Antisipasi Penolakan Warga, Petugas Tes di Jabar Diminta Gencar Sosialisasi
Tes masif Covid-19 hendaknya didahului dengan sosialisasi memadai agar dipahami oleh masyarakat. Hal ini sekaligus untuk mengurangi potensi penolakan oleh warga.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Tes masif Covid-19 hendaknya didahului dengan sosialisasi memadai agar dipahami oleh masyarakat. Hal ini sekaligus untuk mengurangi potensi penolakan warga.
Penolakan tes Covid-19 telah terjadi di sejumlah daerah. Rabu (10/6/2020), petugas yang akan melakukan tes ditolak pedagang di Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jabar. Video kejadian ini banyak beredar di media sosial.
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Daud Achmad mengatakan, terjadi miskomunikasi antara petugas dan pengelola pasar. ”Seyogianya dalam melakukan tes masif dilakukan prakondisi sehingga tes berjalan lancar tanpa hambatan dari masyarakat,” ujarnya di Bandung, Kamis (11/6/2020).
Daud mengingatkan warga untuk tidak takut mengikuti tes masif. Sebab, tes sangat dibutuhkan untuk melacak persebaran virus korona baru, penyebab Covid-19.
”Dengan tes masif, pemutusan rantai penularan bisa lebih cepat. Perlu komitmen bersama sembari terus mengedukasi masyarakat,” ujarnya.
Tes di Pasar Cileungsi dilakukan setelah adanya pedagang yang terkonfirmasi positif Covid-19. Tujuannya untuk mencegah penularan di lokasi itu.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor Syarifah Shofiah mengatakan, kasus positif Covid-19 di Pasar Cileungsi pertama kali teridentifikasi saat Pemerintah Kabupaten Bogor mengadakan tes usap di pasar tersebut beberapa waktu lalu. Dari hasil tes usap, tiga pedagang pasar dinyatakan positif Covid-19.
Ditemukannya kasus positif tersebut membuat Pemkab Bogor menutup sementara Pasar Cileungsi dan melakukan sterilisasi dengan menyemprotkan disinfektan. Namun, Pasar Cileungsi dibuka kembali pada 5 Juni seiring diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar transisi atau proporsional. (Kompas, 11/6/2020).
Warga diingatkan untuk tidak takut mengikuti tes masif. Sebab, tes sangat dibutuhkan untuk melacak persebaran virus korona baru, penyebab Covid-19
Penularan Covid-19 di pasar tradisional menjadi salah satu yang paling diantisipasi Pemerintah Provinsi Jabar. Sebab, selain di Bogor, hal serupa juga terjadi di Kabupaten Cirebon, Kota Bandung, dan Kota Cimahi.
Oleh karena itu, dalam pekan ini Pemprov Jabar melakukan tes masif di 700 pasar tradisional. Sejumlah 627 mobil tes Covid-19 digunakan untuk mengambil sampel dari pedagang dan pengunjung.
Pencegahan penularan Covid-19 di pasar di Jabar membutuhkan upaya lebih serius. Sebab, di sejumlah pasar, penerapan protokol kesehatan belum optimal. Selain tidak maksimalnya pengaturan jarak antarlapak pedagang, sejumlah pedagang dan pembeli juga tidak memakai masker.
Hukuman bagi pengambil paksa jenazah
Untuk mengantisipasi pengambilan paksa jenazah pasien Covid-19, Pemprov Jabar terus berkoordinasi dengan TNI, Polri, dan petugas keamanan di fasilitas kesehatan. Hal ini perlu diantisipasi karena bisa memicu penularan. Apalagi pengambilan paksa jenazah pasien sudah terjadi di sejumlah daerah, salah satunya Sulawesi Selatan. Akibatnya, puluhan orang yang menjemput itu harus diisolasi.
”Penjemputan paksa pasien Covid-19 ini ada ancaman denda dan penjaranya. Di daerah lain sudah ada yang menjadi tersangka,” ujar Daud Achmad.
Meskipun sejumlah kabupaten/kota di Jabar sudah memasuki masa adaptasi kebiasaan baru, potensi penularan Covid-19 masih tinggi. Kasus positif masih terus bertambah.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) yang diperbarui, Kamis pukul 18.44, kasus positif di provinsi itu berjumlah 2.551 orang. Terdapat penambahan 198 kasus selama sepekan terakhir atau jika dirata-ratakan 28 kasus per hari.
Padahal, menurut Daud, rata-rata penambahan kasus positif pada minggu pertama Juni sempat menurun menjadi 17 kasus per hari. Sementara pada Mei sekitar 22 kasus per hari.
”Kami memperkuat deteksi dini dan pelacakan kontak melalui tes masif. Sosialisasi terus dilakukan dengan mengingatkan warga untuk memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, serta menghindari kerumunan,” jelasnya.
Pemprov Jabar telah melakukan 127.000 tes cepat dan 55.000 tes PCR. Jumlah ini belum memenuhi target 300.000 tes. Jabar masih memiliki 81.000 alat tes cepat dan 150.000 alat tes PCR. Alat tes tersebut akan didistribusikan ke kabupaten/kota secara bertahap.
Kolaborasi
Penanganan Covid-19 juga memerlukan kolaborasi banyak pihak. Di Jabar, kolaborasi ini salah satunya diwujudkan dalam penerapan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) di tingkat desa/kelurahan.
Sebagai percontohan, PSBM telah diterapkan di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Subang, serta Kota Bogor, Tasikmalaya, dan Sukabumi. Hal ini diterapkan di desa/kelurahan yang terdapat kasus positif Covid-19.
Di Desa Tanimulya, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar melakukan tes masif terhadap 200 warga. Saat menunggu hasil tes, warga di RT 001 RW 003 diisolasi. Sementara pemerintah desa mendistribusikan bantuan makanan agar warga tetap beraktivitas di rumah.
Tes dilakukan setelah seorang warga di RT tersebut terjangkit Covid-19. Warga tersebut merupakan pedagang di Pasar Antri, Kota Cimahi.
Koordinator Sub-Divisi Deteksi Dini dan Pelacakan Kontak Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Dedi Mulyadi mengatakan, terdapat 670 desa/kelurahan yang warganya terjangkit Covid-19. Jumlah itu bertambah dibandingkan pertengahan Mei lalu, yaitu 267 desa/kelurahan.
”Ternyata di 54 desa/kelurahan terdapat jumlah kasus Covid-19 lebih dari enam orang dan terjadi penambahan kasus setiap 14 hari berikutnya,” ujarnya.
Dedi mengatakan, dengan PSBM, tim gugus tugas akan melakukan tes masif berdasarkan riwayat kontak. Selain itu, juga dilakukan isolasi untuk mencegah penularan sehingga kasusnya tidak bertambah.