Kasus Anak dan AnakBalita di NTB Terus Bertambah, Orangtua Diminta Tak Abai
Kasus pasien positif Covid-19 anak dan anak balita terus bertambah di NTB. Hingga Selasa, dari total 670 pasien positif, sebanyak 88 orang berasal dari dua kelompok usia tersebut. Orangtua diminta untuk makin waspada.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Kasus pasien positif Covid-19 anak dan anak balita terus bertambah di Nusa Tenggara Barat. Hingga Selasa (2/6/2020), dari total 670 pasien positif, sebanyak 88 orang berasal dari dua kelompok usia tersebut. Orangtua didorong meningkatkan kewaspadaan dan tidak mengabaikan protokol pencegahan Covid-19.
Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Nusa Tenggara Barat, dari total 88 pasien, sebanyak 41 orang merupakan anak balita (usia 0-5 tahun) dan 47 orang adalah anak (usia 6-18 tahun).
Berdasarkan catatan Kompas, penambahan kasus positif pada kedua kelompok usia itu terus terjadi sejak kasus positif pada anak terkonfirmasi pada 10 April 2020, yakni MAS (14) asal Lombok Timur. MAS tertular Covid-19 dari pasien Covid-19 nomor 1 di NTB berinisial Y (50). Y mempunyai riwayat perjalanan ke Jakarta.
Selang sehari, muncul kasus pasien positif anak balita, yakni HW (2), asal Lombok Barat. Kasus itu sekaligus menjadi awal munculnya transmisi lokal di Nusa Tenggara Barat.
Setelah dua kasus awal itu, kasus-kasus lain pada anak balita dan anak terus muncul hingga hari ini. Dalam tujuh hari terakhir, misalnya, ada penambahan 24 kasus pada anak balita dan anak. Tiga di antara 24 kasus itu bahkan menginfeksi bayi, yakni B asal Lombok Barat yang baru berusia enam hari, A asal Lombok Tengah yang berusia dua bulan, dan LMIW asal Mataram yang baru berusia empat bulan.
Sebagian besar kasus positif yang terkonfirmasi dalam sepekan terakhir berasal dari transmisi lokal. Anak balita dan anak tersebut tidak memiliki riwayat perjalanan ke daerah terjangkit, juga tidak pernah berkontak dengan pasien positif.
Sebagian besar kasus positif yang terkonfirmasi dalam sepekan terakhir berasal dari transmisi lokal.
Hingga hari ini, dari semua kasus pada anak balita dan anak-anak di NTB, sebanyak tiga anak balita dinyatakan meninggal dunia akibat Covid-19. Mereka adalah ANK, usia lima bulan, dan MA, usia lima bulan asal Lombok Timur, serta FH, berusia sembilan bulan asal Kota Mataram.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi sebelumnya mengatakan, kasus anak anak dan balita positif Covid-19 di NTB merupakan tertinggi kedua setelah Provinsi Jawa Timur. Sepertiga kasus positif pada anak di NTB tertular virus liar yang biasanya selalu menyertai sebuah pandemi. Penularan biasanya dari orang tanpa gejala (OTG). Analisis itu mengemuka karena pada kebanyakan kasus, orangtua mereka tidak terkena.
Eka mencontohkan kasus pasien anak balita asal Desa Jeringo, Lombok Tengah. Bayi itu tertular Covid-19 bukan dari orangtuanya, melainkan akibat diajak ke pasar. ”Ibu bapaknya negatif. Demikian juga kasus-kasus lain. Kalau kita tanya orangtuanya, mereka tidak tahu siapa yang menularkan kepada anaknya. Penularan oleh OTG,” kata Eka.
Eka menjelaskan, kasus anak-anak meningkat dan didominasi bayi serta anak balita. Menurut dia, dari sisi fisik, bayi dan anak balita mempunyai sistem imunitas yang belum sempurna.
”Sistem imunitas yang bisa digunakan untuk memerangi Covid pada bayi dan anak balita belum sempurna. Makanya, mereka gampang tertular dan jatuh sakit dalam posisi berat,” kata Eka.
Dalam semua kasus anak di NTB, kata Eka, semua yang meninggal adalah bayi berusia kurang dari satu tahun. ”Bagaimana dengan anak balita? Mereka memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dari bayi. Namun, masih kalah dengan anak-anak usia sekolah,” katanya.
Oleh karena itu, menurut Eka, tidak ada yang bisa melindungi anak, kecuali rumah sendiri. ”Ada yang bilang, mereka kasih masker kepada anaknya. Tetapi, kan, ada batasnya. Anak bayi di bawah satu tahun pakai masker hanya satu jam. Lebih dari itu tidak boleh. Artinya, paling aman untuk anak adalah tinggal di rumah saja. Itu pelindung yang paling baik,” kata Eka.
Anak bayi di bawah satu tahun pakai masker hanya satu jam. Lebih dari itu tidak boleh. Artinya, paling aman untuk anak adalah tinggal di rumah saja. Itu pelindung terbaik.
Dari pantauan, masih banyak orangtua yang membawa anak mereka ke luar rumah. Hanya saja, tidak semuanya mengenakan masker pada anak mereka ketika berada di luar rumah atau saat berkendara.
Anak-anak yang keluar rumah sendiri untuk bermain di luar rumah juga banyak yang tidak mengenakan masker. Mereka juga terlihat masih berkumpul dengan orang dewasa.
Menurut Eka, meski menjadi daerah dengan kasus anak positif tertinggi kedua di Indonesia, NTB dijadikan contoh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia. Itu karena sejak awal, Pemerintah Provinsi NTB berkomitmen mengikut peraturan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Aturan tersebut menyatakan bahwa pada masa pandemi, surveilan influeza like illness (ILI) atau semua orang yang terkena pneumonia (radang paru), kemudian masuk rumah sakit, otomatis menjadi pasien dalam pengawasan (PDP). Termasuk pada bayi dan anak balita yang kemudian masuk ke ruang isolasi dan dirawat secara intensif. ”Untuk anak-anak, dari surveilan ILI, kami menemukan 29 yang positif,” kata Eka.
Antisipasi
Hingga hari ini, penambahan kasus positif baru di NTB terus bertambah. Terutama penyebaran daerah dan transmisi lokal. Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB, pasien dari penyebaran di daerah yang sudah berlangsung dalam tiga tahap mencapai 340 orang. Sementara pasien dari transmisi lokal mencapai 105 orang.
Dengan kata lain, total kasus dari penyebaran di daerah dan transmisi lokal sudah mencapai 445 orang. Jumlah itu bahkan lebih banyak dari kasus yang muncul dari pelaku perjalanan (tertular di luar daerah) yang mencapai 225 orang.
Dengan kondisi itu, terutama tingginya kasus transmisi lokal, tidak tetutup kemungkinan jumlah anak dan anak balita yang terpapar Covid-19 di NTB bisa terus bertambah.
Oleh karena itu, sejumlah langkah antisipasi terus dilakukan. Selain mendorong masyarakat untuk menerapkan protokol pencegahan Covid-19, Pemerintah Provinsi NTB juga mulai melakukan gerakan memakai masker untuk anak.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) NTT Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah mengatakan, ada 1,8 juta anak di NTB yang harus dijaga dan dilindungi dari Covid-19. Oleh karena itu, gerakan memakai masker gratis untuk anak-anak dirasa perlu.
”Kesadaran memakai masker pada orang dewasa sudah cukup baik. Sekarang giliran gerakan masker dimasifkan untuk anak-anak,” kata Niken.