Jabar Bakal Serap 10 Juta Masker untuk Rangsang Geliat UMKM
Sebanyak 10 juta masker buatan usaha mikro, kecil, dan menengah bakal diserap Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk merangsang geliat usaha yang terpuruk akibat Covid-19.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebanyak 10 juta masker buatan usaha mikro, kecil, dan menengah bakal diserap Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk merangsang geliat usaha yang terpuruk akibat Covid-19. Digitalisasi perdagangan usaha kecil juga terus didorong sehingga bisa beradaptasi selama pandemi.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar Kusmana Hartadji di Bandung, Senin (6/7/2020), menuturkan, lebih dari 37.000 UMKM di Jabar terdampak pandemi Covid-19. Bahkan, 35-40 persen dari usaha rakyat ini tidak beroperasi lebih dari tiga bulan.
Hal tersebut berpengaruh terhadap konsumsi warga sehingga berdampak pada perekonomian Jabar. Bahkan, berdasarkan data Laporan Perekonomian Jabar Mei 2020 dari Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I-2020 sebesar 2,73 persen tahun ke tahun (year on year/YOY).
Pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan dengan triwulan IV-2019 sebesar 4,11 persen YOY. Dari laporan BI yang diterbitkan 11 Juni 2020 ini juga disebutkan perlambatan konsumsi rumah tangga terjadi seiring dengan penurunan pendapatan masyarakat. Kondisi tersebut adalah konsekuensi pandemi Covid-19, di samping tingginya kasus pemutusan hubungan kerja.
”Kendala yang dihadapi kini adalah daya beli yang menurun di pasar sehingga produk UMKM tidak dapat tersalurkan. Pemasaran yang sangat terbatas berdampak pada arus kas sehingga pemerintah mengeluarkan stimulus,” tutur Kusmana.
Dia melanjutkan, salah satu caranya dengan menyerap 10 juta masker. Sumber dananya dari alokasi belanja tidak langsung APBD.
”Kami diberi tugas oleh Tim Gugus Tugas Covid-19 Jabar untuk menyerap masker dari UMKM dan menyalurkannya kepada masyarakat. Di tahap awal sudah ada sekitar 2 juta masker yang disalurkan. Kami telah menginventarisasi 800-1.000 UMKM yang siap memproduksi alat pelindung diri, termasuk masker,” ujarnya.
Untuk persiapan tahap berikutnya, Kusmana menuturkan, pihaknya akan mengubah spesifikasi model yang popular, seperti masker berbahan scuba sehingga bisa diterima generasi muda. Namun, pembuatan dengan bahan tersebut tidak bisa dilakukan oleh usaha mikro dengan teknologi terbatas.
”Kami ingin membuat dengan spesifikasi khusus sehingga tidak semua usaha mikro yang membuat. Pelaku usaha harus memiliki mesin sendiri. Namun, usaha mikro juga diberdayakan kembali dengan membuat masker sesuai kemampuannya. Kami akan seleksi sedemikian rupa sehingga tidak menyalahi ketentuan barang dan jasa,” ujarnya.
Kami ingin membuat dengan spesifikasi khusus sehingga tidak semua usaha mikro yang membuat. Pelaku usaha harus memiliki mesin sendiri. Namun, usaha mikro juga diberdayakan kembali dengan membuat masker sesuai kemampuannya. (Kusmana Hartadji)
Digitalisasi
Di samping itu, digitalisasi dalam proses perdagangan UMKM juga didorong. Pandemi menjadi momentum untuk memasarkan produk secara terbuka di dunia digital. Kusmana berujar, pasar yang terbuka ini menjadi kesempatan bagi pelaku usaha untuk menciptakan produk berdaya saing.
”Sebanyak 17-20 persen UMKM telah memanfaatkan transaksi digital dan hal ini menjadi keuntungan dalam daya saing,” katanya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menuturkan, pergeseran perilaku konsumen sudah mulai terlihat akibat mobilitas yang terbatas karena kekhawatiran terhadap ancaman pandemi. Karena itu, digitalisasi menjadi peluang usaha bagi pelaku UMKM.
”Ekosistem digital menjadi penting untuk memperkuat pemasaran UMKM. Masyarakat boleh kaget, tetapi siap ataupun tidak siap, disrupsi akan hadir di sekitar kita. Karena itu, Jabar harus bisa menyesuaikan diri,” ujarnya.