Seorang dokter di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, positif Covid-19. Ia melakukan perjalanan ke Denpasar, Bali, selama delapan hari. Puskesmas Pasir Panjang pun ditutup.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Seorang dokter di Puskesmas Pasir Panjang, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, positif Covid-19 setelah melakukan perjalanan ke Denpasar, Bali. Untuk sementara, Puskesmas Pasir Panjang ditutup. Semua tenaga kesehatan di puskesmas itu menjalani tes usap.
Juru Bicara Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Kota Kupang Ernes Ludji, di Kupang, Senin (6/7/2020), mengatakan, dokter yang bertugas di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang itu melakukan perjalanan ke Denpasar karena orangtuanya meninggal. Ia meninggalkan Kupang sejak Minggu (26/6/2020) hingga Jumat (3/7/2020).
Kasus positif itu diketahui setelah sang dokter menjalani tes reaksi berantai polimerase (PCR) sebagai syarat perjalanan. ”Saat hendak membeli tiket Denpasar-Kupang, ia menjalani tes PCR di salah satu rumah sakit di Denpasar. Tetapi, karena keesokan harinya ia harus pulang ke Kupang, hasil swab belum diketahui saat berada di Denpasar. Ia hanya mengantongi rapid test dengan hasil non-reaktif,” kata Ludji.
Ketika tiba di Bandara El Tari Kupang, ia mengaktifikan telepon genggamnya. Di situ ada pesan masuk dari rumah sakit di Denpasar memberitahukan bahwa dirinya positif Covid-19.
Sejak itu ia langsung menghubungi petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan untuk berkoordinasi dengan Rumah Sakit Umum Kota Kupang SK Lerik. Saat ini, dokter bersangkutan sedang menjalani perawatan di RSUD SK Lerik. Sesuai rencana, dia akan dipindahkan ke RSUD WZ Yohannes Kupang.
Oleh karena itu, sejak Senin (6/7/2020), Puskesmas Pasir Panjang menutup pelayanan pasien. Pasien diarahkan berobat di puskesmas terdekat sampai ada informasi lanjutan dari Dinas Kesehatan Kota Kupang soal pengoperasian Puskesmas Pasir Panjang. Jumlah puskesmas di Kota Kupang ada 11 unit.
Ernes mengatakan, semua tenaga kesehatan, seperti perawat, bidan, dan dokter lain di Puskesmas Pasir Panjang, pun menjalani tes usap di RSUD WZ Yohannes Kupang. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah dokter tersebut terpapar saat melayani pasien di Puskesmas Pasir Panjang atau saat keluar dari Kota Kupang.
Semua tenaga kesehatan, seperti perawat, bidan, dan dokter lain di puskesmas itu, pun menjalani tes usap.
Jika hasil uji usap menunjukkan tenaga kesehatan di Puskesmas Pasir Panjang negatif, kemungkinan dokter bersangkutan terpapar Covid-19 saat berada di luar Kota Kupang, apakah di dalam pesawat, saat transit di Bandara Surabaya, atau ketika berada di Denpasar. Para tenaga kesehatan di Puskesmas Pasir Panjang juga diizinkan masuk bekerja kembali.
Namun, jika ia terpapar saat berada di luar Kota Kupang, tentu Gugus Tugas Kota Kupang akan berkoordinasi dengan Gugus Tugas Covid-19 Denpasar, Bali, untuk melakukan penelusuran terhadap keluarga dokter di sana.
Ernes mengatakan, dokter tersebut masuk dalam kategori orang tanpa gejala (OTG). Sebelum berangkat ke Denpasar, ia memiliki surat keterangan bebas Covid-19 sebagai syarat keberangkatan lintas provinsi sehingga peluang tertular Covid-19 di Kupang sangat kecil.
Ernes pun mengingatkan masyarakat Kota Kupang agar jangan bereuforia menghadapi normal baru. Kasus Covid-19 ini tidak akan pernah hilang termasuk di NTT. Masyarakat harus tetap memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan selalu mencuci tangan.
Pengamatan Kompas di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang, pintu pagar puskesmas tertutup rapat. Situasi di puskesmas tampak sepi. Tidak ada satu tenaga kesehatan atau pasien berada di dalam puskesmas itu.
Dengan kasus dokter itu, saat ini ada dua tenaga kesehatan di NTT yang terpapar Covid-19. Sebelumnya, satu perawat di RSUD Umbu Meha Rara, Waingapu, positif Covid-19. Ia tertular dari pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit itu.
Restu Intan (32), perawat pada salah satu puskesmas di Kota Kupang, mengatakan, alat pelindung diri (APD) bagi tenaga perawat dan dokter cukup tersedia. Namun, yang dikhawatirkan adalah kejujuran dan keterbukaan pasien yang datang berobat ke puskesmas.
”Ada pasien yang datang memperlihatkan gejala demam tinggi, batuk, pilek, dan suhu tubuh 37,03 derajad celsius, tetapi mereka menolak menjalani rapid test atau disambil spesimen untuk tes PCR. Mereka berkilah hanya pilek biasa karena itu meminta obat batuk pilek. Setelah mengonsumsi obat itu, mereka enggan datang lagi ke puskesmas yang sama. Mereka malah pindah berobat ke puskesmas lain meski membayar sendiri,” kata Intan.
Restu mengatakan, perlu sosialisasi kepada masyarakat agar selalu berpartisipasi aktif dalam mengikuti protap kesehatan dan menjalani tes Covid-19. ”Mencegah secara dini itu lebih baik,” kata Restu.
Hingga saat ini, kasus Covid-19 di NTT sebanyak 119 kasus. Sebanyak 81 pasien sembuh, 38 masih dirawat, dan 1 pasien meninggal. Adapun kasus di Kota Kupang sebanyak 36 kasus dan merupakan jumlah kasus tertinggi di NTT. Kasus tertinggi berikutnya adalah Kabupaten Sikka sebanyak 27 kasus, Manggarai Barat 15 kasus, dan yang terkecil Manggarai, satu kasus. Sebanyak 11 kabupaten lainnya masuk zona hijau.