Pelacakan Covid-19 di Sulawesi Utara Semakin Masif
Pelacakan Covid-19 di Sulawesi Utara semakin masif. Sekitar Rp 102 miliar dari total Rp 171 miliar dianggarkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk menangani pandemi. Sisanya untuk jaring pengaman sosial.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Alokasi anggaran penanganan Covid-19 di Sulawesi Utara meningkat dari alokasi awal Rp 96 miliar menjadi Rp 171 miliar. Peningkatan anggaran diiringi pelacakan yang semakin masif. Namun disayangkan, kapasitas tes laboratorium di daerah masih terbatas.
Peningkatan anggaran penanganan Covid-19 di Sulut diperoleh dari realokasi ketiga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) Sulut. Pada awal pandemi, Pemprov Sulut menyediakan Rp 96 miliar yang terbagi dalam dua peruntukan. Sejumlah Rp 50,5 miliar untuk pelacakan sebaran penyakit, serta membiayai layanan dan mengadakan alat kesehatan. Sisanya, Rp 45,5 miliar, untuk mengadakan 209.000 paket bantuan bahan pokok.
Dari hasil realokasi anggaran yang mencapai Rp 171 miliar, sekitar Rp 102 miliar di antaranya digunakan untuk penanganan aspek kesehatan dari pandemi Covid-19. Sisanya, Rp 69 miliar, untuk penanganan dampak pandemi lewat penyediaan jaring pengaman sosial.
”Sebagai jaring pengaman sosial, ada 259.880 paket bantuan yang kami bagikan. Dana itu juga digunakan untuk biaya transportasi dan administrasi,” kata Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Sulut Jemmy Kumendong, Rabu (17/6/2020). Jemmy belum bisa memerinci secara lebih detail lagi alokasi anggaran untuk pelacakan.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulut, Steaven Dandel, juga tidak merinci secara spesifik pos-pos penggunaan anggaran tersebut. Namun, ia menyatakan, tim pelacakan (tracking dan tracing) di tingkat provinsi diisi oleh personel Dinas Kesehatan Sulut.
”Mereka adalah bagian dari tim gerak cepat dari dinas kesehatan yang tupoksinya melakukan surveilans. Mereka dapat insentif untuk biaya komunikasi dan insentif harian, begitu juga tunjangan daerah. Tetapi saya tidak tahu jumlah anggarannya berapa,” kata Steaven.
Steaven juga menegaskan, pelacakan sebaran Covid-19 lebih banyak dilakukan oleh gugus tugas di kabupaten/kota dengan anggaran masing-masing. Pemprov hanya mengatur, membimbing, dan mengawasi sembari mengumpulkan data epidemiologis.
Adapun anggaran pemprov untuk kegiatan tes laboratorium berbeda dari anggaran untuk tim pelacakan sebaran wabah. ”Lebih banyak untuk mengadakan logistik bagi tim laboratorium, seperti alat tes cepat, perangkat reagen, dan kelengkapan laboratorium lainnya,” ujar Steaven.
Di Sulut, sudah ada dua laboratorium yang rutin melaksanakan tes sampel usap tenggorokan (swab) dengan metode rantai reaksi polimerase (PCR), yaitu Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Manado dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Manado. Pejabat Pembuat Komitmen BTKLPP Manado Vendri Sumampouw mengatakan, Pemprov Sulut turut mengadakan logistik.
”Kami minta bantuan ratusan APD (alat pelindung diri) lengkap, 7.000 perangkat reagen ekstraksi dan 350 kotak perangkat reagen per bulan, kotak pengaman untuk pengiriman sampel dan juga biaya pengirimannya ke Jakarta dan Makassar. Kami tidak tahu berapa anggaran pemprov karena kami hanya terima barang,” kata Vendri.
Adapun BTKLPP Manado telah mengeluarkan dana internal lebih dari Rp 3 miliar untuk mempersiapkan laboratoriumnya. Hal ini mencakup pengadaan mesin tes PCR, biosafety cabinet, pemugaran ruangan laboratorium, hingga saluran limbah dan pendingin ruangan.
Sementara itu, Kepala BBPOM Manado Sandra Linthin mengatakan, Pemprov Sulut turut membantu mengadakan APD lengkap. ”Ada koordinasi untuk saling melengkapi kebutuhan mengatasi Covid-19 antara instansi vertikal dan pemprov,” katanya.
Jumlah tes sampel meningkat
Sejak awal pandemi Covid-19 diumumkan di Indonesia hingga Selasa (16/6/2020), sebanyak 8.520 sampel swab dari Sulut telah diambil dan diuji di laboratorium yang ditugaskan pemerintah. Jumlah itu mencapai 0,32 persen dari total 2,6 juta penduduk. Steaven mengatakan, rasio tes telah mencapai 3,51 tes per 1.000 penduduk, meningkat dibandingkan pada Mei lalu masih 1,68 tes per 1.000 penduduk.
Steaven mengklaim, ada peningkatan signifikan dari jumlah sampel yang diambil setiap hari untuk diuji. ”Peningkatannya luar biasa, sudah lebih dari sepuluh kali lipat dibandingkan bulan lalu. Jika biasanya kami cuma kirim 25 sampel, sekarang bisa sampai 400 sampel dan ini akan terus meningkat,” katanya.
Peningkatannya luar biasa, sudah lebih dari sepuluh kali lipat dibandingkan bulan lalu. Jika biasanya kami cuma kirim 25 sampel, sekarang bisa sampai 400 sampel dan ini akan terus meningkat.
Menurut dia, peningkatan akan sangat mungkin karena saat ini sudah ada dua laboratorium swasta yang ikut melaksanakan tes PCR. Ke depan, laboratorium Universitas Sam Ratulangi juga akan dilibatkan.
Selama dua pekan terakhir, ada penambahan 360 kasus Covid-19 baru. Penambahan terbanyak terjadi pada 6 Juni lalu, yaitu 79 kasus. Setelah itu, jumlah kasus berfluktuasi berkisar 4-56 kasus.
Steaven mengakui, Sulut masih belum dapat menapaki era normal baru karena salah satu syaratnya adalah tidak ada kasus baru selama dua pekan. Namun, Steaven menyebut angka ini adalah dampak dari pelacakan secara massal.
Di lain pihak, juru bicara BTKLPP Manado, Vivi Polak, mengakui, jumlah sampel yang dikirim Gugus Tugas Covid-19 Sulut meningkat dari puluhan menjadi paling banyak 400 sampel sehari. ”Kegiatan tracking dan tracing semakin masif,” katanya.
Kendati begitu, Vivi mengakui, jumlah sampel yang masuk jauh di atas kapasitas laboratoriumnya yang hanya 100-200 per hari. Akibatnya, ada 1.600-an sampel swab yang masih mengantre untuk diuji oleh sembilan petugas laboratorium dalam satu sif.
”Karena itu, kami harus kirim ke jejaring laboratorium kami di Jakarta dan Makassar. Sudah ada 400 lebih yang kami kirim. Menurut rencana, kami akan selesaikan lebih dulu yang mengantre. Tugas kami lebih ringan karena sudah ada BBPOM,” kata Vivi.
Adapun Kepala BBPOM Manado Sandra mengatakan, pihaknya menerima 933 sampel sejak 27 Mei 2020. ”Perangkat reagen kami masih cukup sampai beberapa waktu ke depan. Enam petugas biomikrologi kami juga masih dapat melaksanakan tugas ini,” katanya.
Sementara itu, Manado kini mendominasi kasus Covid-19 di Sulut dengan 481 kasus positif. Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Manado, Sanil Marentek, mengatakan, pihaknya belum mengetahui jumlah sampel yang telah dikumpulkan untuk diuji. Namun, pihaknya meneruskan strategi pelacakan dengan, salah satunya, tes cepat massal.
”Di Pasar Pinasungkulan, kami sudah melaksanakan tes massal dengan peserta 857 orang, 176 di antaranya reaktif dan kami ambil swab. Sementara, ada penolakan tes massal di dua kelurahan, yaitu Ketang Baru dan Ternate Baru, sehingga baru 18 orang yang kami tes,” katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Pemerintah Kota Manado Micler Lakat mengatakan, pihaknya menyediakan Rp 40,67 miliar untuk mengatasi Covid-19. Sekitar Rp 10,3 miliar digunakan membiayai penanganan di bidang kesehatan.