Perajin Batik Banyumas Mulai Produksi Masker Batik
Penjualan kain batik anjlok akibat pandemi. Menyiasati hal itu, perajin batik di Desa Papringan, Banyumas, berinovasi membuat masker kain batik untuk bertahan saat pandemi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Perajin batik di Desa Papringan, Banyumas, Jawa Tengah, berinovasi memproduksi masker dari kain batik. Masker yang dijual Rp 10.000 per lembar itu menjadi upaya perajin bisa bertahan akibat anjloknya penjualan batik saat pandemi Covid-2019.
”Kami berusaha membuat masker batik agar usaha batik tidak tenggelam karena pandemi ini,” kata Sekretaris Kelompok Usaha Bersama Batik Pring Mas Titi Setiyowati di Banyumas, Senin (22/6/2020).
Titi menyampaikan, pembuatan masker batik berjalan sekitar dua minggu dan sudah memproduksi sekitar 150 masker batik. Kelompok perajin ini memanfaatkan kain perca batik yang tidak terpakai. ”Kami membuat masker dua lapis. Ada yang diberi pengait di telinga dan ada juga tali untuk mereka yang mengenakan jilbab,” kata Titi.
Koordinator Kelompok Batik Tulis Pring Mas Iin Susiningsih menyampaikan, di Papringan terdapat sekitar 25 perajin batik tulis. Saat normal, mereka biasa memproduksi batik 100 lembar dan bisa terjual sekitar 30 lembar per bulan. ”Karena pandemi ini, tidak ada penjualan sama sekali. Kami tetap membuat batik untuk stok saja,” kata Iin.
Karena pandemi ini, tidak ada penjualan sama sekali.
Masker batik karya perajin di Banyumas itu dijual secara daring atau dalam jaringan baik melalui Instagram pribadi ataupun Instagram kelompok, yaitu @pringmasbatik. ”Pembelinya dari sekitar Banyumas dan Purwokerto,” kata Iin.
Batik khas Banyumas antara lain bermotif pring sedapur atau rumpun bambu serta motif Sungai Serayu. ”Warna khas Banyumas adalah sogan yang terdiri dari warna hitam, coklat, dan kuning emas,” kata Iin.
Pandemi juga mendorong sejumlah penyandang disabilitas di Purbalingga memproduksi pelindung wajah. Aang Santosa (27) yang kehilangan kedua kakinya karena kecelakaan kerja dan juga Ragil (24) yang menderita lemahnya sisi motorik. ”Saya difabel dan tidak mungkin saya tergantung dengan orangtua, istri, apalagi orang lain,” kata Aang awal Juni lalu.
Mereka berdua membuat pelindung wajah untuk mencegah penularan virus korona baru. Mereka sudah memproduksi sedikitnya 150 pelindung wajah pesanan Pemerintah Kabupaten Purbalingga. ”Per buah dijual Rp 15.000 sampai Rp 20.000,” kata Aang.
Dari data Tim Gugus Percepatan Penanganan Covid tingkat Kabupaten Purbalingga, hingga 21 Juni 2020 terdapat 59 kasus positif di Purbalingga. Dari jumlah itu, 46 pasien sudah dinyatakan sembuh, 1 meninggal dan 12 pasien lainnya masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Sementara dari di Banyumas pada 22 Juni 2020, jumlah pasien positif Covid-19 ada 74 orang. Dari jumlah itu, 58 orang sembuh, 4 orang meninggal, dan 12 orang masih dirawat.
Seperti diberitakan sebelumnya (Kompas.id, 12 Juni 2020), masyarakat di Kabupaten Banyumas belum sepenuhnya sadar menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Sebanyak 53 orang menjalani sidang tindak pidana ringan atau tipiring karena kedapatan tidak mengenakan masker saat razia oleh tim gabungan penegakan Peraturan Daerah Bupati Banyumas.
Sesuai Perda Kabupaten Banyumas Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit di Banyumas, para pelanggar bisa dikenai denda maksimal Rp 50.000 atau kurungan selama 3 bulan.