Transmisi Lokal Terus Terjadi, Covid-19 di Aceh Meluas
Dalam dua pekan, bertambah 31 kasus baru Covid-19 muncul di Aceh. Penyebaran berpotensi meluas karena kasus baru bermunculan dari transmisi lokal.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Penyebaran virus korona jenis baru yang menyebabkan wabah Covid-19 di Provinsi Aceh semakin meluas. Dalam dua pekan, bertambah 31 kasus baru. Penyebaran berpotensi meluas karena kasus baru bermunculan dari transmisi lokal.
Pada Rabu (24/6/2020) terjadi penambahan tiga kasus baru. Ketiga pasien itu berdomisili di Kota Banda Aceh. Saat ini, mereka dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh.
Satu pasien merupakan pegawai negeri di kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah (PP dan WH) Aceh. Pasien ini belum diketahui terpapar virus dari kluster mana. Namun, untuk antisipasi penyebaran di lingkungan kantor pasien, uji swab (usap) tenggorokan akan dilakukan.
Kepala Satpol PP dan WH Aceh Jalaluddin menuturkan, semua pegawai yang pernah berinteraksi dan kontak dengan RI akan diambil sampel untuk diperiksa menggunakan metode reaksi rantai pilimerase (PCR) di laboratorium. Penelusuran dilakukan untuk mencegah penyebaran virus lebih luas.
Hingga Rabu, jumlah warga yang positif Covid-19 di Aceh menjadi 53 orang. Sebanyak 20 orang sembuh, 2 meninggal, dan sisanya dalam perawatan.
Penambahan 31 kasus baru didominasi dari transmisi lokal. Penyebaran terjadi dengan cepat dari satu orang kepada orang lain, seperti keluarga inti dan tenaga medis. Misalnya, almarhum SUK (63), pasien Covid-19 yang meninggal pada Rabu 17 Juni 2020, menularkan virus korona terhadap sembilan orang.
Juru Bicara Penanganan Covid-19 Aceh Saifullah Abdulgani mengatakan, transmisi lokal terjadi sangat cepat. Tugas tim gugus kini semakin berat karena harus menelusuri semua orang yang pernah kontak dengan salah satu pasien Covid-19.
”Semua kontak dekat Covid-19 dianggap orang tanpa gejala dan harus diperiksa. Teknisnya tergantung situasi di lapangan. Sebaiknya warga melaporkan diri kepada petugas untuk diperiksa,” kata Saifullah.
Pemprov Aceh berencana akan menutup pintu masuk ke Aceh.
Setelah terjadi peningkatan kasus yang signifikan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh berencana menutup pintu masuk ke Aceh. Kebijakan ini dianggap efektif memutuskan penyebaran virus korona di Aceh. Di saat yang sama penelusuran terhadap penyebaran di dalam wilayah terus dilakukan.
Saifullah mengatakan, kasus transmisi lokal seharusnya menjadi pelajaran penting bagi warga untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran menerapkan aturan kesehatan. Tempat keramaian, seperti warung kopi, pasar, pantai, dan masjid, berpotensi menjadi tempat penyebaran.
”Masyarakat tidak perlu panik, tetapi kita lebih waspada menjaga diri dan keluarga. Menunda saling berkunjung secara fisik. Hal ini diperlukan kesadaran semua pihak demi saling menjaga diri dan melindungi antarsesama,” kata Saifullah.
Sebelumnya, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Safrizal Rahman mengatakan, Aceh harus waspada terhadap serangan gelombang Covid-19 kedua. Belakangan, sebagian yang terpapar Covid-19 tidak menunjukkan gejala atau disebut orang tanpa gejala.
Menurut Safrizal, Pemprov Aceh harus memperbanyak uji usap tenggorokan untuk mengetahui peta penyebaran Covid-19 sehingga mata rantai penularan bisa diputuskan.
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengatakan, karena kasus terus bertambah, pengetatan protokol kesehatan akan diterapkan. Warga yang tidak menggunakan masker tidak boleh masuk ke kawasan kota.
Sementara bagi usaha warung kopi dan retoran diwajibkan menerapkan jaga jarak. ”Jika tidak patuh, izin usahanya akan kami cabut,” kata Aminullah.