Rosita, Robot Buatan UMP untuk Pelayanan Pasien Covid-19
Universitas Muhammadiyah Purwokerto membuat Rosita, Robot Asisten Perawat, untuk pelayanan di ruang isolasi bagi pasien penderita Covid-19. Konsep robot ini mengurangi potensi penularan dari pasien ke perawat.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Universitas Muhammadiyah Purwokerto membuat robot untuk pelayanan di ruang isolasi bagi pasien penderita Covid-19. Robot yang diberi nama Rosita, singkatan dari Robot Asisten Perawat, ini diciptakan untuk mengurangi interaksi petugas medis dengan pasien.
”Kami menambahkan alat pengukur suhu di robot ini. Biasanya perawat mengukur suhu pakai thermo gun berdekatan dengan jarak sekitar 15 sentimeter. Ini tidak, fitur pada alat ini akan mengarah ke kening, atau lewat suara, pasien diminta mendekatkan (kening) ke fitur itu sehingga langsung terbaca suhunya,” kata Dekan Fakultas Teknik dan Sains Universitas Muhammadiyah Purwokerto Teguh Marhendi, di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (23/6/2020).
Teguh menyampaikan, alat ini akan dihibahkan ke RSU PKU Muhammadiyah Gombong guna membantu pelayanan medis di ruang isolasi di sana. Biaya produksinya berkisar Rp 40 juta. Prinsipnya, alat ini diharapkan membantu tim medis khususnya dalam menangani pandemi Covid-19 agar tidak banyak berkontak langsung dengan pasien.
Teguh menambahkan, keunggulan lain Rosita yakni mampu menyemprotkan cairan disinfektan dalam ruangan. ”Ke depan ini bisa dikembangkan supaya dipakai tidak hanya karena Covid-19, tetapi juga untuk pekerjaan perawat khususnya di rumah sakit yang jumlah tim medisnya terbatas,” ujarnya.
Ketua Tim Rosita Universitas Muhammadiyah Purwokerto Itmi Hidayat menyampaikan, robot yang terdiri atas empat buah rak ini memiliki tinggi 130 sentimeter dengan bobot mencapai 30 kilogram dan dilengkapi perangkat audio-visual sebagai sarana komunikasi perawat-pasien.
Rak bisa dipakai untuk mengantar makanan, obat, pakaian atau selimut, serta Al Quran. ”Rosita bisa mengangkut barang hingga 30 kilogram, kecepatannya 10 kilometer per jam, dan baterai isi ulang bisa diisi selama tiga jam untuk pemakaian selama dua jam,” ujar Itmi.
Itmi menyampaikan, robot ini dilengkapi dengan dua buah kamera, satu di bagian bawah untuk memandu operator dan satu lagi di bagian atas untuk berkomunikasi dengan pasien. Rosita memiliki empat buah roda penggerak brushless yang terdiri dari dua roda penggerak utama dan dua roda bantu.
”Di bawah juga ada sensor ultrasonik sebagai pelindung agar robot tidak menabrak. Kalau ada halangan di depannya dengan jarak 10 sentimeter, robot akan berhenti,” katanya.
Itmi menambahkan, proses pembuatan satu unit robot ini butuh waktu hingga tiga minggu. Adapun alat penyemprot disinfektan pada robot ini bisa untuk menyemprotkan cairan sebanyak 75 mililiter selama satu jam untuk ruangan berukuran 4 meter x 4 meter.
Rosita juga dilengkapi sirene sebagai klakson dan lampu penanda bahwa robot ini aktif. ”Robot ini dikendalikan memakai joystick dan bisa dikendalikan dalam radius 100 meter,” ujarnya.
Alat penyemprot disinfektan pada robot ini bisa untuk menyemprotkan cairan sebanyak 75 mililiter selama satu jam untuk ruangan berukuran 4 meter x 4 meter.
Seperti diberitakan Kompas, 27 April 2020, dua kampus di Surabaya, yakni, Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan Universitas Airlangga, sebelumnya juga menciptakan robot untuk menggantikan sebagian peran paramedis dalam merawat pasien Covid-19. Robot bernama Robot Medical Assistant ITS-Airlangga atau Raisa ini diklaim mampu mengurangi risiko transmisi hingga 50 persen. Robot Raisa mulai digunakan di Rumah Sakit Penyakit Tropis Infeksi Unair, Surabaya.
Robot dibutuhkan untuk mengurangi interaksi perawat dengan pasien mengingat risiko penularan terhadap paramedis cukup tinggi. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat, hingga 19 April 2020, setidaknya ada 30 dokter meninggal karena Covid-19. Sementara dari kalangan perawat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mencatat ada 14 perawat meninggal akibat terinfeksi virus korona baru.