”Staycation”, Cara Warga Yogyakarta Usir Penat di Dekat Rumah
Kejenuhan selama pandemi Covid-19 memunculkan tren "staycation" bagi warga dengan menginap di hotel sekitar. Potongan harga serta penerapan protokol kesehatan menjadi faktor yang menarik minat warga menginap.
Kejenuhan timbul di tengah masyarakat selama pandemi Covid-19. Lebih kurang tiga bulan, masyarakat diminta diam di rumah demi mencegah meluasnya penularan penyakit. Belakangan, untuk mengusir jenuh, sebagian warga memilih melakukan staycation di hotel.
Staycation terdiri dari dua kata dalam bahasa Inggris, yakni stay dan vacation. Istilah itu merujuk pada aktivitas liburan yang dapat dilakukan wisatawan tanpa harus melancong jauh ke luar daerah. Sebaliknya, liburan bisa dilakukan hanya dengan berada di daerah domisili wisatawan.
Belakangan, muncul tren staycation di kalangan warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka berlagak menjadi wisatawan dengan menikmati pengalaman menginap di hotel. Walaupun tak bepergian ke obyek-obyek wisata, hanya sekadar tidur dan merasakan suasana baru di hotel sudah menjadi pengusir kejenuhan yang mujarab.
Hal itulah yang dirasakan Anastasia Camelia Wardhani (26), warga Kabupaten Sleman, DIY. Merasa bosan ”terkurung” di rumah, Camelia pun melakukan staycation di salah satu hotel di Kota Yogyakarta untuk mengusir kejenuhan.
”Bosan sekali di rumah. Soalnya, di rumah juga begitu-begitu saja. Lagipula, saya mikir-nya, pekerjaan juga sudah menjadi online. Bisa saja tidur dengan suasana baru, tetapi pekerjaan tetap berjalan. Tidak ada salahnya,” kata Camelia saat dihubungi, Rabu (1/7/2020).
Waktu itu kan harganya jadi sangat murah, sementara kamarnya luas dan fasilitasnya bagus. (Camelia-warga DIY)
Beberapa waktu lalu, Camelia menginap di sebuah hotel bintang tiga yang berada dekat dengan kawasan wisata Prawirotaman, Kota Yogyakarta. Di hotel itu, harga sewa kamar per malamnya turun hingga lebih dari separuh. Dari harga sekitar Rp 300.000 per malam menjadi sekitar Rp 100.000 per malam. Camelia pun memutuskan menginap selama dua malam.
”Harga murah itu jadi pertimbangan banget. Waktu itu kan harganya jadi sangat murah, sementara kamarnya luas dan fasilitasnya bagus. Kapan lagi bisa seperti itu,” kata Camelia.
Baca juga: Okupansi Hotel di Yogyakarta Mulai Naik, Pengunjung Lokal Mendominasi
Camelia mengaku merasa aman saat menginap di hotel tersebut. Sebab, manajemen hotel sudah menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Para tamu dan karyawan harus diukur suhu tubuhnya dan wajib menjaga jarak aman selama di hotel. Selain itu, kondisi hotel juga relatif sepi sehingga membuatnya merasa lebih nyaman.
Warga Kabupaten Bantul, DIY, Viecintia Rina Pratomo (25), juga sempat melakukan staycation pada masa pandemi ini. Ia menginap di sebuah hotel bintang empat di Kota Yogyakarta bersama empat temannya karena tergiur tarif promo.
Walaupun hanya satu malam menginap di hotel, pikirannya sudah terasa segar kembali.
”Saya bisa dapat harga Rp 162.000 dari harga biasanya sekitar Rp 400.000. Kami langsung order waktu itu,” kata perempuan yang akrab disapa Cintia itu.
Ia menuturkan, walaupun hanya satu malam menginap di hotel, pikirannya sudah terasa segar kembali. Kejenuhan yang melanda akibat lama tinggal di rumah pun sudah hilang. Padahal, selama di hotel, Cintia hanya menghabiskan waktu mengobrol dengan teman-temannya.
Baca juga: ”Staycation” Mulai Dikembangkan di Banyuwangi
Okupansi
Public Relations Manager Hotel Tentrem, Yogyakarta, Adventa Pramushanti, menuturkan, sebagian besar tamu di hotel itu merupakan warga yang tengah melakukan staycation akibat bosan di rumah saja. Hal itu tampak karena sebagian besar tamu yang menginap ternyata berasal dari DIY dan sekitarnya.
Tren staycation itu pun turut mendongkrak okupansi atau tingkat keterisian kamar hotel di wilayah DIY. Adventa mengatakan, pada masa awal pandemi Covid-19, jumlah kamar yang terisi di hotel tersebut hanya 3-5 kamar per malam. Padahal, di Hotel Tentrem terdapat 274 kamar.
Namun, beberapa waktu belakangan, okupansi hotel tersebut telah meningkat menjadi sekitar 20 persen. Menurut Adventa, kenaikan okupansi itu juga didukung pemberian diskon yang ditawarkan pengelola.
Sebelum pandemi, harga sewa kamar di Hotel Tentrem mencapai Rp 1,6 juta per malam. Namun, setelah adanya program diskon, tarif kamar di hotel tersebut pun turun menjadi sekitar Rp 1 juta per malam.
Selain pemberian diskon, penerapan protokol kesehatan juga menjadi salah satu faktor untuk meyakinkan tamu agar mau menginap. Oleh karena itu, hotel-hotel di DIY pun menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penularan penyakit Covid-19.
Penerapan protokol kesehatan juga menjadi salah satu faktor untuk meyakinkan tamu agar mau menginap.
Adventa menambahkan, penerapan protokol kesehatan ketat telah diterapkan di Hotel Tentrem. Salah satunya dengan mewajibkan petugas mengenakan masker dan pelindung wajah. Selain itu, frekuensi pembersihan berbagai tempat di hotel juga ditingkatkan.
Layanan makanan secara prasmanan atau buffet pun baru diadakan jika tamu yang menginap memenuhi jumlah tertentu. Apabila kamar yang terisi kurang dari 20 unit, pihak hotel menyediakan paket makanan yang bisa diantarkan langsung ke kamar.
Baca juga: Hotel-hotel yang Pantang Menyerah di Tengah Badai Covid-19
Marketing and Communications Manager Hotel Grand Aston Yogyakarta, Sankar Adityas Cahyo, menuturkan, saat ini, sebagian besar tamu yang menginap di hotel tersebut juga berasal dari DIY dan sekitarnya. Kebanyakan tamu itu menginap bersama para anggota keluarganya untuk mengusir kebosanan setelah ”terkurung” di rumah selama beberapa bulan.
Sankar mengatakan, setelah adanya pandemi Covid-19, para tamu sangat mempertimbangkan kualitas hotel yang mereka inapi. Selain fasilitas dan kualitas pelayanan, hal lain yang dipertimbangkan adalah penerapan protokol kesehatan. Hal ini karena para tamu tentu ingin merasa aman dan tak tertular penyakit Covid-19 ketika menginap di hotel.
Oleh karena itu, penerapan protokol kesehatan menjadi sesuatu yang tak bisa ditawar-tawar. ”Sebelum melakukan pemesanan kamar, para tamu pasti akan melihat hotel itu sudah menjalankan protokol kesehatan atau belum,” ungkap Sankar.
Baca juga: Hotel di NTB Kembali Buka dengan Menerapkan Protokol Kesehatan
Puteri Indonesia
Selain pemberian diskon dan penerapan protokol kesehatan, ada juga hotel yang menarik tamu dengan cara promosi unik. Cara itu, antara lain, dilakukan oleh Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta dengan menggandeng tiga finalis ajang Puteri Indonesia 2020, yakni Ayu Maulida, Putu Ayu Saraswati, dan Jihane Almira.
Tiga orang finalis Puteri Indonesia itu pun menjadi tamu pertama di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta setelah hotel tersebut beroperasi kembali mulai Rabu (1/7/2020). ”Puteri Indonesia adalah simbol untuk kebangkitan pariwisata. Saya ingin kehadiran ketiganya menjadi awal yang baik bagi semua orang untuk bisa memulai datang ke Yogyakarta,” kata General Manager Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Harry Suryadharma.
Harry menyatakan, protokol kesehatan akan berlaku ketat di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta. Salah satu bentuk penerapan protokol kesehatan itu adalah dengan penyemprotan disinfektan di berbagai lokasi hotel setiap dua jam sekali. Penyanitasi tangan pun akan dipasang di tempat-tempat strategis dari kompleks hotel tersebut.
Tiga orang finalis Puteri Indonesia menjadi tamu pertama di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta setelah hotel tersebut beroperasi kembali mulai Rabu (1/7/2020).
Sementara itu, Jihane Almira melihat, protokol kesehatan yang disusun pemerintah telah diberlakukan secara ketat di berbagai lokasi hotel. Menurut dia, aktivitas pariwisata pun bisa berjalan asalkan diikuti penerapan protokol kesehatan tersebut.
”Yang bisa kita terapkan atau tekankan adalah mengikuti protokol-protokol yang sudah diumumkan. Kalau mengikuti protokol yang diperintahkan, semuanya akan aman dan baik-baik saja,” kata Jihane yang merupakan Puteri Pariwisata 2020.
Bagi warga, staycation membantu mereka menjaga kesehatan jiwa setelah sekian lama merasa bosan di rumah. Adapun bagi pengelola hotel, geliat kunjungan warga lokal ini sedikit memberi angin segar bagi ekonomi perusahaan. Roda ekonomi hotel yang perlahan berputar diharapkan membantu para pekerjanya dari dampak ekonomi berkepanjangan.