Pembukaan Bromo Tengger Semeru Menunggu Arahan Pusat
Sejak 19 Maret 2020, obyek wisata Gunung Bromo Tengger Semeru ditutup guna menghentikan penyebaran Covid-19. Sampai saat ini, kawasan itu belum juga dibuka karena masih menunggu arahan dari pemerintah pusat.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur masih menunggu arahan dari pemerintah pusat terkait pembukaan kembali obyek wisata pegunungan tersebut selama masa normal baru. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Malang memulai uji coba pembukaan dua obyek wisata pantai.
Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) Sarif Hidayat, Senin (8/6/2020), mengatakan, selain arahan dan petunjuk dari pemerintah pusat, kesepakatan dan rekomendasi dari pemerintah daerah juga menjadi perhatian pihaknya.
BBTNBTS berada di empat kabupaten, yakni Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. ”Kami masih menunggu arahan, petunjuk, dan langkah-langkah dari Jakarta untuk pembukaan wisata. Hal ini tidak saja untuk Bromo, tetapi juga Semeru,” katanya.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ditutup sejak 19 Maret 2020 akibat pandemi Covid-19. Semula, penutupan dijadwalkan 19-31 Maret 2020, yang kemudian diperpanjang lagi sampai 29 Mei 2020. Khusus untuk pendakian ke Gunung Semeru, penutupan telah dilakukan lebih awal, yakni sejak September 2019, untuk perbaikan ekosistem pascakebakaran lahan pada musim kemarau tahun lalu.
Bromo Tengger Semeru masuk dalam 10 destinasi wisata unggulan nasional dengan jumlah wisatawan mencapai ratusan ribu orang per tahun. Berdasarkan catatan Kompas tahun 2018, misalnya, angka kunjungan wisatawan ke TNBTS sebanyak 853.016 orang. Dari jumlah itu, 828.247 orang merupakan wisatawan domestik dan 24.769 wisatawan asing.
Adapun jumlah pendaki ke Semeru sepanjang 2018 sebanyak 289.464 orang. Rinciannya, 284.352 pendaki Nusantara dan 5.112 pendaki mancanegara. Jumlah pendaki tahun 2018 naik dibandingkan 2017 yang hanya 183.272 orang, yakni 179.528 pendaki dalam negeri dan 3.744 pendaki asing.
Sementara itu, di Kabupaten Malang, pemerintah daerah setempat baru membuka dua pantai selama memasuki masa transisi dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menuju kenormalan baru ini. Kedua pantai itu adalah Balekambang di Kecamatan Bantur dan Ngliyep di Kecamatan Donomulyo.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang Made Arya Wedhantara mengatakan, pembukaan dua pantai ini masih dalam tahap uji coba sejak Sabtu (6/6/2020). Jumlah pengunjung di kedua pantai itu mencapai 50-100 orang. Di Kabupaten Malang terdapat lebih dari 40 pantai yang tersebar di garis pantai sepanjang 102 kilometer.
”Untuk dua pantai ini sifatnya masih uji coba. Kemarin sudah kami cek kesiapannya terkait protokol kesehatan. Untuk pantai lain milik Perhutani, kami imbau jangan dibuka dulu karena saat ini masih tahap sosialisasi prosedur standar operasi (SOP). Sedang dibahas dengan tim Satgas Covid-1. Nanti ada rekomendasi,” kata Made.
Menurut Made pihaknya masih berusaha menyamakan persepsi antara pengelola obyek wisata dan wisatawan. Diakui Made, yang agak berat adalah menyosialisasikan kepada wisatawan agar mematuhi aturan yang ada. Sebab, jika mereka tidak patuh, akan terjadi gesekan di lapangan. Ketidaktaatan wisatawan juga bisa berpotensi memunculkan kluster penularan baru.
”Jadi, bagaimana SOP ini harus dikuasai secara matang dulu oleh pengelola wisata. Bagaimana di lokasi ada hand sanitizer, wisatawan dan pengelola memakai masker, pemberitahuan terus-menerus melalui pengeras suara, dan juga pemantauan menggunakan kamera pemantau (CCTV),” katanya.
Menurut Made, pantai lain kemungkinan akan dibuka pada Juli. Sementara untuk obyek wisata yang lain, seperti candi, sejauh ini belum ada kejelasan kapan dibuka. Pemerintah kabupaten masih memunggu keputusan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur.