Pelaksana Proyek Tidak Sigap, Ruas Trans-Sulawesi di Konawe Penuh Lumpur
Akses jalan nasional yang menghubungkan Konawe ke Kota Kendari terkendala akibat jalan berlumpur, utamanya ketika hujan berlangsung. Pelaksana proyek pelebaran jalan senilai Rp 18,8 miliar itu diharapkan lebih sigap.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Akses jalan nasional yang menghubungkan Konawe ke Kota Kendari terkendala akibat jalan berlumpur, utamanya ketika hujan berlangsung. Pelaksana proyek pelebaran jalan senilai Rp 18,8 miliar itu diharapkan lebih sigap, terlebih di tengah musim hujan seperti saat ini.
Proses pelebaran jalan nasional di Desa Wawolemo, Pondidaha, Konawe, Sulawesi Tenggara, yang tidak maksimal membuat akses jalan dipenuhi lumpur. Lumpur tersebut berasal dari pemotongan tebing di sisi kiri dan kanan jalan untuk perluasan dan pelebaran jalan.
”Lewat di jalan itu sudah seperti kubangan. Dua hari lalu, saya naik motor harus didorong. Motor dan pakaian penuh lumpur. Mobil saja yang lewat sangat tersiksa,” kata Dosu (43) di Kendari, Minggu (7/6/2020).
Warga Konawe yang beraktivitas di Kendari ini mengungkapkan, jalan tersebut menjadi akses satu-satunya dan paling dekat untuk menuju Konawe. Semua jenis kendaraan yang akan menuju Konawe harus melalui jalur tersebut. Akan tetapi, jalan yang merupakan penghubung kabupaten sekaligus lintas provinsi ini menjadi sulit dilalui.
Lewat di jalan itu sudah seperti kubangan. Dua hari lalu saya naik motor harus didorong. Motor dan pakaian penuh lumpur. Mobil saja yang lewat sangat tersiksa.
Onno (38), warga Kendari lainnya, menceritakan, ia terhenti lebih dari 1 jam untuk melalui jalan yang penuh lumpur tersebut. Perjalanan Kendari-Konawe yang biasanya hanya memakan waktu 2 jam harus ditempuh lebih dari 3 jam.
Padahal, tambah Onno, akses jalan penuh lumpur tersebut hanya lebih dari 100 meter. Namun, karena tidak diantisipasi dari awal membuat akses jalan sulit untuk dilalui kendaraan. ”Seharusnya dari awal sudah diantisipasi, lumpurnya diangkat, atau tanahnya tidak dibiarkan begitu saja,” ujarnya.
Jalan nasional Kendari-Konawe yang sulit dilalui tersebut merupakan bagian dari program pelebaran dan perluasan jalan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XXI Kendari, yang dikerjakan oleh PT Patriot Jaya Pratama. Ruas jalan sepanjang 2,7 kilometer di tahun 2020 akan diperlebar dan diperluas dengan total anggaran Rp 18,8 miliar.
Program preservasi
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK 2.4) Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XXI Kendari Sandi Prima Yudha menuturkan, akses jalan yang berlumpur saat ini memang bagian dari program preservasi Jalan Unaha-Kendari sepanjang total 6 kilometer. Total panjang jalan yang berlumpur di wilayah Wawolemo adalah sepanjang 110 meter, dari total 2,7 kilometer yang dikerjakan pada tahun ini.
”Sebenarnya, kami sudah beberapa kali melakukan treatment dalam pengerjaan. Tanah yang sudah di-cutting itu sudah diangkut, ada alur air, dan sebagainya. Tapi, karena kondisi tanah yang lunak dan susah dipadatkan, dan curah hujan di atas rata-rata, membuat tanah lunak dan berlumpur,” tutur Sandi.
Sandi mengakui kondisi tanah yang lunak memang baru diketahui sekitar tiga Minggu lalu, karena dalam desain perencanaan kondisi tanah tersebut belum teridentifikasi. Sejak saat itu, pelaksana proyek sudah mengupayakan beberapa upaya.
Namun, dengan curah hujan di atas rata-rata, dan dengan intensitas lalu lintas dan muatan truk tambang yang tinggi, mengakibatkan upaya penanganan tidak dapat berjalan maksimal.
Saat ini, tambah Sandi, sedang dilakukan penanganan dengan pemasangan bioteksti agar tanah bisa padat dan tidak berlumpur lagi. Pengerjaan alat tersebut sudah dilakukan di satu sisi jalan, dan diupayakan agar bisa tuntas secepatnya.
”Semoga dua hingga tiga hari ke depan pemasangan biotekstile selesai dan jalan tidak berplumpur lagi. Yang sulit ini cuaca yang tidak menentu,” ujar Sandi.
BPJN XXI Kendari Yohanis Tulak Todingara menyampaikan, langkah penyesuaian telah dilakukan di lapangan dengan metode yang dianggap tepat sesuai situasi yang ada. Pelaksana juga diarahkan untuk menyiapkan sumber daya dan penyiapan alat berat untuk bisa mengantisipasi kejadian berulang.
”Memang sempat juga ada kendala alat berat. Tapi, semuanya sedang ditangani. Apalagi ini ada proses penurunan elevasi di sisi jalan agar bisa meningkatkan keselamatan pengendara,” ucap Tulak. Untuk itu dilakukan pengaturan lalu lintas secara maraton, dengan tetap berpedoman pada protokol kesehatan.