Harga Ayam Potong Melejit, Sejumlah Pedagang di Magelang Mogok Berjualan
Harga yang melejit mengganggu aktivitas perdagangan ayam di sejumlah pasar di Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sebagian pedagang mengurangi pasokan dan bahkan ada yang berhenti berdagang.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Dalam situasi sulit akibat pandemi, daya beli masyarakat di Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kian terpukul oleh harga ayam di pasaran yang melejit. Sejumlah pedagang memilih mengurangi stok penjualan dan sebagian lainnya bahkan berhenti berjualan.
Dari pantauan di sejumlah pasar tradisional, harga ayam potong yang semula Rp 34.000 per kilogram terus naik dan sejak tiga hari lalu mencapai Rp 40.000 per kg. Harga ini bahkan lebih tinggi dibandingkan saat H-1 Lebaran yang sekitar Rp 38.000 per kg.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Magelang Agung Purwadi mengatakan, selama dua hari terakhir, puluhan pedagang ayam potong di Pasar Grabag, Kecamatan Grabag, sudah berhenti berjualan. Selain sebagai bentuk protes, hal itu dilakukan karena tingginya harga ayam menyulitkan mereka menentukan harga jual.
”Pedagang pun kebingungan karena harga ayam yang tinggi tidak sebanding dengan daya beli masyarakat yang saat ini cenderung rendah,” ujar Agung, Kamis (2/7/2020), di Magelang.
Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang, saat ini pasokan ayam dari dua produsen besar ayam potong ke Kabupaten Magelang berkurang sekitar 10 ton per hari. Pada kondisi normal, stok ayam yang tersedia dan siap dipasok berkisar 130-140 ton per hari, tetapi kini 120-130 ton per hari.
Menurut Agung, pengurangan pasokan terjadi karena saat Lebaran di masa pandemi permintaan turun. Ayam pun dijual murah dalam jumlah besar. Berkurangnya permintaan pada akhirnya membuat produsen mengurangi jumlah DOC sehingga berimbas pada penyediaan ayam siap potong saat ini. Kondisi ini juga diperparah kenaikan harga pakan.
Menyikapi hal ini, menurut Agung, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dinas peternakan dan perikanan. Selain itu, dia juga berupaya melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada pedagang agar tidak melakukan aksi mogok.
”Sebisa mungkin aktivitas perdagangan jangan sampai berhenti sehingga konsumsi masyarakat tidak terganggu,” ujarnya.
Data Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Magelang mencatat, tingkat konsumsi daging ayam warga setempat sekitar 100 gram per orang per hari. Adapun jumlah penduduk Kabupaten Magelang saat ini mencapai 1,2 juta jiwa.
Sementara itu, sejumlah pedagang daging ayam di pasar tetap berupaya berjualan meski mengurangi stok. Sunarti (60), salah seorang pedagang ayam di Kota Magelang, mengatakan, biasanya dia menyediakan stok 80 kilogram ayam per hari. Namun, sejak pekan lalu, dia hanya menyediakan 50 kg ayam per hari.
”Stok ayam yang saya sediakan itu pun biasanya akan masih sisa 7-8 kg per hari,” ujarnya. Sisa stok itu pun kemudian disimpan di lemari pendingin untuk dijual kembali dengan harga lebih murah keesokan harinya.
Pengurangan stok terpaksa dilakukan karena permintaan masyarakat cenderung turun. Selain daya beli masyarakat yang turun karena situasi pandemi, kondisi ini juga diperparah oleh harga yang semakin tinggi.
Senada dengan Sunarti, Yati (55), salah seorang pedagang ayam di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, mengatakan, jika biasanya dia menyediakan stok hingga 1 kuintal ayam per hari, sejak sebulan lalu hanya 30-50 kg ayam per hari. ”Stok itu pun tidak selalu habis terjual. Seringnya sisa 1-2 kg ayam per hari,” ujarnya.
Saat ditemui, Kamis (2/7/2020), Yati mengaku, lebih dari 10 pedagang ayam lain di Pasar Rejowinangun sudah berhenti berjualan sejak dua hari lalu. Dia sempat diajak mogok, tetapi tidak ikut. Yati memilih mengurangi stok. ”Pengurangan stok adalah satu-satunya solusi yang bisa ditempuh agar kami bisa bertahan berjualan,” ujarnya.