Pasien positif Covid-19 di Kota Jayapura, Papua, naik akibat transmisi lokal. Langkah pencegahan penularan sangat penting di tengah keterbatasan tenaga kesehatan.
Oleh
FABIO COSTA/FRANS PATI HERIN/RENY SRI AYU
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS —Kedisiplinan masyarakat di Kota Jayapura, Papua, menjalani protokol kesehatan sangat penting dalam mencegah penularan Covid-19. Pemerintah daerah perlu lebih proaktif mencegah penularan karena transmisi lokal sangat cepat dan masif di tengah keterbatasan jumlah tenaga kesehatan.
Epidemiolog dari Universitas Cenderawasih, Dolfinus Bouway, Kamis (2/7/2020), di Jayapura, mengatakan, penyebaran Covid-19 di Kota Jayapura karena transmisi lokal sangat cepat dan masif. Hal ini dipicu masih rendahnya kesadaran warga untuk melaksanakan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.
Ia menilai, persentase pasien yang sembuh masih di bawah 5 persen. Idealnya, angka kesembuhan di atas 15 persen. ”Saya merekomendasikan pemerintah daerah jangan menetapkan normal baru dulu di Kota Jayapura. Sebab, persebaran virus di tengah warga masih tinggi,” ujarnya.
Saya merekomendasikan pemerintah daerah jangan menetapkan normal baru dulu di Kota Jayapura.
Saran serupa datang dari Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Papua Donald Aronggear. Donald mengatakan, Kota Jayapura terancam kejadian luar biasa penyebaran Covid-19 yang semakin tidak terkendali. Hal ini disebabkan jumlah pasien yang terus bertambah, tetapi jumlah tenaga kesehatan yang bertugas semakin sedikit.
”Kami berharap peranan warga untuk melindungi tenaga kesehatan di Papua. Apabila mereka terus terpapar Covid-19, pelayanan kesehatan kepada warga yang terjangkit Covid-19 ataupun penyakit lain bisa terganggu,” ucap Donald.
Pasien positif Covid-19 di Kota Jayapura terus meningkat drastis dalam beberapa hari terakhir. Jumlah kumulatif positif Covid-19 mencapai 1.051 orang.
Juru bicara Satgas Pengendalian Pencegahan dan Penanganan Virus Korona Papua, Silwanus Sumule, memaparkan, ada 56 pasien baru yang positif Covid-19 di Kota Jayapura pada Kamis. Total jumlah pasien yang masih dirawat 732 orang, 308 pasien telah sembuh, dan 11 pasien meninggal. ”Masih terjadi peningkatan kasus pasien positif yang sangat signifikan di Kota Jayapura. Kami mengimbau warga jangan melupakan protokol kesehatan,” kata Silwanus.
Sementara itu, di Ambon, Maluku, DS (56), tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy, meninggal pada Kamis. Hasil tes usap tenggorokan (swab) DS positif Covid-19 sehingga dia menjadi kasus kematian pertama tenaga kesehatan di Maluku.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku, Melky Lohi, menuturkan, DS meninggal di rumahnya saat isolasi mandiri. Setelah itu, ujar Melky, keluarga memutuskan dilakukan tes cepat molekuler terhadap DS dan hasilnya positif. Jenazah DS lalu diambil petugas Covid-19 untuk dimakamkan sesuai dengan protokol kesehatan. ”Pihak keluarga mengambil inisiatif untuk mencegah penularan,” katanya.
Di Maluku, sedikitnya 40 tenaga kesehatan terpapar Covid-19, sebagian besar sudah sembuh. Ketua Dewan Perwakilan Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi Maluku Hery Jotlely mengimbau anggotanya senantiasa menjaga kesehatan diri. Mereka yang bertugas dalam penanggulangan Covid-19 diminta jangan memaksakan diri terus bekerja jika kondisi tubuh tidak prima.
”Keselamatan diri itu yang utama agar bisa merawat pasien. Memang banyak tenaga kesehatan mengaku kelelahan saat bertugas. Belum lagi isu-isu miring yang menerpa ikut membuat mereka terganggu,” katanya.
Di Sulawesi Selatan, sejumlah kabupaten terus dipantau untuk memastikan kesiapan memasuki kehidupan normal baru. Daerah-daerah ini minim kasus sejak beberapa hari terakhir dan angka Rt berkisar nol.
Epidemiolog Universitas Hasanuddin, Ridwan Amiruddin, mengatakan, pemantauan akan dilakukan selama 14 hari terhitung awal pekan ini. ”Intinya, 14 hari dipantau. Jika dalam pemantauan tidak ada lagi kasus baru dan kurva terus melandai, sudah bisa memulai masuk ke fase normal baru,” kata Ridwan di Makassar.
Juru bicara Tim Gugus Tugas Covid-19 Sulsel, Syafri Kamsul Arif, mengatakan, salah satu perkembangan menggembirakan dari pandemi di Sulsel adalah kesadaran orang untuk isolasi mandiri mulai tinggi. Di Sulsel, perawatan pasien Covid-19 tak hanya di rumah sakit rujukan, tetapi juga di hotel dan rumah pasien.