Kluster Perusahaan Bertambah, Gencarkan Tes Massal dan Pelacakan Covid-19 di Semarang
Sejak pertengahan Maret 2020, penerapan protokol kesehatan dalam menghadapi Covid-19 telah disosialisasikan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tambahan kasus positif Covid-19 di Kota Semarang sepekan terakhir, antara lain, berasal dari kluster perusahaan yang berjumlah sedikitnya 171 kasus. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong agar tes dan pelacakan secara masif terus digencarkan di dunia usaha.
Pada Minggu (5/7/2020) malam, Pemerintah Kota Semarang menyampaikan, sejak pertengahan Juni 2020 ada temuan kasus positif Covid-19 di tiga perusahaan, masing-masing 47 orang, 24 orang, dan lebih dari 100 orang. Namun, nama-nama perusahaan itu hingga kini belum diungkap.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Kota Semarang, Senin (6/7/2020), mengatakan, tes massal, baik tes cepat maupun swab (usap), perlu digencarkan di semua lini, termasuk industri. Hal itu penting guna mendeteksi dan membendung lebih dini apabila ditemukan kasus positif.
”Tak hanya industri, tetapi juga rumah sakit dan pemerintahan. Segera lakukan treatment dan tes massal, tracing (pelacakan) lalu direm. Umpama industri tetap beraktivitas dengan hasil tracing atau hasil PCR-nya (positif), ya mesti dihentikan,” kata Ganjar.
Ia menambahkan, prioritas saat ini ialah wilayah Semarang Raya, antara lain Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Semarang. Ia segera meminta kepala daerah untuk melakukan tes masif dan memberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM).
”Sebab, komuter (pelaju) dari daerah sana. Penyakit tidak kenal batas wilayah,” ujar Ganjar.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam mengatakan, kasus penularan Covid-19 di beberapa perusahaan itu berkembang dalam sepekan terakhir. Menurut dia, diduga ada kelalaian dalam penerapan protokol kesehatan pada waktu istirahat, ibadah, dan makan.
Pada Senin (6/7), Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang menyurati seluruh pemimpin perusahaan di Kota Semarang agar meningkatkan kewaspadaan. Dalam surat itu, tertulis pemimpin perusahaan harus mencegah penularan Covid-19 dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
”Kali ini diatur tentang pengaturan jarak saat makan, 1 meter-2 meter, serta diberlakukan sif. Misalnya ada jeda 15 menit sehingga tak berbarengan. Selain itu, saat ada (pegawai) yang terindikasi Covid-19 untuk segera bersurat ke dinas kesehatan,” ujar Kepala Disnaker Kota Semarang Sutrisno.
Sutrisno menjelaskan, terkait pengawasan perusahaan, wewenangnya ada pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jateng. Namun, pihaknya, bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Semarang dan sejumlah departemen sumber daya manusia perusahaan terus berkoordinasi guna memastikan ketentuan dijalankan.
Sutrisno menuturkan, dari sekitar 41.000 perusahaan dan 227.000 pekerja di Kota Semarang, ada 14.065 pekerja terdampak pandemi Covid-19. Rinciannya ialah 5.638 orang dikenai PHK dan 8.427 dirumahkan. Adapun sejumlah perusahaan didorong bangkit, antara lain, dengan diversifikasi produk, termasuk pembuatan alat pelindung diri masker.
Berjalan beriringan
Ketua Apindo Jateng Frans Kongi menuturkan, ia terkejut saat ada perusahaan di Kota Semarang yang menjadi titik penyebaran Covid-19. Sebab, sejak pertengahan Maret 2020, penerapan protokol kesehatan dalam menghadapi Covid-19 telah disosialisasikan.
Ia pun selalu meminta Apindo kabupaten/kota untuk bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat. ”Saya sudah mendorong agar anggota benar-benar mematuhi protokol kesehatan dengan benar. Sebab, kalau ada PSBB, kita akan terpuruk dan susah untuk bangkit lagi. Ekonomi dan kesehatan berjalan seiring dengan penuh kehati-hatian,” kata Frans.
Ketua Apindo Kota Semarang Dedi Mulyadi menambahkan, sebagian besar perusahaan sebenarnya sudah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Sejak didengungkan normal baru, juga sudah diupayakan pengetatan serta ditambah pemberian vitamin dan pembagian waktu (sif) agar tak terjadi penumpukan.
”Yang agak sulit diatur ketika karyawan membeli makanan pada pedagang yang berjualan di pinggir jalan. Sebab, yang berjualan di kawasan (industri) masih banyak. Karyawan juga bagian dari masyarakat. Kita harus bergerak bersama mengatasi masalah ini,” kata Dedi.
Menurut laman info Covid-19 Pemkot Semarang, Senin (6/7) petang, terdapat 1.934 kasus positif kumulatif, dengan rincian 760 dirawat atau isolasi mandiri, 974 sembuh, dan 200 meninggal. Sebagian dari data tersebut merupakan warga luar Kota Semarang.
Sebelumnya, titik penyebaran Covid-19 di Kota Semarang terjadi di sejumlah tempat. Di antaranya beberapa pasar tradisional, lingkungan Pemkot Semarang, dan tenaga kesehatan.