Harga tandan buah segar sawit di tingkat petani di Provinsi Aceh anjlok selama pandemi Covid-19 dari Rp 1.250 per kg pada Februari menjadi Rp 830 per kg pada Juli, menguat tipis dibandingkan Juni yang Rp 500 per kg.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Harga jual tandan buah segar kelapa sawit di tingkat petani di Provinsi Aceh anjlok selama pandemi Covid-19 dari Rp 1.250 per kilogram pada Februari menjadi Rp 830 per kilogram pada Juli, menguat tipis dibandingkan dengan harga bulan Juni yang mencapai Rp 500 per kilogram. Petani sawit menanti kehadiran pemerintah melalui kebijakan yang berpihak kepada petani.
Musrizal, Ketua Kelompok Tani Pekebun, Jasa Kenangan, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh, dihubungi Minggu (5/7/2020), menuturkan, selama pandemi virus korona baru harga sawit tidak stabil. Kondisi tersebut membuat petani gelisah dan khawatir harga jatuh lebih dalam. ”Bahkan, bulan lalu sempat jatuh ke harga Rp 500 per kilogram,” kata Musrizal.
Dengan harga murah, pendapatan hanya bisa menutupi upah pekerja panen, angkut, dan perawatan. Musrizal menuturkan, petani tetap bertahan meski pendapatan jauh berkurang. Namun, petani di Aceh Barat Daya berharap pemerintah mengontrol harga sawit di tingkat petani agar tidak dimainkan oleh pabrik.
Musrizal memiliki 11 hektar lahan sawit. Buahnya cukup bagus. Namun, karena harga jual anjlok, dia menjadi kurang bersemangat merawat kebun. ”Kepedulian pemerintah kepada petani sangat kurang. Kami berharap ada kebijakan khusus agar nasib petani sawit tidak sekarat,” kata Musrizal.
Harga tandan buah sawit (TBS) di Kabupaten Aceh Utara juga anjlok dari Rp 950 per kg pada Februari menjadi 750 per kg, Juli ini. Andira, salah seorang petani di Aceh Utara, mengatakan, dengan harga seperti itu, petani terancam rugi sebab penjualan hanya cukup untuk biaya produksi.
”Sementara biaya yang harus kami keluarkan seperti biaya pupuk, panen, angkut ke penampungan tetap sama seperti biasa. Kondisi seperti ini membuat petani terpukul,” kata Andira.
Harga jual di tingkat petani jauh di bawah harga yang ditetapkan pemerintah. Pemerintah, misalnya, menetapkan harga TBS usia tanaman empat tahun minimal Rp 1.026 dan usia tanaman di atas 10 tahun harganya Rp 1.266 per kg.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Aceh Sabri Basyah mengatakan, anjloknya harga sawit sangat merugikan petani. Idealnya harga jual di tingkat petani di atas Rp 1.100 per kg. ”Saya menduga ada masalah di rantai niaga kelapa sawit di daerah-daerah. Pemerintah harus mengontrol agar harga tidak semakin jatuh,” kata Sabri.
Sabri menambahkan, solusi jangka pendek dalam masa pandemi adalah operasionalisasi pabrik kelapa sawit harus digenjot agar serapan kelapa sawit rakyat meningkat. Sementara jalan keluar jangka panjang perlu ada kemitraan antara petani sawit dan pengusaha perkebunan yang memiliki pabrik minyak kelapa sawit.
Solusi jangka pendek dalam masa pandemi adalah operasionalisasi pabrik kelapa sawit harus digenjot agar serapan kelapa sawit rakyat meningkat. (Sabri Basyah)
Melalui hubungan kemitraan, petani didampingi mulai dari pemilihan bibit, perawatan, hingga pola panen. Pabrik dan petani kemitraan membuat kesepakatan terkait harga jual TBS. ”Dengan pola kemitraan, panen meningkat dan harga jual stabil,” kata Sabri.
Menurut Sabri, perkelapasawitan di Aceh kian tertinggal jauh dibandingkan dengan daerah lain seperti Riau, Sumatera Utara, dan Jambi. Selain karena luas tanam yang tidak bertambah, banyak tanaman milik rakyat yang tidak dirawat dengan baik.
Dari 400.000 hektar luas tanam kelapa sawit di Aceh, separuhnya kebun rakyat dan separuhnya lagi milik perusahaan. Pada umumnya kebun rakyat tidak terkelola dengan baik sehingga produktivitas turun.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Aceh Azanuddin mengatakan, harga TBS turun karena pengaruh harga minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO) dunia. Pandemi Covid-19 diduga berdampak pada perdagangan minyak sawit dunia. Pada Januari 2020 harga CPO Rp 8.999,75 per kg. Namun, pada Juni jatuh menjadi Rp 6.631,55 per kg. ”Kita berharap wabah korona cepat berlalu sehingga kondisi ekonomi dunia pulih kembali,” katanya.