Penanganan Covid-19 di Surabaya Dijadikan Contoh Daerah Lain dengan Kasus Tinggi
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meninjau penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya, Selasa (16/6/2020).
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meninjau penanganan Covid-19 yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya, Selasa (16/6/2020). Pengalaman Surabaya diharapkan bisa dipelajari daerah lain, terutama daerah dengan kasus tinggi.
”Setelah melihat paparan, saya akan meminta kepala daerah yang kasusnya tinggi untuk belajar ke Surabaya,” kata Muhadjir menanggapi paparan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Menurut dia, langkah-langkah yang dilakukan Risma mulai dari mencegah dan memutus penularan hingga mengobati pasien-pasien Covid-19 layak diapresiasi. Begitu pula upaya deteksi terhadap warga yang terpapar melalui tes massal yang selalu ramai dan tidak pernah ada penolakan dari warga perlu diikuti oleh daerah-daerah lain.
Tidak hanya Muhadjir yang memberikan perhatian kepada Surabaya. Dua pekan lalu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo juga meninjau penanganan di Surabaya.
Keduanya mengapresiasi langkah Risma dalam penanganan Covid-19. Bahkan, pemerintah pusat memberikan komitmen untuk membantu kebutuhan Surabaya dalam menangani pandemi ini.
Dalam paparannya, Risma mengatakan bahwa tingginya kasus di Surabaya merupakan bentuk kerja keras dalam melacak sebanyak mungkin orang yang sudah terpapar virus SARS-CoV-2. Pelacakan sangat penting untuk memutus rantai penularan sekaligus mengobati warga yang sakit agar segera mendapat perawatan medis.
”Setiap hari, warga sangat antusias mengikuti tes massal. Apabila diketahui positif, langsung mendapat penanganan medis,” katanya.
Hingga 13 Juni, tes cepat sudah dilakukan terhadap 61.606 orang, dengan kasus reaktif rata-rata dari orang yang diperiksa 10,95 persen. Sementara tes usap tenggorokan sudah dilakukan kepada 8.214 orang dengan kasus positif rata-rata 25,43 persen.
Adapun kasus terkonfirmasi positif di Surabaya hingga 15 Juni 2020 sebanyak 4.119 orang. Pasien yang sudah sembuh 1.300 orang dan meninggal 328 orang. ”Penambahan pasien positif tidak pernah keluar dari kluster atau orang-orang yang kami pantau,” ujar Risma.
Seusai melaksanakan pembatasan sosial berskala besar, kini Pemkot Surabaya memperkuat pencegahan melalui pengaturan protokol kesehatan di berbagai fasilitas umum. Protokol itu diatur dalam Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru pada Kondisi Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota Surabaya, yang diterbitkan Rabu (10/6/2020).
Dalam protokol tersebut, komunitas dan pengelola fasilitas umum menjadi garda terdepan untuk memastikan seluruh warga mengikuti protokol kesehatan. Sementara pemerintah berperan mengawasi pelaksanaan tatanan normal baru di berbagai tempat tersebut.
”Kami sudah membentuk 1.340 kampung tangguh untuk mencegah penularan mulai tingkat paling bawah,” ucap Risma.
Guna memperkuat peran warga tersebut, berbagai pihak juga memberikan dukungan berupa logistik, seperti dilakukan Petronas Carigali Indonesia. Perusahaan minyak asal Malaysia itu memberikan bahan pokok serta alat medis kepada warga di Surabaya, Gresik, dan Sampang.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Nurwahidi mengatakan, ada 1.000 paket bahan makanan yang telah disalurkan ke masyarakat Jatim.
”Di SKK Migas kami juga menyalurkan paket bahan pokok dari Petronas dan K3S lain yang jumlahnya mencapai 3.000 paket. Semoga bisa membantu penanganan Covid-19, terutama bagi warga kurang mampu yang terdampak,” kata Nurwahidi.