di hotel. Jika ke depan, yacht itu parkir di Kupang, wisatawan asing diharapkan bisa menginap di hotel.
”Mestinya ada semacam upaya dari pemerintah agar peserta sail itu bisa tidur di hotel. Kalau mereka tidur di dalam yacht, itu tidak menguntungkan pengusaha hotel, kecuali pengusaha restoran dan pusat oleh-oleh di tempat mereka berlabuh,” kata Leo.
Setiap tahun sebanyak 200-500 perahu yacht tiba di pantai Tedys, Kupang, guna mengikuti Sail Indonesia. Kegiatan Sail Indonesia ini dimulai sejak 2006, dengan titik keberangkatan dari pantai Tedys, Kupang. Tahun ini diperkirakan dilaksanakan bulan Juni.
Menurut Klakik, tahun ini belum ada informasi mengenai jumlah peserta sail yang telah masuk Kupang. Mengenai destinasi wisata bahari di NTT yang ditutup sekitar tiga bulan lalu, Klakik mengatakan, pemprov akan membuka destinasi wisata mulai 15 Juni saat normal baru diberlakukan. Semua wisatawan harus mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.
”Mereka yang datang dari zona merah menjadi perhatian utama. Jika calon wisatawan domestik itu merasa diri sedang sakit, sebaiknya tidak usah bepergian ke NTT. Karena, setelah tiba di daerah tujuan wisata, akan menjalani pemeriksaan yang cukup ketat,” katanya.
Jika ada wisatawan yang dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani rapid test atau suhu tubuh lebih dari 38 derajat celsius, segera dikirim ke rumah sakit rujukan Covid-19 terdekat. Normal baru ini juga diberlakukan di semua daerah.
Mengenai pemberlakuan normal baru, 15 Juni 2020, PHRI NTT meminta Pemprov untuk membuat aturan resmi mulai Juni ini agar pelaku usaha bisa segera menyesuaikan. Aturan itu mengatur tentang operasional hotel, restoran, dan tempat hiburan.
Selama ini, kehadiran pemilik yacht membawa banyak manfaat ekonomi bagi warga Kupang. Saat ini sudah belasan anak-anak NTT menjadi anak asuh dari para wisatawan itu. Anak-anak ini disekolahkan di sejumlah perguruan tinggi di luar negeri. Mereka berasal dari keluarga miskin, tetapi memiliki potensi besar di bidang akademik.