Jumat, Sebagian Kereta Api Lokal Tegal-Semarang Kembali Beroperasi
PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional IV Semarang akan mengoperasikan kembali kereta api lokal mulai Jumat (12/6/2020). Protokol kesehatan diperketat untuk menekan risiko penularan Covid-19.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Setelah hampir dua bulan berhenti beroperasi, PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional IV Semarang, Jawa Tengah, akan membuka kembali sebagian layanan perjalanan kereta, termasuk kereta lokal Tegal mulai Jumat (12/6/2020). Petugas dan penumpang diminta mematuhi protokol kesehatan ketat untuk menekan risiko penyebaran Coronavirus disease 2019 atau Covid-19.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional (Daop) IV Semarang akan mengoperasikan kembali kereta api lokal Kaligung dengan rute Stasiun Semarang Poncol-Stasiun Tegal dan kereta jarak jauh Maharani dengan rute Stasiun Semarang Poncol-Stasiun Surabaya Pasarturi.
Kereta Maharani akan beroperasi melayani dua perjalanan yang terdiri satu perjalanan dari Stasiun Semarang Poncol dan satu perjalanan dari Stasiun Surabaya Pasar Turi. Sementara kereta Kaligung akan melayani empat perjalanan yang terdiri dari dua perjalanan dari Stasiun Tegal dan dua perjalanan dari Stasiun Semarang Poncol.
Pada Senin (8/6/2020), PT KAI Daop IV Semarang sudah lebih dulu mengoperasikan kembali kereta lokal Kedungsepur. Kereta tersebut melayani 4empat perjalanan dengan rute Stasiun Semarang Poncol-Stasiun Ngrombo, Kabupaten Grobogan.
Dengan demikian, ada sepuluh perjalanan kereta yang kembali dioperasikan per Jumat pagi. Normalnya, PT KAI Daop IV Semarang melayani 66 perjalanan kereta penumpang dalam sehari.
”Kami baru mengoperasikan sebagian perjalanan kereta api reguler karena di beberapa daerah masih ada penerapan pembatasan sosial berskala besar. Selain itu, permintaan dari masyarakat juga belum setinggi saat sebelum pandemi,” kata Manajer Humas PT KAI Daop IV Semarang Krisbiyantoro saat dihubungi dari Kota Tegal, Kamis (11/6/2020).
Menurut Krisbiyantoro, pengoperasian kembali sebagian kereta reguler di wilayah Daop IV Semarang akan dievaluasi.
Sementara itu, di Stasiun Tegal, sejumlah persiapan menyambut pengoperasian kembali kereta lokal Kaligung mulai terlihat. Di kiri dan kanan pintu masuk stasiun, misalnya, petugas memasang wastafel dan meletakkan sabun cair.
Di setiap pegangan pintu, petugas juga memasang peringatan untuk membuka pintu dengan siku. Tanda-tanda antrean di depan pintu masuk peron dan tanda jaga jarak fisik di kursi ruang tunggu juga sudah terpasang.
Kepala Stasiun Tegal Dedi Nurdiantoro mengatakan, sebelum masuk ke area stasiun, penumpang dan petugas diminta mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan cairan pembersih tangan. Penumpang dan petugas yang akan melakukan perjalanan diwajibkan memakai masker serta pakaian lengan panjang.
Sebelum masuk ke peron stasiun, penumpang dan petugas juga dicek suhu tubuhnya. Penumpang dengan suhu tubuh di atas 37,3 derajat celsius akan dicek ulang lima menit setelah pengecekan pertama.
”Jika pada tes kedua hasilnya masih sama atau lebih tinggi, penumpang akan kami arahkan untuk membatalkan perjalanan. Uang pembelian tiket juga akan kami kembalikan 100 persen,” ujar Dedi.
Sangat membantu
Masyarakat menyambut baik kabar pengoperasian kembali sejumlah kereta lokal di Daop IV Semarang. Pengoperasian kembali dinilai sangat membantu mempermudah mobilitas masyarakat dari Tegal menuju Semarang dan sebaliknya.
Haryanto (63), misalnya, sudah tiga tahun terakhir mengandalkan kereta Kaligung sebagai sarana transportasinya dari Tegal menuju Semarang. Setiap dua kali sebulan, Haryanto harus kontrol kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat dr Kariadi, Semarang. Selama masa penghentian operasional kereta, Haryanto hanya bisa berkonsultasi dengan dokter melalui komunikasi jarak jauh, tanpa pemeriksaan fisik.
”Tadi dapat informasi kalau Kaligung sudah akan beroperasi kembali. Saya sengaja kemari untuk menanyakan syarat-syarat menempuh perjalanan,” tutur Haryanto.
Hambatan mobilitas juga dialami Zakaria (31) yang sehari-hari bekerja di Kota Tegal. Zakaria, yang merupakan warga Ungaran, Kabupaten Semarang, tersebut harus pergi pulang dengan mengendarai sepeda motor selama masa penghentian operasional kereta.
”Setiap akhir pekan saya pulang ke Ungaran dengan mengendarai sepeda motor. Selain lebih lelah, jarak tempuhnya juga satu jam lebih lama dibandingkan dengan perjalanan menggunakan kereta,” katanya.