Covid-19 dan Pesan ”Sagu Salempeng” dari Doni Monardo
Pepatah Maluku ”sagu salempeng dipatah duo” memiliki makna bersama dalam satu rasa. Pesan moral dari pepatah itu sangat relevan diterapkan dalam penanganan pandemi Covid-19 di Maluku.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal Doni Monardo menyapa masyarakat Maluku dalam webinar yang digelar Forum Bahasa Media Massa Maluku, Selasa (16/6/2019) malam. Di tengah kesibukannya, warga kehormatan Kota Ambon itu berbagi informasi tentang kondisi terbaru penanganan Covid-19 di Indonesia.
Selain Doni, tampil dalam diskusi webinar yang ditayang di Facebook dan ditonton hampir 4.000 kali itu menghadirkan Sekretaris Daerah Maluku Kasrul Selang; Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy; Health Officer dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) Sisca Wiguno; dan jurnalis peliput Covid-19 dari harian Kompas, Frans Pati Herin. Arie Rumihin dari Forum Bahasa Media Massa Maluku menjadi moderator diskusi.
Dalam kesempatan itu, Doni mengajak semua pihak bahu-membahu melewati masa pandemik yang berat. Masyarakat diminta menjalankan protokol kesehatan dengan sungguh-sungguh, yakni mencuci tangan, menjaga jarak, dan mengenakan masker.
”Bagaimana cara mengurangi risiko penularan? Jawabannya ada tiga. Pertama disiplin, kedua disiplin, dan ketiga disiplin terhadap protokol kesehatan,” ujar mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu.
Bagi Doni, kedisiplinan masyarakat menjadi kunci utama dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Hingga Rabu malam, total kasus positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 40.400 dengan dengan pasien yang sembuh 15.703 dan angka kematian 2.325. Jumlah kasus berpotensi terus meningkat setiap hari. Banyaknya variabel membuat titik akhir pandemik belum dapat dipastikan.
Dalam pengamatan pemerintah, kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan dan mengenakan masker semakin meningkat. Protokol kesehatan itu sudah mulai melekat dalam diri masyarakat. Tanpa Covid-19 pun, dua hal itu sudah biasa dilakukan. Mencuci tangan dengan mudah dilakukan. Begitu pula menggunakan masker.
Bagaimana cara mengurangi risiko penularan? Jawabannya ada tiga. Pertama disiplin, kedua disiplin, dan ketiga disiplin terhadap protokol kesehatan. (Doni Munardo)
”Namun, menjaga jarak itu sesuatu yang mudah diucapkan, tetapi sangat sulit dilakukan. Dan, sebagian besar proses terjadinya transmisi dari orang yang positif Covid-19 kepada yang masih sehat itu diakibatkan karena proses hubungan kontak erat baik karena fisiknya maupun seseorang yang pernah menyentuh droplet dari mereka yang positif Covid-19,” katanya.
Ada sejumlah kecendrungan yang dapat mengabaikan jarak aman seperti duduk bacarita kewel. Beberapa orang duduk berdekatan sambil bercerita banyak hal mulai dari remeh temeh sampai serius. Suasana bacarita itu sesekali diselingi tertawa lepas. Hal biasa ditemui di rumah kopi yang banyak tersebar di pusat kota. Kebiasaan tanpa jarak aman sebaiknya dihindari.
”Kepatuhan masyarakat terhadap ketentuan itu menjadi kekuatan kita,” ujarnya.
Pada tataran elite, Doni berharap agar koordinasi dan kolaborasi antara wilayah dan pimpinan daerah diperkuat. Terlebih lagi kasus positif di Maluku terus meningkat. Hingga Selasa (16/6/2020) malam, kasus Covid-19 di Maluku sebanyak 496 kasus dengan angka kesembuhan 111 orang dan meninggal 13 orang. Kota Ambon menjadi daerah terparah, yakni 366 kasus dengan angka kesembuhan 84 orang dan meninggal 10 orang. Angka reproduksi (Ro) masih sangat tinggi, yakni 2,2. Artinya satu pasien menulari 2,2 orang.
Doni yang pernah bertugas sebagai Panglima Komando Daerah Militer XVI/Pattimura meyakini Maluku memiliki modal sosial yang besar untuk bisa keluar dari pandemik ini. Banyak kearifan lokal di Maluku yang menjadi kekuatan untuk bergerak bersama. Maluku sudah pernah membuktikan itu pada dua dasawarsa lalu. Maluku yang pernah menjadi daerah konflik bertransformasi menjadi daerah dengan tingkat kerukunan terbaik di Indonesia dan menjadi laboratorium perdamaian.
Semangat kearifan lokal yang dimaksud Doni tersirat dalam ungkapan sagu salempeng dipatah dua, ale rasa beta rasa, dan potong di kukuh rasa di daging. Tiga ungkapan itu memiliki satu makna yang sama, yakni bersama dalam satu rasa. ”Kita bisa bekerja sama dan gotong royong. Maluku punya semangat itu. Saya yakin, Maluku bisa segera mengakhiri Covid-19 ini. Maluku bisa menjadi contoh bagi bangsa Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Sisca Wiguno berpendapat, berapa pun daya tampung sistem kesehatan yang dimiliki, itu tidak akan mampu mengatasi kecepatan penyebaran Covid-19. Terlebih di Maluku saat ini sebanyak enam puskesmas dan dua rumah sakit ditutup lantaran tenaga kesehatan terinfeksi Covid-19. Ini merupakan alarm. Untuk mengatasi hal ini, masyarakat sipil harus digerakkan untuk terlibat.
Menurut lulusan Universitas Trisakti itu, masyarakat Indonesia termasuk Maluku di dalamnya memiliki modal sosial yang tinggi. Sebagaimana catatan Kompas, Indonesia berada pada urutan kelima untuk modal sosial dan peringkat pertama untuk partisipasi sipil serta sosial dengan tingkat sukarelawan tertinggi. Bahkan, Charities Aid Foundation melalui World Giving Index 2018 menjuluki Indonesia sebagai negara paling dermawan. Sisca menemukan sendiri cerita kebersamaan itu di Maluku.
”Bagaimana kita menggalakkan peran serta masyarakat lebih (tinggi) lagi. Kita punya kearifan lokal, kita punya banyak cerita kebersamaan yang bagus. Sayangnya saya belum banyak baca di (media) Maluku. Padahal ada. Saya dapat sendiri. Saya dapat cerita dari relawan Covid-19 (di tempat karantina) bahwa mereka diberi makanan oleh keluarga pasien. Kadang ada orang-orang dari penduduk sekitar membawakan mereka makanan. Itu cerita-cerita kebaikan yang masyarakat perlu mendengar karena kebaikan itu menular,” tutur Sisca yang pernah bertugas di sejumlah negara konflik di Timur Tengah itu.
Saling balas pesan
Sayangnya, di tengah pandemi ini, Gubernur Maluku Murad Ismail dan Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy terlibat saling lempar pernyataan di media. Ketidakakuran itu mencuat ke publik saat Murad menggelar konferensi pers di kantor Gubernur Maluku pada Senin (15/6/2020).
Murad meminta Richard agar tidak cengeng dalam menangani Covid-19. Diksi ”cengeng” itu diucapkan Murad secara terbuka. Tak hanya itu, Murad bahkan meminta masyarakat agar menyerang Pemkot Ambon melalui kritikan.
Kata-kata itu dilontarkan Murad menyusul pernyataan Richard pekan lalu yang menagih janji dukungan dari Murad kepada Pemkot Ambon. Menurut Richard, dukungan itu harus dalam bentuk anggaran, tidak cukup hanya lewat pernyataan. Saling lempar pernyataan di media itu lalu meluas ke media sosial. Para pendukung kedua belah pihak saling serang lewat unggahan dan komentar.
Menanggapi hal itu, Ketua Komnas HAM Provinsi Maluku Benediktus Sarkol meminta kepada Murad dan Richard agar berangkul untuk menangani kasus Covid-19. ”Di tengah kondisi seperti ini, pemimpin daerah harus bersatu. Jangan tunjukkan kepada publik bahwa kalian sedang berselisih paham. Saat ini masyarakat sedang susah, jangan tambah masalah lagi di tengah masyarakat,” katanya.
Dalam webinar itu, Richard mengatakan, dirinya tidak memiliki masalah pribadi dengan Murad maupun secara institusional dengan Pemerintah Provinsi Maluku. ”Sudah saling WA (Whatsapp) ka belum,” kata Kompas melempar candaan ke Richard. ”Sudah balas pesan dan teleponan,” jawab Richard sambil tertawa lepas.
Sekretaris Daerah Maluku Kasrul Selang yang juga Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku mengatakan, pihaknya tidak ada persoalan dengan Pemerintah Kota Ambon. Koordinasi berjalan dengan bagus, termasuk dalam menyiapkan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar di Kota Ambon mulai pekan depan.
Di mata masyarakat, Kasrul dianggap berperan besar dalam penanganan Covid-19 di Maluku. Ia juga kerap mencairkan kebekuan komunikasi antara pemerintah provinsi dan pemerintah kota. Ia beberapa kali datang ke Balai Kota Ambon untuk berkoordinasi. Ia bahkan sering turun menenangkan masyarakat dan meredam gejolak kontraproduktif yang berkembang dalam masa pandemik. Kasrul seperti membayar absennya gubernur dan wakil gubernur di lapangan.
Kini masyarakat berharap jangan ada lagi saling lempar pernyataan media yang membuat gaduh ruang publik. Pesan filosofis dalam ungkapan sagu salempeng dipatah dua itu perlu diresapi dalam-dalam oleh para pemimpin di Maluku.