Tingkat Penularan Masih Tinggi, Masa Transisi Malang Raya Diperpanjang
Tingkat penularan atau angka reproduksi kasus (R0/RT) yang masih tinggi menyebabkan masa transisi di Malang Raya, Jawa Timur, diperpanjang selama sepekan. Waktu sepekan diharapkan dapat menurunkan angka kasus Covid-19.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Tingkat penularan atau angka reproduksi kasus (R0/RT) yang masih tinggi menyebabkan masa transisi di Malang Raya, Jawa Timur, diperpanjang selama sepekan. Waktu selama sepekan ini ditargetkan mampu menurunkan angka kasus Covid-19.
Keputusan perpanjangan masa transisi menuju tata kehidupan baru tersebut disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam konferensi video dengan pimpinan daerah di Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Malang), Kepolisian Resor Kota Malang, serta Pusat Kendali Komando Divisi Infanteri 2 Kostrad Malang, Jumat (5/6/2020) malam.
Masa transisi di Malang Raya mulai diberlakukan 31 Mei-6 Juni 2020. Akhirnya, masa transisi menuju normal baru tersebut diperpanjang mulai 7 Juni 2020 hingga sepekan ke depan.
”Yang dibuat acuan adalah pedoman dari WHO yang menyatakan, untuk memasuki new normal (normal baru), dipersyaratkan angka rate of transmission (RT) harus di bawah 1. Sementara untuk Malang Raya, RT-nya masih pada angka 1,23. Ini karena masih muncul kasus baru kasus positif meskipun diikuti pula penambahan yang sembuh,” ujar Khofifah.
Salah satu yang jadi perhatian tim dari Pemerintah Provinsi Jatim adalah kasus Giripurno, Kota Batu, dengan penambahan kasus hingga belasan orang dalam sehari setelah masa PSBB Malang Raya berakhir.
Adapun di Kota Malang, beberapa hari setelah masa PSBB berakhir, penambahan kasus positif Covid-19 juga naik drastis. Jika biasanya paling banyak tiga kasus per hari, saat ini penambahan kasus bisa mencapai enam kasus.
Di Kota Malang, beberapa hari setelah masa PSBB berakhir, penambahan kasus positif Covid-19 juga naik drastis.
Data per 5 Juni 2020, jumlah kasus positif Covid-19 bertambah enam kasus. Enam kasus tersebut adalah dua orang sembuh (keluarga tenaga kesehatan) dan empat orang dirawat di rumah sakit. Empat orang dirawat adalah suami pasien kasus Covid-19 pada 1 Juni 2020 serta tiga teman dari pasien positif Covid-19 pada kasus 1 Juni 2020. Tiga orang itu adalah pria 47 tahun, pria 51 tahun, dan perempuan 28 tahun.
”Oleh karena itu, masih diperlukan proses waktu untuk mengubah budaya dan kebiasaan masyarakat. Ini berdasarkan laporan dari tiga daerah Malang Raya yang menyebutkan masih banyak masyarakat yang abai dalam penggunaan masker dan physical distancing,” kata Khofifah.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, untuk Kota Malang, yang menjadi perhatian khusus adalah kluster isolasi mandiri. ”Penambahan terakhir banyak muncul dari lingkar keluarga inti. Bisa jadi, lingkungan rumah tidak memadai untuk isolasi mandiri sehingga kemungkinan mereka yang isolasi mandiri akan ditarik ke RSUD Kota Malang. Kami siapkan segera,” katanya.
Meskipun penanganan kasus Covid-19 di Kota Malang masih menjadi persoalan serius, Sutiaji menyoroti sikap masyarakat yang masih menganggap kasus di Malang Raya sudah selesai. Hal itu tampak dari semakin banyaknya titik kumpul massa, terutama di kalangan anak muda milenial.
”Di tengah masyarakat muncul persepsi, masa transisi artinya sudah normal baru. Bahkan dipahami normal seperti tidak ada Covid-19. Ini yang akan terus disosialisasikan dan diluruskan,” kata Sutiaji.
Dia menambahkan, fokus tujuh hari ke depan adalah menekan kasus Covid-19 dengan gencar sembil melakukan sosialisasi dan operasi penindakan kedisiplinan.
Dalam kesempatan itu, Sutiaji juga meminta bantuan Gubernur Jatim untuk turut mengoordinasikan tahapan penerimaan siswa dan mahasiswa baru dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
”Untuk masa masuknya mahasiswa baru, ada informasi pada bulan Desember ini. Oleh karena itu, perlu diantisipasi tahapan pendaftaran mahasiswa baru karena proses tes masih perlu kehadiran secara fisik sehingga ada potensi pergerakan pelajar ke Kota Malang,” katanya.
Dalam rapat tersebut juga dibahas perlunya peguatan kesadaran masyarakat untuk menjaga wilayahnya dari Covid-19. Sebelumnya gencar digalakkan konsep kampung tangguh.
”Intinya adalah bagaimana masyarakat mandiri, mampu menjaga wilayahnya dan menguatkan kesadaran warga tentang Covid-19. Dahulu namanya desa siaga, sekarang kampung tangguh. Itu sama saja,” kata Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy seusai berkunjung ke Kota Malang beberapa waktu lalu.