Borobudur Dibuka Terbatas
Lorong candi tak memungkinkan untuk penerapan protokol penjagaan jarak. Di sisi lain, sejumlah hotel dan restoran sudah mulai buka dan lainnya bersiap buka lagi.
Lorong candi tak memungkinkan untuk penerapan protokol penjagaan jarak. Di sisi lain, sejumlah hotel dan restoran sudah mulai buka dan lainnya bersiap buka lagi.
MAGELANG, KOMPAS — Di tengah masa pandemi Covid-19, bangunan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tidak akan dibuka untuk kunjungan wisatawan. Wisatawan hanya bisa mengunjungi pelataran candi dengan jumlah terbatas, yakni 140 orang yang dibagi dua gelombang.
Aturan ini diberlakukan karena kondisi lorong-lorong candi terlalu sempit, tak memungkinkan kunjungan wisatawan dilakukan dalam jarak aman. ”Kami tidak mungkin memaksakan diri. Kunjungan wisatawan tanpa aturan jarak sesuai protokol kesehatan berisiko memicu kluster baru,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Tri Hartono di sela-sela simulasi pembukaan kawasan Zona I Taman Wisata Candi Borobudur, Jumat (26/6/2020).
Saat Zona I Candi Borobudur kembali dibuka, wisatawan hanya diizinkan berkeliling di pelataran, di bawah bangunan candi. Setiap rombongan akan dipandu seorang pemandu wisata, yang juga bertugas mengingatkan pengunjung menjaga jarak aman. Lama kunjungan pun dibatasi satu jam saja.
Pengelola akan menutup kunjungan wisatawan di Zona I di setiap Senin. Hari libur ini akan dimanfaatkan pengelola untuk membersihkan bangunan candi dan sekitarnya. Saat ini, BKB sudah mengajukan izin membuka kembali kawasan Zona I Candi Borobudur kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Magelang.
Sembari menunggu izin, BKB masih terus membersihkan abu dari erupsi Gunung Merapi di batuan candi. Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Soni Warsono mengatakan, 60 pramuwisata siap mendampingi wisatawan Candi Borobudur. Setiap pemandu siap memandu dengan mengenakan masker. Di sisi lain, pemakaian masker ini jadi kendala, terutama kepada wisatawan asing.
”Saat kesulitan mencerna informasi yang disampaikan, wisatawan asing biasanya mencoba membaca gerakan bibir pemandu. Itu tidak mungkin dilakukan karena kami harus pakai masker,” ujarnya. Selain masker, menurut dia, tantangan pramuwisata di tengah pandemi adalah bagaimana membuat rangkuman informasi lengkap tentang Candi Borobudur agar bisa disampaikan sekitar satu jam.
Para pengunjung, kata Soni, biasanya perlu waktu 3-4 jam untuk mengerti sejarah dan filosofi cerita di Candi Borobudur. Bahkan, ada di antara pengunjung yang meminta dipandu sejak pagi hingga sore. Sementara itu, perpanjangan status tanggap darurat bencana Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membuat pengelola sejumlah hotel dan restoran jadi ragu beroperasi kembali.
Perpanjangan status itu dinilai akan membuat wisatawan ragu-ragu kembali datang. Padahal, penghasilan hotel sangat bergantung pada kedatangan wisatawan dari luar daerah. ”Kami merencanakan Juli sudah banyak hotel dan restoran buka, tapi dengan perpanjangan tanggap darurat ini, teman-teman yang tadinya akan buka, kembali kemungkinan akan menunda,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono.
Status tanggap darurat bencana Covid-19 di DIY awalnya direncanakan berakhir 30 Juni 2020. Namun, Pemda DIY memutuskan memperpanjang hingga 31 Juli 2020. Salah satu alasannya karena masih banyak warga mengabaikan protokol kesehatan di tempat umum. Saat ini, kata Deddy, ada 63 hotel dan restoran di DIY beroperasi menerapkan protokol kesehatan.
Jika jadi dibuka, Juli 2020 jumlah hotel dan restoran yang beroperasi bertambah menjadi sekitar 100. Dari sisi destinasi wisata, menurut Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo, saat ini, mereka masih memasuki tahap uji coba operasional. Standar operasi berbasis protokol kesehatan telah disiapkan.
Simulasi turut dilakukan guna menguji seberapa siap destinasi wisata beroperasi kembali di tengah pandemi. Dinas Pariwisata DIY telah memilih 10 destinasi wisata yang akan jadi percontohan penerapan kebijakan normal baru di bidang pariwisata. Kesepuluh destinasi tersebar di tiga wilayah, yakni Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman.
Paradoks Cirebon
Di Kota Cirebon, Jawa Barat, sektor pariwisata mulai bergerak seiring pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menuju tatanan hidup normal baru di era pandemi. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon Wandi Sofyan mengatakan, wisatawan mulai berkunjung ke sejumlah destinasi, seperti Keraton Kasepuhan dan Goa Sunyaragi. ”Jumlahnya belum signifikan,” katanya.
Tingkat hunian hotel juga naik dari sebelumnya 10 persen menjadi 15 persen. Ada 11 hotel yang kembali buka. Imam Reza Hakiki, Ketua PHRI Kota Cirebon, mengapresiasi langkah Pemkot Cirebon untuk menggeliatkan lagi sektor pariwisata. Apalagi, sekitar 350 karyawan hotel terpaksa dirumahkan dan di-PHK.
Seiring pelonggaran PSBB, kasus positif Covid-19 di Kota Cirebon bertambah empat orang dalam 10 hari terakhir. Tiga orang merupakan kluster Sunyaragi dan seorang lainnya ada di wilayah Pamitran. Hingga kini, tercatat 14 kasus positif Covid-19 di kota seluas 37 kilometer persegi itu, dua di antaranya meninggal.
Sementara itu, semua destinasi wisata air di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, belum diperbolehkan dibuka. Ketidakdisiplinan pengelola dan wisatawan berisiko menyebarkan Covid-19.
Pemerintah Kabupaten Purwakarta tak ingin gegabah memberi izin pembukaan wisata. Dari 62 destinasi wisata, 17 di antaranya belum diizinkan buka karena termasuk dalam wisata air. ”Kami masih menunggu kajian lebih lanjut risiko pembukaan wisata air,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Purwakarta Iyus Permana.