Sidoarjo Pilih Transisi Normal Baru, Perkuat Kampung Tangguh
Sidoarjo memilih memperbanyak dan memperkuat kampung tangguh di desa dan kelurahan sebagai strategi untuk menyiapkan masyarakat pada masa transisi menuju fase normal baru. Mereka berharap PSBB tidak diperpanjang lagi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memilih memperbanyak dan memperkuat kampung tangguh di desa dan kelurahan sebagai strategi untuk menyiapkan masyarakat pada masa transisi menuju normal baru. Mereka berharap Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengabulkan permohonan untuk tidak memperpanjang kembali masa pembatasan sosial berskala besar periode ketiga yang berakhir pada Senin (8/6/2020).
Pelaksana Tugas Bupati Sidoarjo yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo, Nur Achmad Syaifuddin, mengatakan, usulan telah disampaikan saat evaluasi perpanjangan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Gedung Negara Grahadi, Minggu (7/6/2020). Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik sepakat tidak memperpanjang PSBB yang berlangsung sejak 28 April lalu.
Sebagai ganti PSBB, Pemkab Sidoarjo akan menerapkan masa transisi menuju tatanan normal baru. Transisi ini tidak terbatas waktu, tetapi akan dievaluasi sesuai perkembangan kondisi riil di masyarakat dengan mempertimbangkan berbagai bidang kehidupan, terutama kesehatan.
”Adapun pertimbangan mengakhiri PSBB dan memulai masa transisi menuju normal baru tidak lain karena pandemi Covid-19 diprediksi masih akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Apabila terus-menerus diterapkan PSBB, kondisi ekonomi masyarakat semakin terpuruk,” ujar Nur Achmad.
Nur Achmad mengatakan, pada masa transisi menuju normal baru, semangat untuk mencegah dan menghambat laju sebaran virus korona galur baru penyebab Covid-19 tidak boleh mengendur. Bahkan, upaya penyadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta mematuhi protokol kesehatan akan terus ditingkatkan.
Strategi yang dipilih Pemkab Sidoarjo adalah memperbanyak pembentukan kampung tangguh di desa dan kelurahan. Kampung tangguh bertujuan memberdayakan masyarakat dalam menanggulangi Covid-19 dan menguatkan kembali ketahanan pangan melalui kemandirian pangan. Konsepnya, membuat warga menjadi tangguh di berbagai bidang kehidupan, terutama kesehatan, ketahanan pangan, dan ketertiban masyarakat.
Sebagai contoh, tangguh di bidang kesehatan dimaknai bahwa masyarakat teredukasi dan memahami seluk-beluk Covid-19 sehingga mereka memiliki kesadaran untuk melakukan upaya pencegahan agar tidak terpapar penyakit tersebut. Upaya pencegahan itu misalnya selalu memakai masker saat keluar rumah, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak fisik, serta rutin menyemprotkan disinfektan di dalam ataupun di luar rumah.
Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Komisaris Besar Sumardji mengatakan, hingga saat ini lebih dari 70 kampung tangguh sudah terbentuk. Jumlah tersebut sejatinya sangat minim dibandingkan total desa dan kelurahan di Sidoarjo yang mencapai 349 desa/kelurahan.
Pihaknya beralasan, pembentukan kampung tangguh tidak berorientasi pada kuantitas semata. Sebab, apabila hal itu yang diprioritaskan, keberadaan kampung tangguh tidak akan bertahan. Oleh karena itu, pembentukan kampung tangguh dimulai dari desa-desa yang warganya banyak terpapar Covid-19. Harapannya, laju sebaran virus di lingkungan sekitar bisa dihentikan sejak dini.
Pantauan Kompas di Kampung Tangguh Desa Karangbong, Kecamatan Gedangan, kegiatan yang dilakukan antara lain di bidang ketertiban, seperti pendirian 10 titik pemeriksaan di wilayah perbatasan desa. Titik pemeriksaan itu dijaga sukarelawan dengan tugas memeriksa mobilitas warga, terutama para pendatang. Pemeriksaan meliputi identitas diri, pemakaian masker, dan kondisi kesehatan melalui pengukuran suhu tubuh.
Ketua Kampung Tangguh Desa Karangbong Khoirul Irfan mengatakan, pencegahan dan penanganan Covid-19 menjadi perhatian karena ada enam warganya yang terkonfirmasi positif. Dua orang di antaranya merupakan tenaga medis di rumah sakit rujukan Covid-19, sedangkan empat lainnya warga biasa. Dari enam orang itu, satu orang di antaranya dinyatakan sembuh dan sisanya masih dirawat.
”Pelanggaran yang banyak ditemukan, selain pemakaian masker yang kurang tertib, juga penerapan protokol kesehatan di warung yang masih perlu perhatian. Banyak warung tetap buka hingga malam dan tidak menerapkan jarak fisik,” kata Khoirul.
Pelanggaran yang banyak ditemukan, selain pemakaian masker yang kurang tertib, juga penerapan protokol kesehatan di warung yang masih perlu perhatian.
Nur Achmad menambahkan, pada masa transisi menuju normal baru, pemda mengizinkan pusat perbelanjaan modern, pasar tradisional, dan usaha-usaha perdagangan serta pusat bisnis beroperasi penuh. Syaratnya, mereka harus menerapkan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat. Pemda akan meminta polisi dan TNI mengawasi penerapan protokol kesehatan tersebut.
Tolak uji cepat
Pemkab Sidoarjo juga berencana memperluas deteksi dini sebaran kasus Covid-19 dengan meningkatkan jumlah sasaran warga yang menjalani uji cepat dan uji usap. Saat ini, uji cepat baru menyasar sekitar 40.000 orang, sedangkan uji usap menyasar sekitar 800 orang. Jumlah itu masih minim dibandingkan jumlah penduduk Sidoarjo yang mencapai 2,3 juta jiwa. Jumlah populasi total, termasuk pendatang, bisa mencapai 2,5 juta jiwa.
Sasaran uji cepat yang masih minim itu salah satunya disebabkan rendahnya animo masyarakat untuk berperan aktif. Dalam beberapa kegiatan uji cepat yang digelar Pemkab Sidoarjo, hasilnya jauh dari target. Contohnya, di Pasar Taman, pekan lalu, banyak warga menolak dan kabur saat didatangi petugas. ”Warga menolak karena mereka enggan diisolasi atau dikarantina dalam jangka waktu lama jika hasil uji cepatnya reaktif,” ucap Sumardji.
Ia mengatakan, penolakan warga itu disebabkan waktu untuk mengetahui hasil uji usap sebagai metode untuk mengonfirmasi kasus positif Covid-19 cukup lama. Spesimen harus dikirim ke Surabaya dan Jakarta. Selama masa menunggu itu, mereka tidak bisa bekerja sehingga ketahanan ekonomi keluarganya terancam.
Untuk mempercepat uji usap dan mengetahui hasilnya dengan lebih cepat, pihaknya telah mendatangkan dua kontainer yang difungsikan sebagai laboratorium lapangan pengujian Covid-19. Alat yang saat ini berada di Gelora Delta, Sidoarjo, itu dalam proses pemasangan mesin pengujian menggunakan metode PCR. Alat diprediksi bisa beroperasi penuh pertengahan pekan ini dengan kapasitas uji usap hingga 500 spesimen per hari atau 250 spesimen per hari per kontainer.
Sidoarjo merupakan kabupaten dengan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terbesar kedua di Jawa Timur. Kasus positif saat ini mencapai 755 orang, sebanyak 56 orang di antaranya sembuh dan 66 lainnya meninggal. Selain itu, ada 1.158 pasien dalam pengawasan dan 527 orang dalam pemantauan.