Wali Kota Manado Pesimistis Normal Baru Bakal Segera Diterapkan
Wali Kota Manado Vicky Lumentut pesimististis kebijakan normal baru akan dapat segera diterapkan di ibu kota Sulawesi Utara itu. Pemprov Sulawesi Utara berlakukan WFH sampai waktu yang tak ditentukan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Wali Kota Manado Vicky Lumentut pesimistis kebijakan normal baru akan dapat segera diterapkan di ibu kota Sulawesi Utara itu. Sementara pemerintah provinsi menetapkan perpanjangan masa bekerja dari rumah hingga waktu yang tak ditentukan, sektor pariwisata di Ibu Kota akan digerakkan kembali secara virtual.
”Penerapan new normal (normal baru) di Manado masih jauh karena pertambahan kasus baru Covid-19 masih tinggi. Untuk sekarang, kami sedang membiasakan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan seperti pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, dan menjauhi kerumunan,” kata Vicky, Jumat (5/6/2020), di Manado.
Menurut Vicky, pemahaman masyarakat tentang protokol kesehatan ataupun prosedur penanganan Covid-19 di masyarakat turut menentukan keberhasilan mengatasi pandemi ini. Lemahnya pemahaman masyarakat dibuktikan, salah satunya, dengan adanya keributan di Rumah Sakit GMIM Pancaran Kasih karena penolakan warga terhadap penguburan pasien dalam pengawasan (PDP) sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, dalam waktu dekat, pemkot akan berdialog dengan tenaga kesehatan serta ahli epidemiologis untuk membahas hal yang harus disampaikan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Manado kepada warga. Sosialisasi yang baik dan mudah dipahami publik, kata Vicky, akan menentukan keberhasilan penanganan Covid-19.
Menurut Vicky, melangkah ke tahapan normal baru pun perlu diperjuangkan. Sebab, Pemkot Manado telah menggelontorkan uang yang tak sedikit untuk melaksanakan tes cepat sebanyak 3.000 kali terhadap kontak erat pasien positif serta PDP. Hasilnya, 253 warga Manado dinyatakan positif Covid-19.
”Kalau ingin mengetahui lebih luas lagi sebaran virus, rapid test harus lebih gencar. Kami butuh bantuan dunia usaha dan kalangan warga untuk menyediakan alatnya,” kata Vicky tanpa merinci jumlah anggaran untuk alat tes cepat.
Per Jumat sore, tercatat 381 kasus positif Covid-19 di Sulut. Sebaran kasus tersebut terpusat di Manado, yaitu 66,4 persen dari total.
Melihat perkembangan itu, Pemkot Manado telah mengambil berbagai kebijakan, seperti memberlakukan penapisan suhu tubuh di batas-batas kota serta mewajibkan semua pelintas batas mengenakan masker. Kegiatan publik pun dibatasi, mulai dari penutupan sekolah, pembatasan waktu aktivitas rumah makan, hingga mengatur jarak di Pasar Pinasungkulan, salah satu pusat transmisi di Manado.
Vicky menyatakan akan mengevaluasi efektivitas dari pengecekan suhu tubuh di perbatasan kota serta penataan pedagang di Pasar Pinasungkulan. ”Perlu kita cari tahu (manfaat dan kekurangannya) sehingga kita tahu apa yang harus dipertahankan atau ditingkatkan pada hari-hari ke depan,” katanya.
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, Adi Tucunan, menilai, kebijakan penapisan tak lagi efektif dilaksanakan di Manado. Sebagian besar kasus positif Covid-19 tak disertai gejala sehingga pengukuran suhu tubuh berpotensi tidak akurat.
”Kalau memang pemkot berasumsi ini signifikan menghambat penyebaran Covid-19, kebijakan ini sudah jauh terlambat. Ini lebih menunjukkan kepanikan pemkot karena kasus terus meningkat. Kebijakan ini bisa jadi mubazir karena orang tanpa gejala tidak dapat dideteksi dengan cara seperti ini,” tutur Adi, pekan lalu.
Adi meminta Pemkot Manado lebih fokus pada kebijakan pembatasan aktivitas warga di luar rumah serta membangun kesadaran publik untuk mematuhi protokol kesehatan. Pemkot Manado juga lebih baik mempersiapkan diri untuk menerapkan PSBB.
Di pihak lain, Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw mengatakan, Pemprov Sulut memutuskan untuk meneruskan kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH) sampai waktu yang tak ditentukan. Sebab, angka reproduksi kasus (R0) di Sulut masih 2,5. Steven menyebutnya sebagai salah satu yang tertinggi di Indonesia.
”Keputusan ini berdasarkan elaborasi tim (Gugus Tugas) Covid-19 provinsi. Intinya, kegiatan di sekolah, tempat kerja, dan rumah ibadah, akan tetap di rumah. Sementara WFH berlangsung, kami akan teruskan sosialisasi social distancing,” kata Steven.
Seiring perkembangan ini, Pemkot Manado akan berupaya menggairahkan kembali perekonomian dengan cara virtual. Sektor pariwisata, misalnya, akan dihidupkan kembali dengan menggelar Manado Fiesta secara dalam jaringan.
Kepala Dinas Pariwisata Manado Lenda Pelealu mengatakan, Festival Manado Fiesta akan digelar dengan konsep seminar web (webinar) dan promosi. Festival daring ini nantinya juga menjadi tahap persiapan tempat-tempat wisata serta infrastruktur penunjang seperti hotel dan restoran untuk mulai menerapkan protokol kesehatan.
”Ide utamanya adalah menggerakkan kembali roda ekonomi. Saat banyak sekali terjadi pemutusan hubungan kerja di kalangan pelaku pariwisata, festival ini ingin kami jadikan pemantik semangat lagi. Harapannya, saat new normal berlaku, kita sudah siap,” katanya.
Menurut Lenda, anggaran yang dibutuhkan tak akan banyak. Biaya akan lebih banyak dialokasikan pada biaya shooting, pembawa acara, serta bintang tamu atau pembicara.