Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo mengusulkan tambahan rumah sakit rujukan yang dikhususkan menangani ibu hamil. Kebijakan itu diambil karena kasus kehamilan selama masa pandemi berpotensi meningkat.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo mengusulkan tambahan rumah sakit rujukan yang dikhususkan menangani para ibu hamil. Kebijakan itu diambil karena kasus kehamilan selama masa pandemi berpotensi meningkat dan mereka memerlukan penanganan optimal saat proses maternal.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, pihaknya mengusulkan penambahan dua rumah sakit rujukan Covid-19 kepada Gugus Tugas Provinsi Jatim. Saat ini ada tujuh rumah sakit rujukan yang sudah beroperasi, yakni RSUD Sidoarjo, RS Mitra Keluarga Waru, RS Anwar Medika, RS Citra Medika, RS Bhayangkara Porong, RS Siti Hajar, dan RS Siti Khodijah.
”Dua rumah sakit rujukan tambahan ini merupakan rumah sakit ibu dan anak. Rencananya khusus untuk menangani para ibu hamil yang terindikasi Covid-19,” ujar Syaf, Rabu (1/7/2020).
Dua rumah sakit rujukan tambahan ini memiliki kapasitas sekitar 60 orang. Mereka akan merawat pasien ibu hamil dengan indikasi Covid-19 baik yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), reaktif berdasarkan uji cepat, ataupun terkonfirmasi positif berdasarkan uji usap.
Ini juga untuk mengantisipasi penularan pada tenaga medis dan tenaga kesehatan. (Syaf Satriawarman)
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sidoarjo, saat ini ada delapan ibu hamil yang terkonfirmasi positif Covid-19. Selain itu, ada tujuh ibu melahirkan dan dua bayi baru lahir yang terkonfirmasi positif. Jumlah ibu hamil yang berstatus ODP sebanyak 13 orang dan yang berstatus PDP 14 orang.
Adapun jumlah ibu bersalin yang berstatus orang tanpa gejala (OTG) sebanyak dua orang, berstatus ODP tiga orang, dan berstatus PDP 13 orang. Ibu menyusui ada lima OTG, dua ODP, dan satu PDP.
Selain ibu hamil, jumlah bayi dan balita yang terindikasi Covid-19 juga perlu perhatian. Saat ini, ada dua bayi berstatus ODP dan dua bayi berstatus PDP. Selain itu, ada tiga balita berstatus OTG, 43 balita berstatus ODP, dan 13 balita berstatus PDP.
Syaf mengatakan, jumlah kehamilan di masa pandemi berpotensi meningkat karena banyak pasangan yang melakukan aktivitas di rumah. Di sisi lain, penanganan kehamilan di masa pandemi bukan perkara mudah sebab ibu hamil lebih berisiko terinveksi virus korona galur baru penyebab Covid-19.
Oleh karena itulah, penanganan terhadap ibu hamil harus dilakukan dengan prosedur kesehatan yang ketat. Pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan pun berisiko tinggi. Banyak fasilitas pelayanan yang mensyaratkan uji cepat bagi ibu hamil yang ingin periksa kandungan rutin.
”Ini juga untuk mengantisipasi penularan pada tenaga medis dan tenaga kesehatan,” kata Syaf Satriawarman.
Ibu hamil yang hendak melahirkan harus menjalani serangkaian pemeriksaan untuk mengonfirmasi Covid-19. Pemeriksaan itu dimulai dari uji cepat, dan apabila hasilnya reaktif, dilanjutkan dengan uji usap. Saat ibu hamil tersebut terkonfirmasi positif Covid-19, tidak semua rumah sakit bisa menangani.
Mereka harus dirujuk ke rumah sakit rujukan Covid-19 dengan mempertimbangkan berbagai hal. Tidak hanya keselamatan ibu hamil dan bayinya, tetapi juga mempertimbangkan keamanan tenaga medis dan tenaga kesehatan yang menangani. Perawatan pasca-kelahiran juga harus dipikirkan.
Saat ini, kondisi tujuh rumah sakit rujukan di Sidoarjo sudah penuh, bahkan puluhan pasien masih mengantre. Mereka terpaksa dirawat darurat di instalasi gawat darurat (IGD) hingga ada ruang perawatan intensif yang bisa ditempati. Rumah sakit rujukan tidak bisa lagi terima pasien baru.
Direktur RSUD Sidoarjo Atok Irawan mengatakan, pihaknya saat ini merawat lima ibu hamil terkonfirmasi positif Covid-19. Pihaknya harus memikirkan penanganan proses kelahiran dan perawatan pasca-kelahiran sebab para ibu hamil dan bayinya ini memerlukan ruang isolasi khusus.
”Lima ibu hamil terkonfirmasi positif Covid-19 ini belum ada ruang isolasi setelah melahirkan. Seluruh ruang isolasi Covid-19 di rumah sakit penuh, bahkan kelebihan pasien hingga 40 orang di IGD,” ujar Atok Irawan.
Syaf Satriawarman menambahkan, keberadaan RS rujukan Covid-19 khusus ibu hamil dan bayi ini mendesak. Selain untuk memberikan penanganan yang optimal terhadap ibu hamil, mencegah penularan pada tenaga kesehatan, juga untuk mengantisipasi maraknya kasus ”rujukan lepas” yang belakangan ini banyak terjadi.
Yang dimaksud dengan rujukan lepas adalah fenomena ibu hamil yang terkonfirmasi positif Covid-19, tetapi tidak bisa dirujuk ke RS rujukan karena kapasitas penuh. Fasilitas kesehatan pertama yang melayani ibu hamil tersebut tidak bisa merujuk dengan baik sehingga pasien terpaksa dilepaskan.
Pasien ini akan berupaya dengan segala cara untuk mendapatkan penanganan di fasilitas kesehatan lanjutan. Salah satunya datang sebagai pasien biasa dengan menyembunyikan status terindikasi Covid-19. Mereka akan datang pada kondisi darurat hendak melahirkan sehingga perlu penanganan segera tanpa melalui proses penapisan.