Angka Pelacakan Kontak Pasien Positif di Jawa Timur Rendah
Angka pelacakan kontak pasien Covid-19 di Jawa Timur masih rendah. Padahal, tes dan pelacakan berperan vital dalam memutus penularan Covid-19 sekaligus mencegah potensi gelombang kedua atau ledakan jumlah kasus baru.
Oleh
IQBAL BASYARI/ AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Angka pelacakan kontak pasien penyakit akibat virus korona jenis baru di Jawa Timur masih rendah. Padahal, tes dan pelacakan berperan vital dalam memutus penularan Covid-19 sekaligus mencegah potensi gelombang kedua atau ledakan jumlah kasus baru.
Tes cepat dan PCR serta pelacakan kontak dari mereka yang terindikasi atau yang sudah positif Covid-19 harus dilaksanakan secara masif. Di sinilah peran penting yang harus ditempuh oleh Satuan Tugas Covid-19 pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Tim sepatutnya menelusuri orang-orang yang kontak dekat dengan pasien Covid-19 dan menerapkan langkah kuratif dan antisipatif.
Warga yang diketahui pernah melakukan kontak dekat harus dites dan dikarantina apabila tidak menunjukkan gejala. ( Febria Rachmanita)
Di Jatim, data pada laman http://infocovid19.jatimprov.go.id/, Senin (15/6/2020), sampai dengan pukul 19.30, menunjukkan ada 7.780 warga positif Covid-19 dengan rincian 617 kematian, 4.761 pasien masih dirawat, 2.254 orang dinyatakan sembuh, dan 148 orang dalam tahap konfirmasi. Kemudian, tercatat 8.253 pasien dalam pengawasan (PDP) dan 26.659 orang dalam pemantauan (ODP).
Adapun untuk mengetahui tingkat pelacakan kontak didapat dari perbandingan antara jumlah pasien positif dan kumulatif PDP dan ODP atau 7.780 berbanding 34.912. Perbandingannya 1:5, artinya dari satu pasien Covid-19, tim terpadu hanya mampu menelusuri kontak sang pasien selama dua pekan terakhir dengan orang lain maksimal 5 orang. Angka ini jauh dari kondisi ideal yang diutarakan oleh kalangan epidemiolog, yakni penelusuran setiap pasien Covid-19 sebaiknya mampu menjangkau minimal 25 orang yang pernah kontak dekat.
Untuk Surabaya, mengutip laman https://lawancovid-19.surabaya.go.id/, tercatat 4.014 pasien positif, 3.750 PDP, dan 4.110 ODP. Artinya, rasio pelacakan kontak dari satu pasien hanya 1,9.
Berdasarkan data yang diolah oleh Kawal Covid-19 per 30 Mei 2020, rasio pelacakan di Jatim 9,66. Adapun di Surabaya 2,8, Sidoarjo 3,5, Gresik 8,8, dan Kediri 19,9.
Meningkatkan rasio
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan akan meningkatkan rasio pelacakan kontak. Ia menargetkan petugas puskesmas agar dapat menelusuri hingga 25 orang dari satu pasien Covid-19. Petugas diminta meminta riwayat perjalanan dan daftar orang-orang yang ditemui setidaknya dalam dua minggu terakhir.
”Warga yang diketahui pernah melakukan kontak dekat harus dites dan dikarantina apabila tidak menunjukkan gejala,” ujar Febria.
Pelaksana Tugas Kepala Puskesmas Rangkah Dwi Astuti Setyorini mengatakan, salah satu kesulitan untuk melacak kontak dekat adalah pasien yang tidak jujur. Sebagian pasien positif tidak memberitahu riwayat kepergian beserta orang-orang yang ditemui selama dua minggu sebelumnya.
”Kami kemudian bertanya ke orang terdekat, seperti keluarga dan tetangga yang tahu kepergian pasien tersebut,” kata Dwi Astuti.
Menurut Dwi Astuti, beberapa orang yang pernah kontak dekat tidak sepenuhnya jujur. Mereka khawatir mendapat peringatan dari perusahaan apabila harus mengisolasi atau bahkan tertular. Maka, petugas ikut memberitahukan kondisi pegawai ke perusahaan agar tidak mendapatkan masalah ketika harus mengisolasi diri.
Secara terpisah, epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan, idealnya pelacakan kontak dilakukan kepada 25 orang. Namun, sebagian besar daerah di Indonesia tidak mampu mencari sebanyak itu. Pelacakan tersebut sangat penting untuk memutus penularan sekaligus mencegah timbulnya kluster penularan baru.
”Tes dan pelacakan kontak menjadi kunci untuk mencegah terjadinya gelombang kedua Covid-19 karena semua orang yang berpotensi menularkan sudah dilacak dan dites,” kata Pandu.
Saat ini, sejumlah daerah terus menggencarkan tes massal. Selain tes massal, lanjut Pandu, sebaiknya tes juga menyasar pada orang hasil pelacakan pasien positif. Mereka lebih diutamakan segera dites karena berpotensi telah tertular dan bisa menularkan ke orang lain.
Tes massal
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, untuk mengantisipasi adanya kontak dekat yang belum ditemukan, pihaknya menggelar tes massal di kawasan yang sudah terjdi kluster penularan. Tes menyasar warga di perkampungan dengan kasus positif lebih dari tiga. Selain warga umum, tes juga untuk warga hasil pelacakan.
Hingga Sabtu (13/6/2020) tes cepat sudah dilakukan pada 61.606 orang dengan kasus reaktif rata-rata dari orang yang diperiksa 10,95 persen. Sementara tes usap tenggorokan sudah dilakukan kepada 8.214 orang dengan kasus positif rata-rata 25,43 persen.
”Kami ingin menemukan sebanyak mungkin warga yang sudah terpapar, terlebih saat ini banyak orang tidak memiliki gejala yang sangat berpotensi menularkan ke orang lain,” kata Risma.
Adapun Ketua Rumpun Tracing Satuan Tugas Covid-19 Jatim Kohar Hari Santoso mengatakan telah mengadakan pemeriksaan PCR sebanyak 36.410 tes atau rasionya setara dengan 910 per 1 juta penduduk. Populasi di Jatim saat ini menembus 40 juta jiwa.