Atas Nama Persahabatan, Arifin Nekat Berenang di Danau Asam
Ahmad Arifin (51). penjaga sulfur di kawah Ijen, nekat mengevakuasi jenazah sahabatnya, Suwandi, yang tertelan gelombang kawah sehari sebelumnya. Arifin berenang di kawah dengan kadar asam lebih pekat dari air aki itu.
Suwandi (50), penjaga sulfur di kawah Gunung Ijen, hilang sesaat setelah terjadinya letupan atau bualan di danau kawah Gunung Ijen, Jumat (29/5/2020). Tak sampai 24 jam, jenazahnya ditemukan mengapung di tengah danau.
Penemuan jenazah Suwandi tak lepas dari perjuangan Ahmad Arifin (51). Pria tersebut tak lain merupakan sahabat Suwandi yang juga bertugas sebagai penjaga sulfur di kawah Gunung Ijen.
Saat letupan terjadi, Suwandi sedang bertugas bersama Alimik (48) menjaga aliran sulfur di dapur sulfatara yang terletak di dasar kawah. Tiba-tiba saja keduanya mendengar suara gemuruh angin dan sesaat kemudian terjadi letupan berupa gelembung air yang sangat besar hingga membuat gelombang air menyerupai ombak.
”Kami berdua segera lari bersama. Sekitar 15 meter hingga 20 meter berlari, Pak Suwandi terjatuh. Secara bersamaan ada gelombang kedua yang sangat tinggi, seperti tsunami. Pak Suwandi tergulung air dan hilang,” ungkapnya.
Baca juga : Penjaga Sulfur Ditemukan Tewas Sekitar 150 Meter dari Dapur Sulfatara Danau Kawah Gunung Ijen
Pencarian Suwandi tidak bisa langsung dilakukan pada saat itu karena ada potensi muncul gas beracun. Baru pada Sabtu (30/5/2020) pagi hari, pencarian dilakukan oleh tim gabungan dari Badan SAR Nasional, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyuwangi, TNI-Polri, dan dibantu sejumlah warga.
Dari atas bibir kawah, Ahmad Arifin, salah seorang rekan korban, melihat benda berwarna hijau mengapung di tengah danau. Ia terus mendekati pesisir danau untuk memastikan bahwa yang ia lihat ialah rekannya.
”Saya yakin itu Andi (panggilan Suwandi). Saya terus turun ke dasar kawah mendekati danau agar bisa memastikan hijau-hijau (benda berwarna hijau) di tengah danau itu Andi,” ujar Arifin.
Setelah memastikan bahwa yang ia lihat benar-benar jenazah Suwandi, Arifin langsung melepas semua pakaiannya. Hanya dengan menggunakan celana dalam, Arifin berenang di danau kawah Gunung Ijen.
Baca juga : Air Kawah Ijen Meletup, Satu Orang Hilang
Danau tersebut sebenarnya tidak direkomendasikan untuk berenang. Air danau tersebut merupakan air dengan kadar asam yang cukup tinggi. Air danau tersebut jelas mengandung sulfur sangat tinggi dari celah-celah di dasar kawah yang tertutup air.
Benar saja, Arifin langsung merasakan panas saat pertama kali kakinya menyentuh air di permukaan danau. Namun, ia terus melangkah mendekati jenazah sahabatnya. Air yang semula panas menjadi hangat.
Baca juga : Air Asam Kawah Ijen Rusak Pertanian
Saat ia benar-benar berenang dan seluruh tubuhnya terendam air, Arifin mulai merasakan perih dan gatal di sekujur tubuhnya. Namun, hal itu tidak menyurutkan niatnya mengevakuasi sahabatnya.
Setelah berhasil menggapai tubuh korban, lanjut Arifin, ia lantas mengikat tubuh rekannya dan segera berenang ke tepi danau. Setelah menyerahkan korban kepada tim evakuasi, Arifin langsung diminta membasuh tubuhnya dengan air tawar untuk menghilangkan efek terpapar air asam dari danau.
”Saya hanya ingin teman saya segera diurus dan keluarganya bisa memakamkan secara layak dengan segera. Piye-piye, Andi iki wes koyo dulurku dewe (Bagaimanapun, Suwandi sudah seperti saudara saya sendiri),” tutur Arifin terisak.
Saya hanya ingin teman saya segera diurus dan keluarganya bisa memakamkan secara layak dengan segera. Bagaimanapun, Suwandi sudah seperti saudara saya sendiri.
Hubungan Arifin dengan Suwandi memang cukup erat. Keduanya sudah 30 tahun bekerja bersama sebagai penjaga sulfur. Bahkan, selama 26 tahun, mereka kerap bertugas dalam jadwal yang sama. Baru empat tahun terakhir, keduanya berada dalam kelompok jaga yang berbeda.
Penjaga sulfur
Sulfur atau belerang hasil produksi alam kawah Ijen selama ini dikelola dan dikumpulkan oleh PT Candi Ngerimbi. Para penjaga sulfur, seperti Arifin dan Suwandi, punya peran penting dalam produksi belerang dari kawah Ijen.
Pemimpin Unit 1 Candi Ngrimbi, Banyuwangi, Cung Lianto mengatakan, ada 24 penjaga sulfur. Mereka terbagi dalam dua kelompok masing-masing terdiri atas 12 orang. Setiap kelompok bertugas selama 14 hari. Setiap 12 jam ada dua hingga tiga orang dalam satu kelompok berjaga secara bergantian.
Baca juga : Mengais Rezeki dengan Menantang Bahaya di Kawah Ijen
”Tugas mereka memastikan agar aliran sulfur tidak tersumbat. Mereka bertugas menyiram pipa tempat keluarnya belerang cair agar tidak terjadi penumpukan belerang di ujung pipa. Tanpa penjaga sulfur, tumpukan belerang bisa meledak dan terbakar. Mereka juga yang memastikan aliran sulfur tetap terus berproduksi,” tutur Cung.
Air asam
Berenang di danau kawah Ijen yang mengandung air asam sangat tidak direkomendasikan. Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Ijen Suparjan mengatakan kaget mendengar seorang penjaga sulfur nekat berenang di danau tersebut.
”Wih…, gila. Nekat banget itu. Kandungan asam di air danau itu lebih tinggi daripada air aki. Kulitnya (Arifin) pasti akan gatal-gatal dan perih. Gatalnya luar biasa. Bukan gatal di permukaan kulit, tetapi gatal sampai di dalam kulit karena masuk ke pori-pori,” ujarnya.
Baca juga : Kawah Ijen Perlu Penanganan Khusus
Suparjan mengatakan, salah seorang rekannya pernah masuk ke aliran Kali Pait yang merupakan bagian hilir dari hulu danau kawah Gunung Ijen. Kali Pait berjarak lebih kurang 5 kilometer dari danau kawah Gunung Ijen.
Walaupun berjarak cukup jauh, kandungan asam di aliran air Kali Pait sudah bisa membuat celana jins rusak. Kerusakannya berupa lubang-lubang kecil. ”Di bagian hilir saja, daya rusaknya seperti itu, apalagi di danaunya,” ujar Suparjan.
Rizki Putra Buana, Koordinator Pos SAR Banyuwangi yang memimpin operasi pencarian, sebenarnya sudah melarang Arifin untuk mengevakuasi Suwandi seorang diri tanpa pengaman apa pun. Namun, imbauan darinya sama sekali tidak diindahkan oleh Arifin.
Baca juga : Diselamatkan Air Kawah Ijen
”Kami sebenarnya sudah menyiapkan perahu karet. Namun, saat kami sedang menyiapkan perahu karet, Arifin sudah nekat turun dan berenang. Kami akhirnya memantau upaya Arifin, kalau-kalau dia butuh bantuan. Kami hanya tidak ingin ada korban lain,” tutur Rizky.
Kendati tidak dapat dibenarkan, Arifin mengajarkan arti persahabatan. Kendati sahabatnya telah tiada, rasa cinta kepada sahabatnya mengalahkan rasa takut dan ancaman bahaya yang ada di depan mata.