Sejumlah wilayah di Provinsi Maluku masih ”menutup pintu” hingga batas waktu yang belum ditentukan. Penutupan demi meminimalisasi penularan Covid-19 di daerah yang terbatas fasilitas kesehatan dan tenaga medis itu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sejumlah wilayah di Provinsi Maluku masih terus memperpanjang penutupan akses hingga batas waktu yang belum ditentukan. Penutupan dilakukan demi meminimalisasi penularan Covid-19 di daerah yang terbatas fasilitas kesehatan dan tenaga medis itu. Namun, warga diingatkan agar tetap menjalankan protokol kesehatan.
Bupati Maluku Tenggara Muhamad Thaher Hanubun, dalam suratnya kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Senin (29/6/2020), meminta agar penghentian penerbangan komersial dari Ambon ke Bandara Karel Sadsuitubun yang terletak di daerah itu kembali diperpanjang. Dikhawatirkan, pelaku perjalanan dari Ambon membawa serta virus korona ke daerah itu.
Selain penerbangan komersial, kapal penumpang juga dilarang sandar. Yang dapat beroperasi hanyalah penerbangan khusus dan kapal logistik. Penutupan serupa juga dilakukan di Kota Tual, Kabupaten Kepulauan Aru, Kepulauan Tanimbar, dan Maluku Barat daya. Penutupan sejak dua bulan lalu itu masih terus diperpanjang hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Kota Ambon menjadi titik penyebaran Covid-19 paling tinggi di Maluku. Hingga Senin petang, kasus Covid-19 di Ambon sebanyak 502 dengan 161 orang sembuh dan 11 orang meninggal. Secara keseluruhan, di Maluku tercatat 711 kasus dengan 230 orang sembuh dan 15 orang meninggal. Kasus pertama kali di Maluku ditemukan di Kota Ambon yang diumumkan pada 22 Maret 2020. Tak lama kemudian, kabupaten/kota dimaksud langsung ”tutup pintu”.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Melky Lohi mengatakan, penutupan akses menjadi satu-satunya cara untuk meminimalisasi penularan Covid-19 di daerah itu.
Meski demikian, daerah kepulauan memiliki banyak pintu masuk. Orang dari luar daerah bisa datang menggunakan kapal ikan dan mendarat di luar pelabuhan resmi. Ada juga yang menyusup dalam kapal barang.
Menurut dia, penutupan akses tidak menjamin daerah itu benar-benar bebas dari Covid-19. Seperti contoh, pekan lalu ditemukan dua kasus di Kota Tual. Padahal, daerah itu sudah ditutup sejak April lalu. ”Sampai sekarang belum diketahui rantai awal masuknya Covid-19 ke Tual. Masih diselidiki,” kata Melky.
Kasus itu bermula saat dua warga Kota Tual yang hendak ke Ambon menggunakan pesawat milik TNI AU mengikuti tes cepat. Hasilnya menunjukkan reaktif. Setelah dilakukan tes usap, hasilnya pun positif. Hingga Senin malam masih dilakukan penelusuran kontak kedua orang itu. Belum ada penambahan kasus baru di Tual.
”Banyak orang tidak percaya, tapi banyak orang juga panik dan ketakukan. Jangan sampai virus ini sudah tersebar, tetapi belum terdeteksi selama ini. Jangan sampai kasus akan meledak nanti,” kata Faizal Tamher (31), warga Tual, yang dihubungi dari Ambon. Potensi penyebaran virus sangat tinggi karena terdapat banyak permukiman padat penduduk di kota itu.
Terdeteksinya virus di Kota Tual juga menimbulkan kecemasan bagi warga Kabupaten Maluku Tenggara. Dua wilayah berimpitan itu terhubung oleh sebuah jembatan pendek. Warga Kota Tual sering bepergian ke Maluku Tenggara, dan sebaliknya. Salah satu warga Kota Tual yang positif Covid-19 itu sehari-hari bertugas di Maluku Tenggara.
Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang meminta masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan kendati tinggal di daerah yang terisolasi. ”Kejadian di Tual menjadi pelajaran bagi kita. Tidak ada jaminan bahwa di zona hijau tidak ada virus korona,” katanya.