Dua Harimau Sumatera Masih Berkeliaran di Perladangan Kabupaten Solok
Dua ekor harimau sumatera, ”Panthera tigris sumatrae”, yang belum tertangkap masih berkeliaran di perladangan warga di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Dua ekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang belum tertangkap masih berkeliaran di perladangan warga di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Harimau-harimau itu beberapa kali mendekati perangkap yang dipasang petugas tetapi masih lolos.
Kepala Resor Konservasi Wilayah Solok BKSDA Sumbar Afrilius di Padang, Senin (15/6/2020), mengatakan, petugas masih mengupayakan menangkap harimau yang diperkirakan induk dan anak itu. Sejak satu ekor harimau muda tertangkap pada Sabtu (13/6/2020) siang, dua harimau lainnya berkeliaran di sekitar lokasi perangkap dipasang.
”Tadi pagi pintu perangkap tertutup tetapi tidak ada harimau di dalamnya. Yang dimasuki, perangkap yang pendek. Lepas karena harimau terlalu panjang, pinggulnya mungkin masih di luar. Ada bekas jejak harimau di dalam kerangkeng yang menunjukkan harimau berusaha keluar,” kata Afrilius.
Harimau betina itu diberi nama Putri Singgulung karena tertangkap di sekitar Bukit Singgulung.
Sebelumnya, tiga ekor harimau sumatera diperkirakan induk dan dua anak berulang kali masuk ke perladangan dan meresahkan warga sejak 7 Mei 2020 di Kecamatan Kubung dan Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Harimau itu terlihat berada di Nagari Gantuang Ciri di Kecamatan Kubung, dan di Nagari Jawi-Jawi dan Nagari Koto Gaek, Kecamatan Gunung Talang.
Lokasi perladangan warga yang berada di area penggunaan lain (APL) itu berdekatan dengan Hutan Lindung Bukit Barisan dan Suaka Margasatwa Barisan. Dua lokasi ladang tempat harimau menampakkan diri bahkan sudah masuk kawasan hutan lindung dan suaka margasatwa (Kompas.id, 10/6/2020).
Salah satu harimau yang tertangkap sudah dievakuasi untuk direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) di Kabupaten Dharmasraya, Sumbar. Harimau betina itu diberi nama Putri Singgulung karena tertangkap di sekitar Bukit Singgulung. Putri Sunggulung berumur satu tahun dengan panjang sekitar 1 meter.
Menurut Afrilius, perangkap dipasang di perladangan warga di Jorong Beringin, Nagari Gantuang Ciri. Lokasinya masih berada di sekitar tempat penangkapan harimau pertama. Pemasangan perangkap sudah berlangsung sejak Selasa (9/6/2020).
Afrilius melanjutkan, sebelumnya petugas sudah berupaya mengusir harimau kembali masuk ke hutan. Namun, harimau masih menampakkan diri atau terlihat jejaknya di perladangan warga. Kondisi ini membuat warga resah, apalagi saat ini sedang musim panen cengkeh. Petugas akhirnya berupaya menangkap harimau-harimau itu.
”Penangkapan juga kami lakukan untuk mengobati induk harimau. Berdasarkan informasi dari warga yang melihat langsung, tangan kanan induk harimau terlilit besi sebesar korek api. Diduga itu kawat seling yang banyak digunakan warga untuk pagar ladang sebagai antisipasi masuk babi,” ujar Afrilius.
Tangan kanan induk harimau terlilit besi sebesar korek api.
Penyebab ketiga harimau itu menampakkan diri, kata Afrilius, belum dapat dipastikan. Namun, dari penelaahan di lapangan, kemunculan harimau itu di areal perladangan warga kemungkinan karena kesulitan mencari mangsa atau habitatnya terganggu akibat aktivitas manusia di sekitar lokasi.
Selain itu, kata Afrilius, faktor harimau yang sedang membesarkan anak juga bisa memengaruhi. Biasanya induk harimau ketika sedang membesarkan anak akan keluar dari koridornya karena khawatir anaknya dimangsa kompetitor ataupun ayah harimau.
Afrilius mengimbau agar warga tidak menggunakan kawat seling sebagai pagar ladang, terutama ladang yang berdekatan dengan kawasan hutan. Penggunaan kawat seling membahayakan dan berisiko tinggi terhadap keamanan satwa liar di kawasan Suaka Margasatwa Barisan.
Wali Nagari Gantuang Ciri Hendri Yuda mengatakan, sejak tertangkapnya satu harimau, respons warga beragam. Ada warga yang masih khawatir, ada yang mulai tenang. ”Kami mengimbau warga agar tidak usah ke ladang sampai kondisi benar-benar aman,” kata Hendri.
Konflik harimau sumatera dan manusia berulang kali terjadi di Sumbar. Konflik tertinggi terjadi pada 2018 yang mencapai 52 kasus. Sementara pada eriode 2005-2019 (tidak termasuk tahun 2017), ada 135 kasus konflik harimau dan manusia. Konflik itu mulai dari harimau masuk permukiman/perladangan, harimau kena jerat, harimau diracun/diburu, harimau menyerang ternak, hingga harimau menyerang manusia.
Kompas (10/6/2017) memberitakan, sekitar enam ekor harimau menyerang ternak warga di Jorong Pandam Gadang Ranggo Malai, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Sumbar. Keenam harimau itu diduga dua harimau dewasa dan empat harimau muda. Serangan terjadi pada Rabu (7/6/2017) dengan 12 ekor kerbau menjadi korban, yaitu satu mati, tiga hilang, dan sisanya luka-luka. Warga takut diserang harimau.
Di Kampung Koto Pulai, Nagari Kambang Timur, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar, seekor harimau berkeliaran di permukiman (Kompas, 26/7/2016). Tidak ada warga menjadi korban, tetapi sejumlah ternak diserang. Jumlah harimau empat ekor berjenis kelamin betina dengan panjang 1-1,5 meter.
Direktur Walhi Sumbar Uslaini berpendapat, ada dua faktor terjadinya konflik harimau dan manusia. Pertama, kawasan hutan yang merupakan ruang hidup dan koridor perlintasan harimau semakin sempit dan menghilang akibat deforestasi untuk tujuan pembangunan, permukiman, dan perladangan. Kedua, aktivitas manusia semakin mendekati ruang hidup harimau.
”Banyak kawasan yang sudah dibuka untuk kegiatan non-kehutanan. Besar kemungkinan manusia bertemu harimau atau harimau masuk ke perladangan dan permukiman karena wilayah jelajah harimau untuk mencari makanan semakin terbatas,” kata Uslaini, Rabu (10/6/2020).
Menurut Uslaini, konflik harimau dan manusia di Kabupaten Solok ini harus menjadi perhatian semua pihak. Aktivitas pembangunan dan masyarakat jangan sampai mempersempit dan menghilangkan ruang hidup satwa. Apalagi harimau sumatera punya wilayah jelajah yang sangat luas untuk menemukan pasangan dan makanan untuk bertahan hidup.