Pemeriksaan Masif Covid-19 di Jabar Baru Separuh dari Target
Pemerintah Jabar telah melaksanakan tes cepat untuk warga sebanyak 148.789 tes. Angka itu masih separuh dibandingkan target 300.000 pemeriksaan atau 0,6 persen dari total jumlah penduduk Jabar mencapai 50 juta jiwa.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemeriksaan Covid-19 di Jawa Barat baru separuh dari target karena terkendala jumlah alat tes. Padahal, dalam mempersiapkan normal baru, identifikasi persebaran Covid-19 penting dilaksanakan secepatnya.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Komunikasi Covid-19 di Jabar, Kamis (18/6/2020), Pemerintah Provinsi Jabar telah melaksanakan 148.789 tes cepat. Sementara tes dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR) sebanyak 60.389 kali. Angka tersebut masih separuh jika dibandingkan dengan target 300.000 pemeriksaan atau 0,6 persen dari total jumlah penduduk Jabar sebanyak 50 juta jiwa.
Ketua Divisi Pelacakan Kontak, Pengujian Massal, dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Siska Gerfianti menyatakan, pemeriksaan belum mencapai target karena terkendala peralatan dan persebaran warga.
Siska mengatakan, hingga Kamis, pihaknya masih memiliki kurang lebih 30.000 alat tes cepat dan 27.000 alat usap. Selain itu, gugus tugas masih memiliki reagen PCR sebanyak 83.000 unit dan reagen tes cepat 77.000 unit.
”Kami mengupayakan penambahan alat dari belanja tidak terduga (BTT) bulan ini untuk memenuhi peralatan sehingga target 300.000 tes cepat dan 150.000 PCR bisa terpenuhi. Jika dijumlahkan, kami bisa melebihi target awal,” ujarnya.
Selain itu, untuk mencapai ke seluruh warga di setiap daerah di Jabar, Siska menjelaskan, gugus tugas melaksanakan pemeriksaan yang menyebar di setiap kecamatan. Dengan puskesmas keliling sebagai pos pemeriksaan tes Covid-19, petugas melaksanakan pengetesan masif berdasarkan tiga kategori.
Kategori pertama adalah warga potensi tinggi terpapar Covid-19, seperti orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gejala (OTG), dan tenaga kesehatan. Kategori kedua adalah warga yang kerap berinteraksi dengan banyak kalangan, seperti aparat kepolisian, tentara, pemuka agama, dan pedagang di pasar. Kategori terakhir ditujukan kepada warga yang menjadi pelaku perjalanan.
”Saat ini kapasitas pemeriksaan di Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar mencapai 2.000 sampel per hari. Hingga minggu ini, sudah tidak ada lagi sampel antrean. Karena itu, hasil pemeriksaan PCR bisa selesai dalam waktu satu hari sesuai jadwal tanpa menunggu antrean,” tuturnya.
Saat ini kapasitas pemeriksaan di Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar mencapai 2.000 sampel per hari. Hingga minggu ini, sudah tidak ada lagi sampel antrean. Karena itu, hasil pemeriksaan PCR bisa selesai dalam waktu satu hari sesuai jadwal tanpa menunggu antrean.
Pembatasan mikro
Koordinator Subdivisi Deteksi Dini dan Pelacakan Kontak Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Dedi Mulyadi menambahkan, tidak hanya pemeriksaan, antisipasi pandemi di era normal baru ini juga dengan melokalisasi persebaran. Karena itu, gugus tugas melakukan proyek percontohan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) di enam daerah. Daerah itu adalah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Subang, Kota Tasikmalaya, Kota Cimahi, dan Kota Bogor.
Dedi menuturkan, PSBM ini penting untuk menghadapi fase adaptasi kebiasaan baru. Isolasi mandiri terhadap warga yang berpotensi Covid-19 berdasarkan pelacakan dari kasus positif ini dilakukan sehingga tidak bercampur dengan aktivitas warga lainnya hingga masa inkubasi selesai.
Isolasi ini dianggap efektif meminimalkan persebaran. Namun, tutur Dedi, warga diminta tidak memberikan stigma kepada warga yang diisolasi karena semua demi kebaikan bersama. ”Tanpa ada stikma, semua harus bersama-sama dalam menjalani adaptasi kebiasaan baru ini dengan menaati aturan dan anjuran dari pemerintah,” ujarnya.