Kematian akibat Covid-19 Melonjak, Jateng Fokus pada Kelompok Rentan
Di Jawa Tengah terdapat tambahan 42 orang meninggal dari Jumat hingga Senin (3-6/7/2020) atau dalam rentang waktu tiga hari. Diabetes melitus dan hipertensi menjadi penyakit penyerta tertinggi pada kematian.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memprioritaskan penanganan dan tes Covid-19 pada kelompok rentan, yakni orang-orang berpenyakit penyerta seperti diabetes melitus dan hipertensi. Mereka diharapkan dideteksi dan ditangani lebih dini sebelum kondisi memburuk.
Menurut data pada laman corona.jatengprov.go.id, yang dimutakhirkan Senin (6/7/2020) malam, dari 4.939 kasus positif Covid-19, terdapat 426 orang meninggal atau 8,63 persen. Dalam catatan Kompas, terdapat tambahan 42 orang meninggal sejak Jumat (3/7/2020) atau rentang waktu tiga hari.
Sejumlah riwayat penyakit terbanyak pasien Covid-19 meninggal di Jateng ialah diabetes melitus (36,2 persen), hipertensi (35 persen), ginjal kronis (8 persen), gagal jantung (7,4 persen), stroke (6,8 persen), dan jantung koroner (3,7 persen).
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Kota Semarang, Senin (6/7/2020), mengakui kenaikan tingkat kematian Covid-19 di Jateng. ”Mereka yang punya penyakit penyerta kami prioritaskan. Diabetes dan hipertensi paling tinggi, setelah itu ada jantung, ginjal, dan lainnya,” katanya.
Ia pun meminta jajarannya segera melakukan pendataan. Orang-orang dari kelompok rentan tersebut agar dipinggirkan dari komunitasnya. Dengan prioritas pengetesan Covid-19, baik tes cepat maupun swab (usap) pada kelompok itu, diharapkan tingkat kematian dapat ditekan.
Dengan prioritas pengetesan Covid-19, baik tes cepat maupun swab (usap) pada kelompok itu, diharapkan tingkat kematian dapat ditekan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menuturkan, sejumlah faktor yang memengaruhi kematian ialah kondisi pasien dan tingkat keganasan virus. ”Selain memiliki penyakit penyerta, juga daya mematikan virus yang tinggi, serta pelayanan terlambat,” kata Yulianto.
Yulianto menambahkan, pelayanan yang terlambat juga diakibatkan sebagian penderita Covid-19 yang menolak dirawat di RS dan memaksa isolasi di rumah. Saat kondisinya memburuk, baru dibawa ke RS sehingga terlambat tertangani hingga meninggal.
Selain itu, kecepatan pemeriksaan spesimen dengan PCR juga turut memengaruhi. ”Maka, saat ini kecepatan kami tingkatkan. RSUD dr Loekmono Hadi, Kudus, kini bisa memeriksa dengan PCR untuk mencakup pantura Jateng bagian timur,” kata Yulianto.
Dorong PKM
Ganjar menuturkan, dari evaluasi hingga Senin (6/7/2020), kawasan Semarang Raya, antara lain Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Semarang, menjadi perhatian serius. Ia meminta bupati/wali kota di wilayah itu segera membuat kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM).
”Selain itu, kami dorong untuk masifkan tes, baik tes cepat maupun PCR. Juga kontrol tempat-tempat kerumunan oleh seluruh personel yang mampu. Semarang Raya pasti bisa ditekan peningkatan kasusnya," kata Ganjar.
Masih ada yang belum memahami makna pelonggaran. (Akan diatur) titik-titik mana yang kami perketat kembali dan mana yang bisa kami pertahankan. (Hendrar Prihadi)
Adapun Pemkot Semarang memperpanjang PKM, menjadi tahap V, setelah PKM tahap IV berakhir pada Minggu (5/7/2020). Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menuturkan, patroli bersama TNI, Polri, dan Pemkot Semarang akan terus dilakukan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan.
”Hasil penelusuran kawan-kawan patroli, masih ada yang bandel. Artinya, menurut kami, masih ada yang belum memahami makna pelonggaran. (Akan diatur) titik-titik mana yang kami perketat kembali dan mana yang bisa kami pertahankan,” ujar Hendrar.