Pasien Positif Covid-19 Meninggal di Buton Tanpa Riwayat Kontak Jelas
Seorang pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia di Buton, Sulawesi Tenggara, tidak memiliki riwayat kontak jelas. Penelusuran kontak pasien terus perlu dilakukan agar memutus penyebaran virus di wilayah ini.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS - Seorang pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia di Buton, Sulawesi Tenggara, tidak memiliki riwayat kontak jelas. Penelusuran kontak pasien harus terus dilakukan untuk memutus penyebaran virus di wilayah ini. Di satu sisi, jumlah pengujian spesimen di Sulawesi Tenggara masih minim, yaitu satu berbanding seribu.
Seorang pasien berumur 44 tahun dinyatakan positif Covid-19 setelah meninggal dunia beberapa hari sebelumnya. Pasien berjenis kelamin perempuan yang juga warga Buton ini mengalami sesak dan pneumonia berat.
“Almarhumah telah meninggal sekitar satu pekan lalu setelah dua hari dirawat di RSUD Buton. Pemakaman pasien juga menggunakan protokol kesehatan. Pasien mengalami pneumonia, yang dicurigai Covid-19. Kemarin Hasil uji laboratoriumnya keluar dan dinyatakan positif,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Buton dr Hayun, saat dihubungi dari Kendari, Sabtu (6/6/2020).
Menurut Hayun, pasien tersebut awalnya mengalami sesak nafas lalu memeriksakan kondisi kesehatan di RSUD Buton. Dari pemeriksaan awal, pasien diduga mengalami pneumonia, dengan gejala serupa Covid-19. Pasien lalu diisolasi di rumah sakit dan ditetapkan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) pertama di wilayah itu.
Hasil penelusuran menunjukkan riwayat kontak pasien belum jelas sampai saat ini. Pasien lebih banyak berdiam di rumah, dan tidak pernah keluar kota selama pandemi terjadi. Ibu rumah tangga tersebut hanya sesekali ke pasar, atau ke rumah keluarga.
“Ada anaknya yang pelaku perjalanan dari Kendari, tapi itu tiga bulan lalu. Riwayat kontak almarhum sampai saat ini belum jelas juga. Karena itu kami akan ambil spesimen semua keluarga dekat untuk diuji. Mereka semua juga sudah diarahkan untuk isolasi mandiri,” kata Hayun.
Selain pasien meninggal ini, kata Hayun, seorang pasien positif lainnya saat ini tengah dalam penanganan medis. Pasien yang juga perempuan dengan umur 46 tahun ini masih merupakan kerabat pasien meninggal. Meski demikian, keduanya tidak pernah bertemu dua bulan terakhir.
Pasien kasus 02 ini sebelumnya dirawat di RSUD Buton, namun membaik. Pasien diperbolehkan pulang untuk isolasi mandiri di rumah sembari menunggu Hasil uji spesimen. Pasien akan dikarantina di lokasi yang telah disiapkan oleh pemerintah.
“RSUD Buton kan bukan rujukan pasien Covid-19. Kemarin dua pasien ini mau dirujuk ke RSUD Baubau, tetapi karena di sana penuh, tidak jadi. Kami sekarang Sudah ada pusat karantina, dan akan terus melakukan penelusuran kontak, sembari pengujian spesimen,” ucap Hayun.
Buton sebelumnya masuk dalam rekomendasi pemerintah pusat untuk melaksanakan protokol normal baru.
Dua pasien positif di Buton ini membuat wilayah yang awalnya tanpa kasus itu harus meningkatkan kewaspadaan. Bersama empat kabupaten lainnya, Buton sebelumnya masuk dalam rekomendasi pemerintah pusat untuk melaksanakan protokol normal baru.
Dengan adanya pasien meninggal baru, hingga Sabtu siang, pasien meninggal dunia akibat Covid-19 di Sultra sebanyak lima orang. Total pasien positif mencapai 257 orang, dengan 141 orang telah dinyatakan sembuh.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sultra La Ode Rabiul Awal menyampaikan, hingga Jumat sore, terdapat enam kasus positif baru di wilayah ini. Selain dua di Buton, kasus positif masing-masing satu orang di Konawe, Kolaka, Buton Tengah, dan Kolaka Utara.
“Untuk kasus sembuh sebanyak 10 orang sehingga total kasus sembuh menjadi 141 atau 54,86 persen. Sementara kasus meninggal sebanyak lima orang dengan persentasi 1,94 persen,” tambah Rabiul.
Selama pandemi, Rabiul melanjutkan, jumlah spesimen yang telah diuji lebih dari 2.000 sampel. Jumlah ini di luar dari pengujian lanjutan bagi pasien yang telah dinyatakan positif Covid-19. Ia berharap pengujian akan lebih banyak seiring berfungsinya laboratorium di RSUD Bahteramas, baik untuk alat TCM, maupun PCR.
Meski demikian, angka pengujian itu masih sangat rendah Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sultra yang mencapai 2,4 juta jiwa. Jumlah ini berarti baru satu orang yang dites dari 1.000 orang.