Dua Kabupaten di Sulawesi Utara Bersiap Jalankan Normal Baru
Bolaang Mongondow Timur siap menerapkan tatanan hidup normal baru yang dipersiapkan pemerintah pusat. Sementara itu, Kepulauan Sitaro mewaspadai risiko penularan dari Manado.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS – Dua daerah di Sulawesi Utara bersiap menerapkan normal baru seperti arahan pemerintah pusat. Jika Kabupaten Bolaang Mongondow Timur telah siap mengembalikan aktivitas warga seperti sebelum pandemi, Kabupaten Kepulauan Sitaro masih akan mengkaji risiko penularan dari para pelaku perjalanan.
Kedua kabupaten ini masuk daftar 102 kota/kabupaten untuk memulai lagi aktivitas warga seperti biasa. Bupati Bolaang Mongondow Timur Sehan Salim Landjar, dihubungi dari Manado, Senin (1/6/2020) menyatakan siap menerapkan tatanan hidup normal baru. Hingga Senin sore, Bolaang Mongondow Timur (Boltim) tercatat hanya memiliki satu kasus positif Covid-19, yaitu Kasus 53 di Sulawesi Utara, laki-laki 28 tahun warga Desa Bukaka, Kecamatan Kotabunan.
Sehan mengatakan, Kasus 53 telah tinggal di Bekasi, Jawa Barat, selama 9 tahun. Ia diumumkan positif Covid-19 pada 9 Mei, lalu dinyatakan sembuh, Kamis (28/5/2020). Setelah itu, tidak ada kasus positif maupun pasien dalam pengawasan (PDP) di Boltim.
Sehan pun menyimpulkan, tidak ada warga Boltim yang terkena Covid-19 akibat kontak dengan pelaku perjalanan dari daerah lain. Ia pun telah menyiapkan rencana mengembalikan aktivitas warga seperti semula sebelum wabah Covid-19 merebak di Sulut. Namun, tetap disertai penerapan protokol kesehatan seperti rajin cuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak satu sama lain minimal 1,5 meter.
“Di Boltim, yang dihentikan kegiatannya cuma sekolah untuk mencegah penularan kepada anak-anak. Kami akan ikuti anjuran pemerintah pusat untuk buka sekolah lagi pada 14 Juni mendatang, tapi guru-guru yang berasal dari luar daerah akan kami minta karantina mandiri lebih dulu,” kata Sehan.
Menurut Sehan, 20-30 persen dari sekitar 770 guru di Boltim berasal dari daerah lain seperti Minahasa Selatan, Kotamobagu, dan Manado. Covid-19 disebutnya sangat mungkin ditularkan para guru tersebut pada 6.000 siswa di Boltim yang diyakini sehat. “Satu anak sudah kami beri tiga masker sebagai langkah pencegahan,” kata dia.
Pusat aktivitas masyarakat lainnya seperti masjid dan pasar tidak ditutup. Sehan bahkan menjadi khatib dalam shalat Id berjamaah di Lapangan Pinagoluman, Tutuyan, Minggu (24/5/2020).
Pusat aktivitas masyarakat lainnya seperti masjid dan pasar tidak ditutup. Sehan bahkan menjadi khatib dalam shalat Id berjamaah di Lapangan Pinagoluman, Tutuyan, Minggu (24/5/2020). Warga diminta menjaga jarak satu dengan lainnya serta mengenakan masker. Di masjid-masjid, kata Sehan, sudah disediakan pula tempat cuci tangan.
Pusat perniagaan seperti pasar tradisional, seperti di Kecamatan Modayag dan Kotabunan, juga telah ditata agar masing-masing pedagang saling berjarak. Para pedagang juga secara mandiri menyemprot mobil pembawa barang dagangan dengan disinfektan. “Apa lagi yang mau saya persiapkan untuk new normal? New normal sudah saya terapkan sejak Maret lalu,” kata ucap Sehan.
Menurut Sehan, keadaan epidemiologis di Boltim sekarang adalah buah dari kedisiplinan, kepekaan, dan kejujuran warga dalam menghadapi Covid-19. Warga waspada akan kedatangan orang dari daerah lain dan meminta mereka mengarantina diri. Jika merasa tidak sehat, warga dilarang pergi ke tempat umum.
Sehan juga menyosialisasikan sendiri cara mencegah tertular Covid-19 di 81 desa di Boltim selama sekitar 20 hari. “Saya juga jamin kebutuhan mereka dengan memberi bantuan pangan tepat waktu, tidak tunggu dari pemerintah pusat,” kata dia.
Rata-rata kontak erat risiko tinggi pasien positif yang diuji bisa melebihi 100 orang per hari. Sebagian besar sampel usap (swab) yang diuji laboratorium juga menunjukkan hasil negatif.
Di lain pihak, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulut Steaven Dandel menyatakan yakin dengan data epidemiologis di Boltim. Seperti tiga kabupaten dan satu kota lainnya di area Bolaang Mongondow Raya, rata-rata kontak erat risiko tinggi pasien positif yang diuji bisa melebihi 100 orang per hari. Sebagian besar sampel usap (swab) yang diuji laboratorium juga menunjukkan hasil negatif.
Faktor lain yang dapat mencegah penularan, kata Steaven, adalah wilayah yang luas dengan jumlah penduduk sedikit. Boltim, misalnya, memiliki luas 910,18 kilometer persegi yang dihuni hanya 84.000 penduduk. “Faktor geografis juga membantu mencegah penularan karena sangat jarang ditemui permukiman padat penduduk,” kata Steaven.
Sementara itu, Bupati Kepulauan Sitaro Evangelian Sasingen mengaku tidak ingin gegabah membuka akses ke Sitaro dan melonggarkan pembatasan aktivitas publik. “Memang kami zona hijau, tapi sentral penyebaran Covid-19 ada di Manado. Jadi saya tidak ingin gegabah menerapkan new normal dan berujung kecolongan kasus positif,” kata dia.
Belum ada satu pun warga Kepulauan Sitaro (Siau Tagulandang Biaro) terjangkit Covid-19. Untuk itu, pembatasan akses masuk dari Manado ke Sitaro menjadi fokus kewaspadaan. Satu-satunya akses masuk-keluar Sitaro adalah jalur laut.
Oleh karena itu, kata Eva, diperlukan kajian risiko penularan dari Manado yang kini memiliki 216 dari total 339 kasus di Sulut. Selama ini, perjalanan kapal Manado-Sitaro telah dikurangi dari setiap hari menjadi tiga hari sepekan.
Di sisi lain, Eva mengaku bangga terhadap warga Sitaro yang kooperatif dengan menjaga jarak, mengurangi jabat tangan, dan menyediakan tempat cuci tangan di rumah maupun tempat aktivitas lain seperti gereja, kantor, sekolah, dan pasar. Warga Sitaro yang tinggal di daerah lain juga patuh untuk tidak pulang kampung.
“Protokol kesehatan yang sudah kami terapkan akan kami pertahankan. Warga juga sudah terbiasa dan melaksanakannya secara mandiri,” kata Eva.